> >

Ledakkan Jalan di Perbatasan, AS Serukan Korut Hentikan Tindakan yang Tingkatkan Risiko Konflik

Kompas dunia | 16 Oktober 2024, 14:01 WIB
Otoritas Korea Utara meledakkan jalur darat yang menghubungkan dua Korea, menurut laporan Yonhap yang mengutip Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan, kini akses darat Utara dan Selatan putus total. (Sumber: Yonhap)

WASHINGTON, KOMPAS.TV — Amerika Serikat (AS) menyerukan Korea Utara untuk menghentikan tindakan yang dapat meningkatkan risiko konflik. 

Seruan tersebut disampaikan setelah Pyongyang meledakkan jalan-jalan yang terhubung dengan Korea Selatan, yang dulu dilihat sebagai simbol kerja sama antar-Korea.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller dalam konferensi pers di Washington mengatakan, AS terus mengamati situasi di Korea Utara dalam koordinasi erat dengan sekutu Korea Selatan. 

Washington juga kembali mendesak Pyongyang agar kembali ke jalur diplomasi.

“Kami terus mendesak Korea Utara untuk mengurangi ketegangan dan menghentikan tindakan yang meningkatkan risiko konflik. Kami mendorong mereka kembali ke dialog dan diplomasi,” ujar Miller dikutip dari Yonhap, Rabu (16/10/2024).

Pada Selasa pagi waktu Korea, Korea Utara meledakkan beberapa jalan di dekat Garis Demarkasi Militer (MDL) yang memisahkan dua Korea. 

Tindakan ini merupakan bagian dari rencana militer Korea Utara untuk "sepenuhnya memisahkan" wilayahnya dari Korea Selatan.

Baca Juga: Ketegangan di Korea Meningkat, Korea Utara Ledakkan Sebagian Jalan Antar-Korea

Langkah tersebut merupakan kelanjutan dari retorika keras Korea Utara yang menyebut Korea Selatan sebagai "musuh utama."

Penghancuran jalan ini terjadi setelah pada Agustus lalu Korea Utara memutus jalur kereta Gyeongui dan Donghae yang juga menghubungkan kedua negara.

 Langkah ini dianggap sebagai simbol dari niat Korea Utara untuk mengakhiri segala bentuk kerja sama lintas perbatasan.

Merespons tindakan terbaru Pyongyang, AS terus mendesak pengurangan ketegangan di Semenanjung Korea. 

Menurut Miller, langkah-langkah yang diambil oleh Korea Utara hanya akan memperburuk situasi keamanan di kawasan tersebut.

“Kami telah melihat Korea Utara terus melakukan tindakan yang meningkatkan ketegangan. Kami akan terus mendorong mereka untuk mengambil langkah sebaliknya, yakni mengurangi ketegangan dan menghentikan tindakan yang bisa memperbesar risiko konflik,” tambahnya.

Menariknya, media resmi Korea Utara belum memberikan laporan terkait penghancuran jalan tersebut. 

Baca Juga: Rusia Akan Beri Bantuan Militer jika Korea Utara Diserang, Perjanjian Strategis Disahkan Duma

Hingga Rabu pagi, surat kabar Rodong Sinmun dan kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, tidak memuat berita mengenai peledakan jalan.

Meskipun biasanya mereka melaporkan insiden besar sehari setelah kejadian.

Ketiadaan laporan ini kontras dengan sikap media Korea Utara pada Juni 2020, ketika mereka dengan cepat memberitakan penghancuran kantor penghubung antar-Korea di Kaesong. 

Pada saat itu, KCNA melaporkan insiden tersebut pada hari yang sama, sementara Rodong Sinmun memuat berita tersebut keesokan harinya.

Langkah Korea Utara untuk menghancurkan jalan-jalan ini merupakan bagian dari strategi jangka panjangnya untuk memutus hubungan dengan Korea Selatan. 

Pada pertemuan akhir tahun Desember 2023, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menegaskan, hubungan antara kedua Korea adalah hubungan antara dua negara yang bermusuhan.

Ia juga menegaskan, tidak ada gunanya mencari rekonsiliasi atau penyatuan dengan Korea Selatan. 

Bahkan, pada Januari 2024, Kim memerintahkan penghentian semua jalur kereta lintas perbatasan dengan Korea Selatan hingga ke "tingkat yang tak bisa dipulihkan."

Baca Juga: Korea Utara Ledakkan Jalan Menuju Korea Selatan, Simbol Kerja Sama Kedua Negara

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Deni-Muliya

Sumber : Yonhap


TERBARU