> >

Sejarah Perseteruan Hizbullah dan Israel, Dimulai sejak Invasi Tel Aviv ke Lebanon 1982

Kompas dunia | 27 September 2024, 11:19 WIB
Para anggota Hizbullah mengibarkan bendera kelompok tersebut dan meneriakkan yel-yel saat menghadiri prosesi pemakaman komandan mereka, Ibrahim Kobeisi dan Hussein Ezzedine, di selatan Kota Beirut, Lebanon, Rabu (25/9/2024). (Sumber: AP Photo/Hassan Ammar)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketegangan di kawasan Timur Tengah semakin meningkat dan meluas sejak akhir pekan lalu.

Sebelumnya, serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023 yang hingga kini sudah menewaskan lebih dari 41.000 orang, telah memanaskan situasi di kawasan tersebut.

Dalam perkembangan terbaru, Israel mencoba memperluas perang dengan menyerang negara tetangganya, Lebanon.

Serangan besar-besaran yang dilancarkan Israel ke Lebanon sejak pekan lalu, telah membunuh sedikitnya 700 orang termasuk sedikitnya 50 anak-anak.

Pada 17 dan 18 September 2024, Lebanon diguncang gelombang ledakan alat elektronik termasuk ribuan penyeranta atau pager, yang menewaskan puluhan orang termasuk anak-anak.

Baca Juga: AS Frustasi Netanyahu Tolak Gencatan Senjata dengan Hizbullah, padahal Diyakini Bakal Setuju

Hizbullah, organisasi politik dan paramiliter Lebanon, menuding Israel berada di balik serangan tersebut. Sedangkan Israel hingga kini tidak secara terbuka membantah maupun membenarkan tudingan tersebut.

Namun, menurut laporan The New York Times yang mengutip sejumlah pejabat Amerika Serikat dan sumber lainnya, Israel memang biang keladi serangan itu. Israel disebut menanamkan bahan peledak di pager-pager yang meledak di Lebanon.

Israel berdalih serangan-serangannya ke Lebanon menargetkan Hizbullah. Kedua pihak telah saling serang di wilayah perbatasan sejak Israel melancarkan serangan ke Gaza.

Perseteruan antara Israel dan Hizbullah bukan sesuatu yang baru. Tetapi telah berlangsung puluhan tahun.

Petugas tanggap darurat dari Pertahanan Sipil Lebanon membawa seorang pria yang terluka setelah penyeranta atau pager-nya meledak di Kota Sidon di selatan Lebanon, Selasa, 17 September 2024. (Sumber: AP Photo)

Lini Masa Perseteruan Hizbullah dan Israel

Berikut lini masa konflik antara Hizbullah dan Israel, dikutip dari Al Jazeera.

1982 - Invasi Israel dan Terbentuknya Hizbullah

Israel menginvasi Lebanon pada Juni 1982. Israel berdalih serangan ke Lebanon untuk merespons serangan yang dilancarkan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dari wilayah selatan negara tersebut.

Saat itu, perang sipil Lebanon telah berkobar selama tujuh tahun.

Israel berhasil menduduki wilayah selatan Lebanon dan merangsek masuk hingga ke Kota Beirut Barat, di mana PLO berkedudukan.

Setelah tercapai kesepakatan, PLO pindah ke Tunisia. Tetapi, Israel tidak angkat kaki juga dari Lebanon.

Baca Juga: Fakta-Fakta Penting Jelang Perang Total Israel dan Hizbullah

Israel mendukung proksi-proksi lokal dalam perang sipil Lebanon dan turut terlibat dalam pembantaian di kamp pengungsi Sabra dan Shatila.

Milisi sayap kanan Lebanon yang berkoordinasi dengan militer Israel, membunuh antara 2.000 dan 3.500 pengungsi Palestina dan warga sipil Lebanon dalam dua hari.

Warga Lebanon yang gerah dengan invasi Israel, kemudian membentuk sejumlah kelompok untuk mengusir pasukan asing. Salah satunya, Hizbullah yang lahir dari komunitas Syi'ah yang biasanya diam.

1983 - Serangan terhadap Pasukan Israel Dimulai

Antara 1982 dan 1986, sejumlah serangan terhadap pasukan Israel di Lebanon dilancarkan. Serangan-serangan itu diklaim oleh berbagai kelompok, tetapi diduga banyak dilakukan oleh Hizbullah.

Pada 23 Oktober 1983, pengeboman beberapa bangunan barak di Beirut menewaskan lebih dari 300 anggota pasukan penjaga perdamaian asal Prancis dan Amerika Serikat.

Pengeboman diklaim oleh kelompok Jihad Islam yang diyakini sebagai bagian dari Hizbullah.

1985 - Perkembangan Hizbullah

Pada 1985, kemampuan tempur Hizbullah meningkat. Bersama dengan kelompok-kelompok lainnya, Hizbullah berhasil memaksa militer Israel mundur dari Sungai Litani di selatan Lebanon.

Israel kemudian mendeklarasikan apa yang disebutnya sebagai "zona keamanan" di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel.

Zona tersebut diawasi oleh Tentara Lebanon Selatan (SLA) yang didominasi komunitas Kristen Lebanon, yang disebut-sebut sebagai proksi Israel.

SLA terus mendukung pendudukan Israel atas wilayah selatan Lebanon hingga penarikan mundur pasukan Israel pada 2000.

Baca Juga: Serbuan Darat Israel ke Lebanon Segera Terjadi, AS dan Sekutu Tel Aviv Minta Gencatan Senjata

1992 - Hizbullah Masuk ke Dunia Politik

Pada 1992, setelah berakhirnya perang sipil Lebanon (1975-1992), Hizbullah masuk ke parlemen. Kelompok itu menduduki delapan dari 128 kursi parlemen Lebanon.

Kini, Hizbullah dan partai-partai aliansinya menguasai 62 kursi di parlemen.

Hizbullah juga menjalankan program-program sosial di kantong-kantong pendukungnya.

1993 - Perang Tujuh Hari

Pada Juli 1993, Israel menyerang Lebanon. Serangan itu disebut sebagai Perang Tujuh Hari oleh warga Lebanon.

Serangan itu dilancarkan setelah Hizbullah merespons serangan Israel ke sebuah kamp pengungsi dan desa di Lebanon.

Konflik menewaskan 118 warga sipil Lebanon dan melukai 500 lainnya, dan menghancurkan ribuan bangunan.

1996 - Agresi April dan Qana

Pada 11 April 1996, Israel melancarkan serangan 17 hari untuk mendesak mundur Hizbullah dari Sungai Litani.

Di Lebanon, serangan Israel itu disebut sebagai Agresi April. Sedangkan oleh Israel disebut sebagai Operasi Grapes of Wrath, diambil dari judul novel tahun 1939 karya penulis Amerika Serikat, John Steinbeck.

Pada 18 April 1996, Israel menyerang kompleks PBB di dekat Desa Qana di wilayah selatan Lebanon yang diduduki Israel.

Serangan Israel itu menewaskan 106 warga sipil, termasuk sedikitnya 37 anak-anak.

2006 - Perang Bulan Juli

Dalam sebuah operasi ke wilayah Israel, Hizbullah membunuh tiga tentara Israel. Mereka juga menangkap dua tentara Israel lainnya.

Hizbullah menuntut dua tentara itu ditukar dengan sejumlah warga Lebanon yang ditawan Israel.

Jenazah kedua tentara Israel itu akhirnya dikembalikan dua tahun kemudian dan ditukar dengan lima tawanan Lebanon.

Pada bulan yang sama, meletus Perang Juli yang berlangsung selama 34 hari.

Perang itu menewaskan sekitar 1.200 warga Lebanon dan melukai 4.400 orang, kebanyakan warga sipil. Di pihak Israel, 158 orang, kebanyakan tentara, dilaporkan tewas.

