> >

NATO Belum Beri Sinyal Bakal Undang Ukraina Bergabung, Minta Rincian Rencana Kemenangan Zelenskyy

Kompas dunia | 17 Oktober 2024, 11:22 WIB
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengakhiri konferensi pers bersama pada 11 Juli 2024. (Sumber: AP Photo)

BRUSSELS, KOMPAS.TV Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO masih belum menunjukkan keinginan untuk segera mengundang Ukraina menjadi anggota, Rabu (16/10/2024). Sementara, sekutu-sekutu aliansi itu meminta lebih banyak rincian dari Presiden Volodymyr Zelenskyy terkait "rencana kemenangan" untuk mengakhiri perang dengan Rusia.

Rencana Zelenskyy berpusat pada permohonan agar NATO mempercepat proses keanggotaan yang diajukan Ukraina dua tahun lalu setelah Rusia melancarkan invasi skala penuh. 

Ukraina berharap bisa mendapatkan perlindungan di bawah payung keamanan NATO melalui permintaan ini.

Namun, jaminan keamanan kolektif NATO, yang tertuang dalam Pasal 5 perjanjian pendiriannya, hanya berlaku untuk negara anggota. Artinya, Ukraina, sebagai negara mitra, tidak otomatis mendapat perlindungan ini.

Sekjen NATO Mark Rutte merespons dengan hati-hati terkait "rencana kemenangan" Zelenskyy. Dia menyatakan NATO dan sekutu-sekutunya "mencatat" rencana tersebut, tanpa memberikan indikasi kapan Ukraina bisa bergabung dengan aliansi militer terbesar di dunia itu. Meski begitu, Rutte tetap menegaskan bahwa suatu saat Ukraina akan menjadi anggota, seperti laporan Associated Press, Kamis (17/10).

“Rencana ini mencakup banyak aspek politik dan militer yang perlu kami bahas lebih dalam dengan pihak Ukraina, untuk memahami apa yang ada di baliknya dan melihat sejauh mana NATO bisa bertindak,” kata Rutte di markas NATO, Brussels.

Baca Juga: Rusia: Rencana Kemenangan Zelenskyy Akan Dorong NATO Perang Terbuka dengan Moskow

“Kami terus menjalin kontak erat dengan sekutu-sekutu dan Ukraina untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya,” tambahnya, tanpa menjelaskan lebih jauh apa yang masih perlu diketahui NATO terkait rencana ini.

Saat ditanya lebih lanjut, Rutte mengatakan, “Saya tidak bisa memberikan semua detailnya sekarang.”

Untuk saat ini, fokus NATO masih tertuju pada membantu Ukraina merebut kembali wilayah yang diduduki Rusia, sekaligus memperkuat posisi Kiev dalam negosiasi damai di masa depan.

Zelenskyy dijadwalkan memaparkan lebih rinci rencananya di hadapan para pemimpin Uni Eropa, yang sebagian besar juga anggota NATO, pada Kamis (17/10).

Saat memaparkan rencananya pada Rabu lalu, Zelenskyy mengatakan bahwa undangan resmi ke NATO akan menjadi "bukti nyata" bahwa sekutu-sekutu mereka benar-benar berkomitmen mendukung Ukraina.

"Undangan tersebut adalah keputusan tegas yang hanya memerlukan keberanian," tegasnya.

Keanggotaan Ukraina di NATO sudah menjadi perdebatan selama 16 tahun. Pada pertemuan puncak NATO di Washington, Juli lalu, 32 negara anggota menyatakan bahwa Ukraina berada di jalur yang "tak terelakkan" menuju keanggotaan. 

Baca Juga: Zelenskyy Paparkan Rencana Kemenangan atas Rusia, Tawarkan Kekayaan Alam Ukraina kepada AS dan Barat

Namun bagi mereka yang belum paham, tampaknya tidak ada banyak kemajuan sejak NATO berjanji pada tahun 2008 bahwa Ukraina dan Georgia "akan menjadi anggota NATO suatu hari nanti."

Untuk saat ini, NATO tampaknya menunggu Amerika Serikat, anggota paling kuat NATO, yang tengah menghadapi pemilihan presiden. Para sekutu di Eropa memperkirakan tidak akan ada perubahan signifikan terkait Ukraina hingga presiden baru AS dilantik pada Januari mendatang.

Lebih dari itu, Amerika Serikat dan Jerman, negara-negara besar di NATO, masih khawatir terseret ke dalam konflik yang lebih luas dengan Rusia yang memiliki senjata nuklir. Mereka memimpin kelompok negara-negara yang menolak keanggotaan Ukraina sampai perang dengan Rusia berakhir.

Selain itu, para diplomat NATO menegaskan, sebelum Ukraina bisa bergabung, batas-batas wilayahnya harus dipastikan jelas, agar tidak ada kesalahpahaman terkait penerapan Pasal 5 NATO.

Saat ini, sekitar 20% wilayah Ukraina dikuasai oleh pasukan Rusia.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU