Banjir dan Longsor Dahsyat di Filipina: 85 Orang Tewas dan 41 Hilang
Kompas dunia | 27 Oktober 2024, 00:35 WIBPresiden Marcos, yang menginspeksi wilayah terdampak lainnya di tenggara Manila pada Sabtu, menyebutkan bahwa curah hujan luar biasa yang turun akibat badai — bahkan di beberapa daerah mencapai curah hujan setara satu hingga dua bulan hanya dalam 24 jam — telah melampaui kapasitas pengendalian banjir di sejumlah provinsi yang dihantam Trami. “Airnya terlalu banyak,” ujar Marcos kepada wartawan.
“Kami belum selesai dengan upaya penyelamatan,” ujarnya. “Masalah kami, masih banyak area yang terendam banjir dan tidak bisa diakses, bahkan oleh truk besar sekalipun.”
Marcos menambahkan, pemerintahannya berencana untuk mulai mengerjakan proyek pengendalian banjir besar untuk menghadapi ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat perubahan iklim.
Lebih dari 5 juta orang berada di jalur badai ini, termasuk hampir setengah juta warga yang mengungsi ke lebih dari 6.300 pusat penampungan darurat di berbagai provinsi, kata badan pemerintah.
Dalam pertemuan darurat kabinet, Marcos mengungkapkan kekhawatiran terhadap laporan dari para peramal cuaca pemerintah bahwa badai ini — badai ke-11 yang menghantam Filipina tahun ini — kemungkinan dapat berbalik arah minggu depan akibat tekanan udara tinggi di Laut China Selatan.
Badai ini diperkirakan akan menghantam Vietnam pada akhir pekan, kecuali jika berbelok dari jalurnya.
Untuk langkah pencegahan, pemerintah Filipina menutup sekolah dan kantor pemerintah untuk hari ketiga pada Jumat demi menjaga keselamatan jutaan warga di pulau utama Luzon. Layanan feri antar-pulau juga dihentikan, membuat ribuan orang terlantar.
Cuaca cerah mulai muncul di banyak daerah pada Sabtu, 26 Oktober 2024, memungkinkan pembersihan dilakukan di sebagian besar wilayah.
Setiap tahun, sekitar 20 badai dan topan menghantam Filipina, negara kepulauan di Asia Tenggara yang terletak di antara Samudra Pasifik dan Laut China Selatan. Pada 2013, Topan Haiyan, salah satu badai tropis terkuat yang pernah tercatat, menewaskan atau membuat lebih dari 7.300 orang hilang dan meratakan desa-desa.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Associated Press