> >

Peringatan Serangan Udara Israel Picu Kepanikan, Warga Lebanon: Tak Punya Waktu Berpakaian Pantas

Kompas dunia | 11 Oktober 2024, 13:27 WIB
Warga melihat bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di Dahiyeh, Beirut, Lebanon, Senin (7/10/2024). (Sumber: AP Photo/Hussein Malla)

BEIRUT, KOMPAS.TV - Meningkatnya serangan Israel ke Lebanon semakin membuat warga sipil menderita. Ketika hari beranjak malam, kenyataan berbahaya menghampiri mereka.

Malam hari adalah saat militer Israel biasanya memperingatkan orang-orang untuk mengungsi dari gedung atau lingkungan sekitar yang akan menjadi target serangan udara.

Moein Shreif baru-baru ini dibangunkan pada pukul 3 pagi oleh seorang tetangga yang menelepon untuk memberi tahu bahwa Israel berencana menyerang gedung di dekat tempat tinggal mereka.

Mereka tinggal di kawasan kelas menengah di selatan Beirut, tempat organisasi politik dan paramiliter Lebanon, Hizbullah, memiliki pengaruh yang kuat.

Shreif, istrinya, dan ketiga anak mereka segera meninggalkan gedung apartemen bertingkat mereka dan pergi begitu saja. 

“Dalam hitungan menit, ledakan terdengar,” katanya, seperti dikutip dari The Associated Press.

Kemudian saat mereka kembali ke rumah, mereka mendapati gedung apartemen mereka telah terbakar bersama gedung di sebelahnya. 

Baca Juga: Hizbullah untuk Pertama Kali Dukung Upaya Gencatan Senjata di Lebanon, tapi Tak Ungkit Gaza

“Saya bahkan tidak punya waktu untuk berpakaian dengan pantas, seperti yang Anda lihat,” kata Shreif.

Ia adalah seorang penyanyi folk dan pop Lebanon yang terkenal. Ia masih mengenakan piyama yang sudah dipakai sejak malam sebelumnya.

“Saya tidak membawa apa pun dari rumah,” ujarnya lirih.

Israel dan Hizbullah telah saling serang hampir setiap hari sejak dimulainya serangan Israel ke Gaza pada 7 Oktober 2023.

Dilansir Al Jazeera, menurut pemerintah Lebanon, sejak Oktober tahun lalu, serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 2.169 orang. Sebagian besar dari mereka tewas sejak 27 September 2024, saat Israel meningkatkan serangan militernya ke Lebanon. 

Hizbullah mengatakan akan menembakkan roket ke Israel hingga ada gencatan senjata di Gaza, di mana sekitar 42.000 orang telah tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023.

Sedangkan Israel berdalih pihaknya berjuang untuk menghentikan serangan Hizbullah yang diklaim telah membuat puluhan ribu warga Israel mengungsi.

Sejak Israel meningkatkan serangannya ke Lebanon pada akhir bulan lalu, warga Lebanon mulai menerima peringatan rutin tentang serangan udara yang akan dilancarkan.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan peringatan Israel tidak memadai dan terkadang menyesatkan.

Pada 23 September, Israel melakukan 80.000 panggilan ke Lebanon, menurut Imad Kreidieh, kepala perusahaan telekomunikasi negara tersebut – yang mungkin berisi peringatan tentang serangan udara yang akan datang.

Panggilan tersebut menyebabkan kepanikan dan sekolah-sekolah ditutup. Orang-orang bergegas pulang lebih awal dari tempat kerja.

Hari itu menjadi hari serangan udara paling mematikan di Lebanon dalam beberapa dekade, dengan lebih dari 500 orang tewas. Seperempat dari semua korban jiwa adalah perempuan dan anak-anak. 

Israel telah mengeluarkan peringatan di media sosial hampir setiap hari sejak saat itu.

Pada 1 Oktober, 27 desa di Lebanon selatan diperintahkan untuk mengungsi ke utara Sungai Awali, puluhan kilometer jauhnya.

"Selamatkan nyawa Anda," kata instruksi tersebut.

Baca Juga: Jadi Target Serangan Israel yang Bunuh 22 Orang di Lebanon, Petinggi Hizbullah Menyelamatkan Diri

Saat itulah Salam, seorang ibu dua anak dan berusia 42 tahun, melarikan diri dari desa Ain Ebel. Dia dan keluarganya sekarang tinggal bersama kerabat mereka di Beirut. Salam menolak menyebutkan nama lengkapnya karena takut akan pembalasan Israel.

Sejauh ini, Ain Ebel – sebuah desa yang sebagian besar penduduknya beragama Kristen, belum dibombardir. Sedangkan desa-desa di sekitarnya yang penduduknya sebagian besar muslim Syiah, telah dibombardir.

Anak-anak remaja Salam takut untuk pulang, terutama sejak Israel melancarkan invasi darat. Salam masih bingung dan marah karena desanya sudah dievakuasi.

Sejauh ini, pengusiran paksa warga oleh Israel di Lebanon jauh lebih terbatas daripada di Gaza, tetapi pesan-pesan di kedua tempat tersebut memiliki tema yang sama.

Di Gaza, Israel berdalih menargetkan milisi Hamas yang mereka klaim berada di antara warga sipil.

Di Lebanon, Israel menggunakan dalih yang sama dengan mengatakan anggota Hizbullah, sekutu Hamas, berada di antara warga sipil.

 

Penulis : Tussie Ayu Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : The Associated Press, Al Jazeera


TERBARU