> >

Tolak Permintaan Israel, Dewan Keamanan PBB Tegaskan Pasukan UNIFIL Tetap Berada di Posisi

Kompas dunia | 15 Oktober 2024, 09:43 WIB
Anggota pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) tampak di wilayah Lebanon yang berbatasan dengan Israel, dilihat dari Israel, Kamis (2/7/2023). (Sumber: AP Photo/Ariel Schalit)

NEW YORK, KOMPAS.TV  — Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menegaskan, dukungannya terhadap peran UNIFIL dalam menjaga stabilitas keamanan di wilayah Lebanon Selatan, di tengah meningkatnya ketegangan di perbatasan Lebanon-Israel. 

Dalam pernyataan yang dirilis pada Senin (14/10/2024), DK PBB juga menyampaikan keprihatinan mendalam atas serangan Israel yang melukai pasukan UNIFIL di Lebanon selatan. 

Pernyataan Dewan Keamanan ini merupakan respons pertama dari badan paling kuat di PBB sejak Israel memulai serangan terhadap posisi UNIFIL pekan lalu. 

Serangan yang melukai dua pasukan UNIFIL asal Indonesia tersebut telah menuai kecaman dari berbagai negara internasional.

Dilansir dari The Associated Press, kepala misi perdamaian PBB, Jean-Marie Lacroix mengonfirmasi bahwa pasukan perdamaian akan tetap berada di posisinya, meskipun Israel meminta mereka mundur sejauh lima kilometer ke utara, menyusul invasi darat di Lebanon.

Lacroix menegaskan, UNIFIL memiliki tanggung jawab untuk tetap berada di tempat demi memastikan stabilitas di kawasan tersebut.

Israel terus meningkatkan kampanye militernya terhadap kelompok Hizbullah yang berbasis di Lebanon, dengan bentrokan antara kedua belah pihak terjadi di sepanjang garis perbatasan yang ditetapkan oleh PBB.

Pertempuran ini dipicu oleh serangan roket dari Hizbullah yang merupakan bentuk solidaritas terhadap Hamas, sekutunya di Gaza. 

Konflik ini telah berlangsung selama setahun, namun memuncak setelah serangan Hamas di wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023.

Dalam pertemuan darurat, Dewan Keamanan PBB tidak secara langsung menyebutkan pihak-pihak yang terlibat, seperti Israel, Lebanon, atau Hizbullah.

Tetapi menegaskan pentingnya semua pihak untuk menghormati keselamatan personel UNIFIL serta fasilitas PBB di wilayah tersebut.

Baca Juga: Menteri Israel Kecam Pasukan Perdamaian PBB, Sebut UNIFIL Pasukan Tak Berguna

Pernyataan itu dibacakan oleh Duta Besar Swiss untuk PBB, Pascale Baeriswyl, yang saat ini menjabat sebagai presiden Dewan Keamanan.

"Dewan Keamanan mendesak semua pihak untuk menjamin keamanan pasukan UNIFIL dan aset-aset PBB," ujarnya.

Respons PBB dan Anggota Dewan

Wakil Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Robert Wood, menyambut baik langkah Dewan Keamanan yang dapat mengeluarkan pernyataan dengan satu suara. 

Ia menambahkan, situasi di Lebanon saat ini menjadi perhatian utama dunia internasional.

"Ini sangat baik bahwa dewan dapat berbicara dengan satu suara tentang apa yang ada dalam pikiran semua orang di seluruh dunia saat ini — dan itu adalah situasi di Lebanon." kata Wood.

Dalam pernyataannya, Dewan Keamanan juga menyampaikan keprihatinan yang mendalam terhadap meningkatnya jumlah korban sipil, kerusakan infrastruktur, dan jumlah pengungsi internal yang semakin bertambah.

Krisis Kemanusiaan di Lebanon

Sejak konflik dengan Israel kembali memanas dalam beberapa bulan terakhir, lebih dari 1.400 orang di Lebanon, termasuk warga sipil, tenaga medis, dan pejuang Hizbullah, telah tewas. 

Baca Juga: Netanyahu Tuduh UNIFIL Jadi Tameng Manusia, Desak PBB Tarik Pasukan dari Selatan Lebanon

Sekitar 1,2 juta orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka. Di pihak Israel, sekitar 60 warga tewas akibat serangan roket yang dilancarkan oleh Hizbullah 

Israel mengeklaim, operasi militernya bertujuan untuk mengusir kelompok militan Hizbullah dari perbatasan.

Sehingga sekitar 60.000 warga Israel yang terlantar dapat kembali ke rumah mereka dengan aman.

Dewan Keamanan menyerukan semua pihak untuk mematuhi hukum humaniter internasional yang mengharuskan perlindungan terhadap warga sipil.

Mereka juga meminta implementasi penuh Resolusi 1701, yang mengakhiri perang antara Israel dan Hizbullah pada 2006. 

Investigasi Serangan UNIFIL

Jean-Marie Lacroix, usai rapat tertutup dengan Dewan Keamanan menyebutkan, lima penjaga perdamaian UNIFIL terluka dalam beberapa hari terakhir.

PBB telah melayangkan protes resmi kepada Israel terkait insiden tersebut.

Menurut Lacroix, Israel telah menyatakan bahwa investigasi akan dilakukan terhadap insiden tersebut. 

"Israel telah mengindikasikan investigasi akan dilakukan terkait beberapa insiden ini, dan kita akan lihat apa hasilnya," ucapnya.

Baca Juga: Respons Sekjen PBB usai 2 Pasukan UNIFIL  dari Indonesia Terluka Pasca Serangan Israel

Juru bicara militer Israel, Letkol Nadav Shoshani mengeklaim, Israel terus berupaya menjaga komunikasi dengan UNIFIL dan menyatakan bahwa setiap insiden yang melibatkan cedera pasukan PBB akan diselidiki dengan "tingkat tertinggi."

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga meminta UNIFIL untuk segera mengevakuasi pasukan mereka dari zona bahaya. 

Netanyahu menuding pasukan perdamaian PBB telah menjadi "tameng manusia" bagi Hizbullah di Lebanon selatan.

"Kami menyesalkan cedera yang dialami oleh tentara UNIFIL dan kami melakukan segala yang kami bisa untuk mencegah hal ini. Namun, cara terbaik untuk memastikan keselamatan mereka adalah dengan segera menarik mereka dari wilayah berbahaya," kata Netanyahu dalam video yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres.

Lacroix menegaskan, semua pihak memiliki tanggung jawab untuk memastikan keselamatan dan keamanan pasukan perdamaian PBB. 

Ia juga menyatakan pentingnya bagi UNIFIL untuk tetap berada di posisinya.

Karena hal ini diharapkan dapat membuka jalan menuju kembali ke meja perundingan dan upaya implementasi penuh Resolusi 1701.

"Penting bagi pasukan penjaga perdamaian untuk tetap berada di posisi mereka “karena kita semua berharap akan ada perundingan kembali, dan bahwa akhirnya akan ada upaya nyata untuk melaksanakan resolusi 1701 secara penuh," ujarnya.

Baca Juga: Tank Israel Serang Markas UNIFIL di Lebanon, 2 TNI Terluka

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Deni-Muliya

Sumber : Associated Press


TERBARU