Baca Juga: Tel Aviv Bakal Gencarkan Serangan ke Lebanon, Berikut Lini Masa Ketegangan Israel vs Hizbullah

Asap dan puing beterbangan dari sebuah jembatan akibat serangan udara Israel ke wilayah Zahrani di pinggir pantai Mediterania, Lebanon bagian selatan, pada 14 Juli 2006. (Sumber: AP Photo/Mohammed Zaatari)

2009 - Hizbullah Memperbarui Manifesto

Pada 2009, Hizbullah memperbarui manifestonya dan menyatakan komitmen untuk mengintegrasikan diri pada bentuk pemerintahan demokratis yang mewakili persatuan nasional, bukan kepentingan sektarian.

Meski demikian, Hizbullah mempertahankan sikap anti-Israel dan dukungannya untuk Iran.

2012 - Perang Sipil Suriah Meletus

Dalam perang sipil Suriah, Hizbullah mendukung rezim Damaskus. Posisi tersebut dikritik banyak mantan pendukungnya dan dikecam salah satu pendirinya, ulama senior Subhi al-Tufayli.

Para pendukung Hizbullah mengeklaim langkah itu berperan dalam mencegah masuknya kelompok-kelompok bersenjata, terutama ISIS atau ISIL, ke Lebanon.

Selain itu, memberikan kesempatan bagi Hizbullah untuk mendapatkan pengalaman berperang yang lebih luas.

Baca Juga: 70 WNI Menolak Dievakuasi dari Lebanon Meski Serangan Israel Makin Gencar, Ini Alasannya

30 Juli 2024 - Israel Membunuh Komandan Hizbullah

Pada 30 Juli 2024, Israel melancarkan serangan udara ke Beirut yang menewaskan salah satu komandan militer Hizbullah, Fuad Shukr.

17-18 September 2024 - Ledakan Alat Elektronik di Lebanon

Gelombang ledakan alat elektronik termasuk ribuan penyeranta atau pager, mengguncang Lebanon dan menewaskan puluhan orang termasuk anak-anak, pada 17 dan 18 September 2024.

Hizbullah menuding Israel berada di balik gelombang ledakan alat-alat elektronik tersebut. Sementara Israel tidak membantah maupun membenarkan tudingan tersebut secara terbuka.

Namun, menurut beberapa pejabat Amerika Serikat dan sumber lain yang dikutip The New York Times, Israel menanamkan bahan peledak dalam penyeranta-penyeranta yang meledak hampir bersamaan di Lebanon itu.

Menurut sumber-sumber yang namanya tidak diungkap itu, pager-pager yang diimpor Lebanon tersebut telah dimodifikasi sebelum masuk ke negara tetangga Israel itu.

Potongan rekaman video ini menunjukkan walkie-talkie yang meledak di dalam sebuah rumah di Baalbek, Lebanon timur, Rabu, 18 September 2024. (Sumber: AP Photo )

Baca Juga: PM Lebanon Desak Dewan Keamanan PBB Bertindak, Sebut Israel Sebarkan Teror di Depan Mata Dunia

20 September 2024 - Israel Serang Selatan Beirut

Pada Jumat, 20 September 2024, Israel melancarkan sebuah serangan udara ke bagian selatan Kota Beirut, Lebanon. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 45 orang.

Komandan senior Hizbullah, Ibrahim Aqil, termasuk korban tewas dalam serangan yang meratakan sebuah bangunan itu. 

Pada Sabtu, 21 September 2024, militer Israel mengumumkan pihaknya telah melancarkan ratusan serangan udara ke wilayah selatan Lebanon.

Israel juga mengeklaim menyerang 110 lokasi lainnya pada Minggu dini hari, 22 September 2024.

21 September 2024 - Hizbullah Serang Balik Israel

Pada Sabtu malam, 21 September 2024, dilansir Al Jazeera, Hizbullah meluncurkan lusinan roket ke Pangkalan Udara Ramat David di sebelah timur Haifa untuk membalas serangan-serangan Israel  ke wilayah Lebanon.

Israel mengeklaim lebih dari 100 proyektil ditembakkan dari Lebanon.

 

Penulis : Edy A. Putra Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Al Jazeera


TERBARU