> >

Terlambat Dipulangkan, 11 Pekerja Pabrik di Tennessee Tersapu Banjir, Hanya 5 yang Selamat

Kompas dunia | 2 Oktober 2024, 13:23 WIB
Pemandangan udara kerusakan akibat banjir setelah Badai Helene, Sabtu, 28 September 2024, di Erwin, Tennessee, Amerika Serikat. (Sumber: Foto AP/George Walker IV)

TENNESSEE, KOMPAS.TV - Saat hujan akibat Badai Helene turun semakin deras, para pekerja di dalam pabrik plastik di pedesaan Tennessee, Amerika Serikat (AS) tetap bekerja. Pabrik tersebut baru tutup dan para pekerja dipulangkan setelah air membanjiri tempat parkir dan listrik padam.

Namun sudah sangat terlambat untuk meliburkan pabrik, karena banjir yang dahsyat akhirnya menyapu 11 pekerja pabrik, dan hanya lima orang yang berhasil diselamatkan. Dua di antaranya dipastikan meninggal dunia dan menjadi bagian dari jumlah korban tewas di seluruh negara bagian yang terkena dampak yang telah mencapai 150 orang pada hari Selasa (1/10/2024).

Sedangkan empat orang lainnya masih belum ditemukan sejak mereka tersapu banjir pada hari Jumat di kota kecil Erwin, Tennessee. Di tempat ini juga, puluhan orang diselamatkan dari atap rumah sakit.

Beberapa pekerja berhasil meninggalkan pabrik, sementara yang lain terjebak di jalan yang tersumbat di mana air naik cukup tinggi untuk menyapu kendaraan. Video menunjukkan air banjir berwarna cokelat dari Sungai Nolichucky yang berdekatan menutupi jalan raya di dekatnya dan menggenangi pintu-pintu pabrik.

Baca Juga: Korban Topan Yagi di Vietnam Hampir 200 Orang, Badai Kuat Disebut Terkait Penghangatan Laut

Jacob Ingram, seorang pengubah cetakan di pabrik plastik, memfilmkan dirinya dan empat orang lainnya yang sedang menunggu pertolongan saat kendaraan yang bergoyang-goyang karena terseret banjir lewat. 

Ia kemudian mengunggah video tersebut di Facebook dengan judul, "Hanya ingin mengatakan saya beruntung masih hidup." Video penyelamatan dengan helikopter itu diunggah di media sosial pada Sabtu malam.

Dalam satu video, Ingram terlihat melihat ke bawah ke kamera, sebuah helikopter Garda Nasional Tennessee berwarna hijau melayang di atasnya, mengangkat salah satu korban selamat lainnya. Dalam video lain, seorang tentara terlihat mengikat korban berikutnya dengan tali pengaman.

Impact Plastics, pabrik tempat mereka bekerja mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin bahwa mereka "terus memantau kondisi cuaca" pada hari Jumat dan bahwa para manajer memulangkan karyawan ketika air mulai menutupi tempat parkir dan jalan layanan yang berdekatan, dan pabrik itu kehilangan pasokan listrik.

Dalam wawancara dengan media berita lokal, dua pekerja yang berhasil keluar dari fasilitas itu membantah klaim tersebut. Salah seorang mengatakan kepada News 5 WCYB bahwa karyawan diminta menunggu hingga semuanya menjadi terlambat.

"Para pekerja seharusnya mengungsi saat kami mendapat peringatan banjir bandang, dan saat mereka melihat tempat parkir (yang dipenuhi air)," kata Ingram. "Kami bertanya kepada mereka apakah kami harus mengungsi, dan mereka mengatakan belum saatnya, itu belum cukup buruk," ujarnya. 

Baca Juga: Badai Tropis Ampil Mendekat, Jepang Utara Perintahkan Evakuasi Massal dan Penundaan Layanan Umum

Pekerja Robert Jarvis mengatakan kepada News 5 WCYB bahwa perusahaan seharusnya membiarkan mereka pulang lebih awal. Jarvis mengatakan dia mencoba pergi dengan mobilnya, tetapi air di jalan utama menjadi terlalu tinggi, dan hanya kendaraan off-road yang dapat selamat dari zona banjir.

Impact Plastic mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka tidak memiliki informasi terbaru tentang situasi banjir.

"Kami sangat terpukul dengan hilangnya banyak karyawan hebat," kata pendiri perusahaan Gerald O'Connor dalam pernyataannya pada hari Senin. "Mereka yang hilang atau meninggal, dan keluarga mereka ada dalam pikiran dan doa kami."

Jumlah korban tewas akibat Badai Helene meningkat pada hari Selasa saat pencarian di beberapa negara bagian terus berlanjut. Para korban mencari tempat berlindung dan berjuang untuk mendapatkan air bersih, listrik, dan makanan. 

 

Penulis : Tussie Ayu Editor : Vyara-Lestari

Sumber : The Associated Press


TERBARU