> >

Presiden Iran Buka Pintu Negosiasi Nuklir di PBB, Syaratnya Sanksi Harus Dicabut

Kompas dunia | 25 September 2024, 22:53 WIB
Presiden Iran Masoud Pezeshkian berpidato di Sidang Umum PBB hari Selasa 24 September 2024 waktu New York. Pezeshkian menyampaikan kesediaan Iran untuk berdialog mengenai kesepakatan nuklir dalam pidatonya.  (Sumber: Anadolu)

TEHRAN, KOMPAS.TV – Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyampaikan kesediaan Iran untuk berdialog mengenai kesepakatan nuklir dalam pidatonya di Sidang Umum PBB ke-79 di New York, Amerika Serikat (AS), Selasa (24/9/2024) waktu setempat. 

Pezeshkian menyatakan keterbukaan Iran untuk berinteraksi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian nuklir tersebut, membuka peluang negosiasi baru.

Dalam pidato perdananya di PBB setelah menjabat sebagai presiden menggantikan Ebrahim Raisi yang tewas dalam kecelakaan helikopter, Pezeshkian memaparkan visi Iran di masa depan serta sikapnya terkait isu-isu regional.

"Kami siap berinteraksi dengan pihak-pihak dalam perjanjian nuklir. Jika komitmen dalam perjanjian tersebut dipenuhi dengan sepenuh hati, kami siap membahas isu-isu lainnya," ujarnya.

Namun, Pezeshkian menekankan bahwa syarat utama untuk melanjutkan perjanjian adalah pencabutan sanksi. 

Menurutnya, ini adalah respons yang pantas terhadap keterbukaan Iran dalam negosiasi nuklir.

Seperti diketahui, terkait program pengembangan nuklir Iran, negara itu digempur beragam sanksi Barat, seperti sanksi ekonomi dan militer.

Pezeshkian menambahkan bahwa reformasi, persatuan nasional, dan pembangunan ekonomi adalah bagian inti dari program kepresidenannya. 

"Saya maju dalam pemilu dengan program yang menekankan reformasi, persatuan nasional, interaksi konstruktif dengan dunia, dan pembangunan ekonomi. Rakyat memercayai saya melalui kotak suara," kata Pezeshkian.

Baca Juga: Iran Tangkap 12 Orang Diduga Mata-Mata Israel, Hukuman Mati Menanti

Fasilitas nuklir Iran di Natanz, Teheran. (Sumber: Atomic Energy Organization of Iran via AP, File)

Dalam hal konflik regional, Presiden Iran tersebut mengambil sikap tegas dengan mengkritik keras tindakan Israel di Gaza dan Lebanon. 

Ia menyoroti jumlah korban tewas di Gaza yang telah mencapai lebih dari 41.000 jiwa sejak serangan 7 Oktober tahun lalu, sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak.

Pezeshkian mengutuk cara beberapa negara yang mendukung Israel menganggap tindakan tersebut sebagai "pertahanan sah," meskipun sasaran serangan Israel mencakup rumah sakit dan sekolah.

Dia memperingatkan bahwa serangan dan pembunuhan ilmuwan serta tamu Iran oleh Israel, yang dikategorikan sebagai serangan teroris, tidak akan dibiarkan tanpa balasan. "Israel telah menghancurkan nyawa para ilmuwan kami melalui pembunuhan. Mereka juga secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi mendukung kelompok teroris Daesh/ISIS. Serangan teroris rezim ini di Iran dan Lebanon tidak akan dibiarkan begitu saja," kata Pezeshkian.

Terkait isu Palestina, Pezeshkian kembali mengusulkan referendum bagi penduduk di wilayah Palestina untuk menentukan nasib mereka sendiri. Menurutnya, satu-satunya solusi atas masalah pendudukan Israel adalah dengan memberikan hak penentuan nasib sendiri kepada rakyat Palestina.

"Dunia harus segera menghentikan kekerasan ini. Gencatan senjata permanen harus ditegakkan di Gaza dan Lebanon. Hentikan rezim ini sebelum ia menyulut api di kawasan dan dunia," Pezeshkian memperingatkan.

Dalam pidatonya, Pezeshkian juga membahas konflik Rusia-Ukraina dan menyuarakan dukungan untuk penyelesaian damai melalui dialog antara kedua negara.

Pidato Presiden Pezeshkian ini menandai potensi perubahan pendekatan diplomatik Iran, yang mengisyaratkan keterbukaan terhadap keterlibatan internasional, namun tetap bersikap kritis terhadap kebijakan Barat dan Israel.

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Anadolu / IRNA


TERBARU