> >

Gangster Haiti Bangun Koalisi dan Kuasai 80 Persen Ibu Kota, Polisi Kewalahan

Kompas dunia | 22 Oktober 2024, 17:35 WIB
Tentara Haiti berpatroli di sebuah daerah yang rawan serangan gangster di Port-au-Prince, Haiti, 17 Oktober 2024. (Sumber: Odelyn Joseph/Associated Press)

PORT-AU-PRINCE, KOMPAS.TV - Gangster di Haiti dilaporkan berupaya melebarkan wilayah kekuasaan di ibu kota Por-au-Prince dengan menyerang sebuah daerah strategis pada Senin (21/10/2024).

Koalisi gangster dilaporkan merebut sebagian wilayah di Soino, Port-au-Prince dan memaksa penduduk setempat mengungsi.

Daerah Solino dilaporkan diserang gangster sejak pekan lalu. Kepolisian Nasional Haiti menyatakan bahwa pihaknya telah merebut sejumlah wilayah di Port-au-Prince yang sebelumnya diduduki gangster.

Baca Juga: Sadisnya Geng Kriminal Haiti, Kekejamannya Tewaskan 70 Orang Termasuk 3 Bayi

Perdana Menteri Haiti Garry Conille menegasakan pemerintahannya tidak akan menyerahkan wilayah kepada gangster. 

"Kami tidak akan kehilangan permukiman strategis seperti Solino dan daerah lain yang baru saja dibebaskan. Keamanan warga kami tidak bisa ditawar," kata Conile dikutip Associated Press.

Garry Conille pun mengumumkan bahwa pasukan elite dan ratusan personel kepolisian yang sebelumnya menjaga pejabat akan ditugaskan ke daerah yang rawan diserang gangster.

Pemerintah Haiti diketahui semakin kewalahan menghadapi gangster sejak para kriminal membentuk koalisi. Gangster di Haiti membentuk koalisi yang dinamai "Viv Ansanm" sejak September 2023 lalu dan mengancam para pihak yang tidak bergabung dengan koalisi tersebut akan "dibakar sampai jadi abu."

Koalisi ini dibentuk oleh dua gangster paling kuat di Haiti. Sejak dibentuknya koalisi, gangster dilaporkan mampu menduduki hingga 80 persen wilayah Port-au-Prince.

Koalisi tersebut dilaporkan berhasil menekan tingkat peperangan antargeng dan memfokuskan kriminal untuk menyerang pemerintah dan misi keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dipimpin kepolisian Kenya.

Viv Ansanm juga disebut bertanggung jawab atas serangkaian serangan terkoordinasi ke infrastruktur krusial hingga menyebabkan Perdana Menteri Ariel Henry mundur.

Lembaga peneliti konflik asal Amerika Serikat (AS), ACLED menyimpulkan bahwa koalisi berhasil mempersatukan gangster dan menekan tingkat bentrokan antargeng hingga 78 persen.

"Konsolidasi aliansi Viv Ansanm membuat geng-geng bisa memfokuskan sumber daya untuk aktivitas kejahatan dan konfrontasi melawan pasukan keamanan, alih-alih bertempur di antara kelompok sendiri," demikian keterangan lembaga tersebut.

Baca Juga: Pemimpin Haiti Kritik Trump di Sidang Umum PBB, Tegaskan Warganya Tidak Makan Anjing dan Kucing

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Gading-Persada

Sumber : Associated Press


TERBARU