Deretan Rudal Iran yang Bikin Israel Ngeri dan Netanyahu Gentar
Kompas dunia | 6 Oktober 2024, 07:05 WIBTEHRAN, KOMPAS.TV - Pada 1 Oktober, Iran meluncurkan sejumlah rudal balistik ke arah Israel sebagai balasan atas serangan Israel terhadap Hizbullah, sekutu Iran, di Lebanon. Aksi ini menegaskan kekuatan militer Iran yang selama ini menjadi perhatian negara-negara Barat.
Serangan tersebut merupakan yang kedua dalam tahun ini, setelah serangan pada April 2024 yang menjadi serangan langsung pertama Iran terhadap Israel.
Rudal balistik adalah komponen penting dari kekuatan militer Iran. Menurut laporan dari Kantor Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat, Iran memiliki koleksi rudal balistik terbanyak di kawasan Timur Tengah, seperti yang diberitakan oleh Straits Times, Sabtu (5/10/2024).
Baca Juga: Iran Tebar Ancaman ke Israel, Akan Serang Instalasi Energi jika Tel Aviv Lakukan Serangan Balasan
Jenis Rudal Iran yang Mampu Menjangkau Israel
Pada bulan April, media semi-resmi Iran ISNA merilis grafik yang menunjukkan sembilan jenis rudal Iran yang diklaim mampu menjangkau Israel. Beberapa rudal tersebut yakni Rudal Sejil, dengan kecepatan lebih dari 17.000 km/jam dan jangkauan 2.500 km; Rudal Kheibar, yang mampu menjangkau hingga 2.000 km; dan Rudal Haj Qasem, dengan jangkauan 1.400 km.
Menurut Asosiasi Pengendalian Senjata yang berbasis di Washington, Iran memiliki berbagai rudal balistik lainnya, termasuk Shahab-1, dengan jangkauan 300 km, Zolfaghar atau Zulfikar, dengan jangkauan 700 km, Shahab-3, dengan jangkauan 800-1.000 km, Emad-1, yang masih dalam tahap pengembangan dengan jangkauan hingga 2.000 km.
Rudal yang Digunakan Iran dalam Serangan
Fabian Hinz, seorang pakar rudal Iran dari International Institute for Strategic Studies, menyatakan, berdasarkan analisis lokasi peluncuran yang tersebar di media sosial, Iran kemungkinan menggunakan kombinasi rudal berbahan bakar padat dan cair. Rudal berbahan bakar padat diluncurkan dari peluncur bergerak, sedangkan rudal berbahan bakar cair diluncurkan dari peluncur vertikal.
Tiga rudal berbahan bakar padat yang ditembakkan pada 1 Oktober diyakini adalah Haj Qasem, Kheibar Shekan, dan Fattah 1. Sementara itu, rudal berbahan bakar cair yang diluncurkan dari Isfahan kemungkinan adalah Emad, Badr, dan Khorramshahr.
Rudal sebagai Alat Pencegahan Iran
Iran selalu menekankan rudal balistik mereka adalah alat penting untuk mencegah dan membalas serangan dari Amerika Serikat, Israel, dan negara-negara lain di kawasan. Meski begitu, Iran membantah memiliki niat untuk mengembangkan senjata nuklir.
Laporan dari Behnam Ben Taleblu, seorang peneliti senior di Foundation for Defense of Democracies, menyebutkan Iran terus membangun depot rudal bawah tanah, lengkap dengan sistem transportasi dan peluncuran.
Selain itu, mereka juga mengembangkan pusat produksi dan penyimpanan rudal di bawah tanah. Pada Juni 2020, Iran pertama kali meluncurkan rudal balistik dari bawah tanah.
Pengembangan ini, menurut laporan tersebut, dipelajari Iran melalui bertahun-tahun pengalaman dalam merakit ulang rudal dan memproduksi berbagai kelas rudal dengan kerangka yang lebih panjang dan bahan komposit yang lebih ringan, untuk meningkatkan jangkauan.
Baca Juga: Sekjen PBB Dilarang Masuk Israel karena Tidak Mengecam Serangan Rudal Iran
Rudal Hipersonik Iran
Pada Juni 2023, Iran mengeklaim telah mengembangkan rudal balistik hipersonik buatan dalam negeri yang pertama. Rudal hipersonik mampu terbang dengan kecepatan setidaknya lima kali lebih cepat dari kecepatan suara dan memiliki lintasan yang sulit diprediksi, yang membuatnya sulit untuk dicegat.
Menurut Asosiasi Pengendalian Senjata, program rudal Iran banyak terinspirasi oleh desain rudal Korea Utara dan Rusia, serta mendapat dukungan dari China.
Selain rudal balistik, Iran juga memiliki rudal jelajah seperti Kh-55, sebuah senjata udara-ke-darat berkapasitas nuklir dengan jangkauan hingga 3.000 km, serta rudal anti-kapal canggih Khalid Farzh dengan jangkauan sekitar 300 km dan hulu ledak seberat 1.000 kg.
Baca Juga: Menlu Iran Kunjungi Beirut, Ancam Israel dengan Serangan Balasan Lebih Dahsyat jika Serang Negaranya
Rudal Iran di Kawasan
Pada Januari 2024, Pasukan Pengawal Revolusi Iran meluncurkan serangan rudal ke markas intelijen Israel di wilayah Kurdistan, Irak, dan menyerang milisi Negara Islam di Suriah. Iran juga meluncurkan rudal ke basis kelompok militan Baluchi di Pakistan.
Arab Saudi dan Amerika Serikat juga pernah menuduh Iran bertanggung jawab atas serangan rudal dan drone ke fasilitas minyak Saudi pada tahun 2019, meskipun Iran membantah tuduhan tersebut.
Pada tahun 2020, Iran melancarkan serangan rudal ke pasukan pimpinan AS di Irak sebagai balasan atas serangan drone AS yang menewaskan seorang komandan Iran.
Amerika Serikat menuduh Iran memasok senjata kepada kelompok Houthi di Yaman, yang melakukan serangan terhadap kapal di Laut Merah dan Israel selama perang Gaza. Iran sendiri membantah tuduhan ini.
Pada September 2024, laporan dari Reuters menyebutkan Iran menjadi mediator dalam pembicaraan rahasia antara Rusia dan Houthi untuk mentransfer rudal anti-kapal ke kelompok tersebut.
Hizbullah, kelompok militan yang berbasis di Lebanon dan didukung oleh Iran, mengeklaim memiliki kemampuan untuk mengubah ribuan roket mereka menjadi rudal presisi serta memproduksi drone di dalam negeri. Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengatakan bahwa kemampuan ini dicapai dengan bantuan ahli dari Iran.
Selain itu, Iran juga dikabarkan telah mentransfer rudal berpemandu presisi ke Suriah untuk mendukung pemerintahan Presiden Bashar al-Assad dalam melawan pemberontak. Menurut sumber intelijen Israel dan Barat, Iran bahkan memindahkan sebagian fasilitas produksi rudalnya ke bawah tanah di Suriah, sehingga pasukan Assad dan kelompok pro-Iran dapat memproduksi rudal mereka sendiri.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Straits Times