> >

Kim Jong-un Tak Ragu Gunakan Senjata Nuklir jika Musuh Menyerang

Kompas dunia | 8 Oktober 2024, 20:05 WIB
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, tengah mengunjungi unit pasukan operasi khusus di distrik barat Korea Utara pada hari Rabu, 2 Oktober 2024. (Sumber: AP Photo)

Langkah itu dianggap sebagai sinyal bahwa Pyongyang tidak memiliki niat untuk menyerahkan senjata nuklirnya.

Situasi di Semenanjung Korea terus memanas. Korea Utara dilaporkan telah meluncurkan balon berisi sampah ke wilayah Korea Selatan sebagai bentuk balasan atas penyebaran selebaran anti-Pyongyang yang dilakukan oleh pembelot Korea Utara dan aktivis di Selatan. 

Menanggapi tindakan tersebut, militer Korea Selatan mulai melakukan siaran propaganda anti-Pyongyang melalui pengeras suara di sepanjang perbatasan sejak 21 Juli lalu.

Dalam pidatonya, Kim kembali menegaskan sikap bahwa Korea Utara dan Korea Selatan adalah "dua negara yang bermusuhan". 

Baca Juga: Pembelot Korea Utara Curi Bus demi Kembali ke Negara Kim Jong-Un, Menderita di Korea Selatan

"Sebelumnya, kita berbicara tentang pembebasan Selatan atau penyatuan dengan kekuatan militer. Namun, kita tidak tertarik dengan itu lagi. Sejak kita menyatakan posisi dua negara terpisah, kita tidak pernah memikirkan negara itu," kata Kim.

"Kita tidak punya niat menyerang Republik Korea. Sangat aneh untuk sekadar memikirkan negara itu, dan kita tidak ingin bertemu dengan mereka," ujarnya.

Para ahli menyatakan bahwa pidato Kim ini menunjukkan bahwa Korea Utara dapat meresmikan kebijakan kekuatan nuklir mereka dan sikap "dua negara bermusuhan" dalam konstitusi yang baru.

"Kunjungan Kim ke universitas tersebut pada hari pembukaan sidang Majelis Tertinggi Rakyat sangat simbolis," ujar Hong Min, peneliti senior di Institut Unifikasi Nasional Korea. 

Menurutnya, Korea Utara kemungkinan akan memodifikasi klausul teritorial mereka secara lebih agresif, termasuk terkait batas maritim.

Pada akhir tahun lalu, Kim juga pernah menyatakan bahwa hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan adalah hubungan "dua negara yang bermusuhan". Ia menegaskan bahwa tidak ada gunanya mencari rekonsiliasi dengan Selatan.

Kim kemudian menyerukan revisi konstitusi yang akan menghapus klausul terkait penyatuan Korea dan menegaskan komitmen untuk menaklukkan wilayah Korea Selatan jika terjadi perang.

Kunjungan Kim ke Universitas Pertahanan Nasional yang bertujuan merayakan hari jadi ke-60 universitas tersebut juga dipandang memiliki makna strategis. 

Presiden universitas, Jon Il-ho, yang telah dikenakan sanksi oleh Amerika Serikat atas perannya dalam pengembangan senjata pemusnah massal dan rudal balistik, turut mendampingi dalam kunjungan ini.

Baca Juga: Kim Jong-Un Disebut Cari Perhatian AS dengan Unjuk Kekuatan Nuklir, Presiden Korea Selatan Khawatir

 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Yonhap


TERBARU