> >

Pengamat Sebut Lebanon Berpeluang Diserang Separah Gaza, KBRI Ungkap 155 WNI Belum Dievakuasi

Kompas dunia | 25 September 2024, 21:38 WIB
Asap mengepul dari serangan udara Israel terhadap desa-desa di distrik Nabatiyeh, terlihat dari kota selatan Marjayoun, Lebanon, Senin, 23 September 2024. (Sumber: AP Photo/Hussein Malla)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pengamat Timur Tengah, Hasibullah Satrawi menilai eskalasi konflik antara Hizbullah dengan Israel berpotensi meningkat. Bahkan, Hasibullah menilai Israel berpeluang menyerang Lebanon dengan intensitas seperti di Jalur Gaza.

Pasukan Israel diketahui mengirim serangan udara intens ke Lebanon sejak Senin (23/9/2024) lalu. Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan sudah hampir 600 penduduk terbunuh serangan Israel per Rabu (25/9/2024).

Hasibulah menyebut konflik saat ini bisa berujung perang lebih besar. Menurutnya, eskalasi konflik Hizbullah dan Israel ditandai dengan teror ledakan alat komunikasi pager di Lebanon pada 17 September lalu.

"Sekarang sebenarnya sudah berada di ambang  (perang besar) itu, jadi 17 september 2024 adalah fase di mana terbukanya front secara langsung antara Hizbullah dan Israel," kata Hasibullah dalam program Sapa Indonesia Malam di Kompas TV, Rabu (25/9).

"Hari ini sudah dilaporkan lebih dari 500, bahkan dekat 600 (korban terbunuh), ini adalah angka-angka yang meningkat secara tajam mirip yang terjadi di Gaza pada awal."

Baca Juga: Jokowi: Indonesia Kutuk Keras Serangan Israel ke Lebanon, Rencana Pemulangan WNI dalam Proses

Kuasa Ad Interim KBRI Beirut Yosi Aprizal menyebut pemerintah Indonesia saat ini sedang berkoordinasi untuk menyiapkan evakuasi bagi WNI yang berada di Lebanon.

Yosi menyampaikan bahwa saat ini terdapat 155 WNI yang masih berada di Lebanon yang sebagian besar berlindung di Beirut. Sebelumnya, pemerintah telah mengevakuasi 25 WNI dalam tiga gelombang dari Lebanon sejak menetapkan status siaga pada 4 Agustus 2024 lalu.

Yosi menyebut saat ini masih terdapat tiga WNI yang berada di selatan Lebanon, wilayah paling terdampak serangan Israel. Dua WNI disebutnya bekerja untuk lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan seorang ibu yang menikah dengan warga setempat dan bekerja di kontingen diplomatik Spanyol.

"Kita mengharapkan, warga negara kita bersedia dievakuasi saat ini. Saat ini kondisi relatif kita bilang masih sangat mudah untuk melakukan evakuasi," kata Yosi.

Yosi mengaku pihaknya sedang berkoordinasi dengan Kemlu dan Kemhan untuk menyiapkan rencana darurat. Sejumlah opsi sedang dibahas baik lewat jalur udara, laut, ataupun darat.

Akan tetapi, Yosi mengimbau agar WNI di Lebanon bersedia dievakuasi saat ini. Pasalnya, perang yang semakin besar di Lebanon akan mempersulit proses evakuasi.

"Kita tekankan, kita harapkan warga (Indonesia) bersedia dievakuasi saat ini, tidak menungu nanti kondisi sudah pecah, sudah sulit untuk bergerak baru bersedia dievakuasi. Ini tentu kondisinya sangat sulit," katanya.

Baca Juga: Israel Klaim Bunuh Komandan Hizbullah dalam Serangan di Lebanon

 

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU