> >

Menlu Rusia: Ukraina Makin Mengecil Setiap Kali Kesepakatan Digagalkan

Kompas dunia | 30 September 2024, 06:10 WIB
Perundingan hari pertama antara Rusia dan Ukraina yang difasilitasi Presiden Turki Recep Tayip Erdogan berlangsung di Istanbul pada 29 Maret 2022. (Sumber: Anadolu)

"Keamanan bukanlah istilah abstrak, melainkan kebutuhan dasar manusia," jelasnya.

Sebab lainnya, lanjut Lavrov, adalah diskriminasi terhadap warga yang berbahasa Rusia, termasuk undang-undang yang melarang penggunaan bahasa Rusia dan Gereja Ortodoks kanonis.

"Jika Trump berhasil membatalkan undang-undang yang kami bicarakan ini, itu akan menjadi langkah maju," kata Lavrov.

"Ini sangat mudah, tinggal melakukan pemungutan suara."

"Sikap kami sangat jelas: kita perlu menghilangkan akar masalahnya. Semua orang tahu apa itu," tandasnya.

Baca Juga: Rusia Klaim Tembak Jatuh 125 Drone Ukraina dalam Serangan Terbesar sejak Invasi

Lavrov juga menyinggung dekrit presiden Ukraina yang melarang negosiasi dengan Rusia.

"Dekrit [Presiden Vladimir] Zelensky yang melarang negosiasi dengan Rusia masih berlaku, jadi saya bahkan tidak akan berspekulasi tentang bagaimana mereka akan menyelesaikan masalah ini," ujarnya.

Lavrov menyatakan ia telah meminta penjelasan China dan Brasil terkait isi rencana perdamaian yang mereka ajukan untuk Ukraina.

"Saya dan kolega saya membahas rencana mereka. Saya meminta mereka mengenai aspek praktis dari inisiatif tersebut, karena rencana China-Brasil yang berisi lima atau enam poin memiliki gagasan yang tepat, seperti seruan untuk perdamaian, keadilan, dan kepatuhan terhadap hukum internasional," ujarnya.

"Tidak ada yang menolak itu, tetapi tidak ada yang menjelaskan secara detail bagaimana mereka berencana mencapai perdamaian. Yang saya tahu, masalah ini masih dalam tahap pertimbangan."

Baca Juga: Adik Kim Jong-Un Kecam Bantuan Militer AS ke Ukraina, Sebut Perang Nuklir dengan Rusia Bakal Pecah

Menurut Lavrov, China dan Brasil belum menyusun rencana konkret untuk menyelesaikan krisis Ukraina dan hanya menyatakan niat mereka.

"Saya tidak melihat rencana aksi dalam dokumen tersebut. Saya hanya melihat deklarasi niat," tambahnya.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri China Wang Yi, dalam pertemuan dengan Celso Amorim, penasihat utama Presiden Brasil, menyatakan China, Brasil, dan negara-negara lain di Selatan Global sedang menciptakan platform untuk memfasilitasi solusi damai terhadap krisis Ukraina.

Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengkritik rencana tersebut, dan menyebutnya "destruktif." 

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menyebut Zelensky tidak berada dalam posisi untuk mengkritik rencana tersebut, karena keputusan sepenuhnya ada di tangan Barat, yang mengendalikan Kiev.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : TASS


TERBARU