Digempur Serangan Brutal Israel, Hizbullah Disebut Mampu Bertahan, Ini Kuncinya
Kompas dunia | 25 September 2024, 18:20 WIBBEIRUT, KOMPAS.TV - Jaringan rantai komando Hizbullah yang lentur, bersama dengan jaringan terowongan bawah tanah yang luas dan persenjataan besar rudal, yang telah diperkuat selama setahun terakhir, telah membantu kelompok ini bertahan dari serangan udara Israel yang brutal dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Hal ini diungkapkan tiga sumber yang akrab dengan operasi kelompok Lebanon.
Serangan udara Israel selama sepekan terakhir, termasuk yang menargetkan komandan senior Hizbullah dan meledakkan pager atau penyeranta serta walkie-talkie yang dipasang ranjau, menghantam keras organisasi ini, baik sebagai kelompok perlawanan maupun partai politik yang kuat di Lebanon.
Pada Jumat, Israel membunuh Ibrahim Aqil, seorang komandan yang mendirikan dan memimpin pasukan elite Hizbullah, pasukan Radwan.
Sejak Senin, hari yang menjadi salah satu hari paling mematikan di Lebanon dalam beberapa dekade terakhir, Kementerian Kesehatan melaporkan lebih dari 560 orang tewas, termasuk 50 anak-anak, akibat serangan udara Israel.
Kepala staf militer Israel, Herzi Halevi, menyatakan pada hari Minggu bahwa kematian Aqil telah mengguncang organisasi tersebut. Israel juga mengeklaim serangan udaranya telah menghancurkan ribuan roket dan amunisi milik Hizbullah.
Namun, dua sumber yang akrab dengan operasi Hizbullah mengatakan kelompok ini dengan cepat menunjuk pengganti Aqil dan komandan-komandan senior lainnya yang tewas dalam serangan udara di pinggiran selatan Beirut. Pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, dalam pidatonya pada 1 Agustus, menegaskan setiap kali seorang pemimpin terbunuh, Hizbullah dengan cepat mengisi kekosongan tersebut.
Baca Juga: Israel Klaim Bunuh Komandan Hizbullah dalam Serangan di Lebanon
Seorang pejabat Hizbullah lainnya mengungkapkan serangan terhadap perangkat komunikasi melumpuhkan 1.500 pejuang karena luka-luka yang diderita mereka, banyak yang kehilangan penglihatan atau tangan.
Meskipun ini jadi pukulan besar, itu hanya merupakan sebagian kecil dari kekuatan Hizbullah, yang menurut laporan Kongres AS pada hari Jumat, memiliki 40.000 hingga 50.000 pejuang. Nasrallah sendiri menyatakan Hizbullah punya lebih dari 100.000 pejuang.
Sejak Oktober, ketika Hizbullah mulai menembaki Israel untuk mendukung sekutunya Hamas di Gaza, kelompok ini telah menempatkan kembali pejuangnya di garis depan, termasuk yang dari Suriah, menurut tiga sumber tersebut. Hizbullah juga mempercepat penyelundupan roket ke Lebanon, bersiap menghadapi konflik jangka panjang, sambil menghindari perang total.
Iran, sebagai pendukung utama Hizbullah, terus memasok senjata untuk kelompok ini. Banyak dari persenjataan Hizbullah adalah buatan Iran, Rusia, atau China. Sumber-sumber tersebut, yang semuanya meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sensitivitas masalah ini, tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang jenis senjata atau di mana senjata tersebut dibeli.
Media Hizbullah belum menanggapi permintaan komentar terkait artikel ini.
Andreas Krieg, seorang dosen senior di Sekolah Studi Keamanan, King’s College London, menyatakan bahwa meskipun operasi Hizbullah terganggu oleh serangan Israel, struktur organisasi berbasis jaringan membuat kelompok ini sangat tangguh.
“Ini adalah musuh paling tangguh yang pernah dihadapi Israel di medan perang, bukan karena jumlah dan teknologi, tetapi karena daya tahannya.”
Baca Juga: Hujan Rudal Hizbullah Bikin Israel Umumkan Status Darurat Militer hingga 30 September
Rudal Canggih dan Jaringan Terowongan
Pertempuran meningkat pekan ini. Israel hari Selasa membunuh komandan Hizbullah lainnya, Ibrahim Qubaisi. Namun, Hizbullah menunjukkan kemampuannya untuk terus beroperasi dengan menembakkan ratusan roket ke Israel.
Pada hari Rabu, Hizbullah mengatakan pihaknya menargetkan markas intelijen Israel di dekat Tel Aviv, lebih dari 100 km dari perbatasan. Sirene peringatan terdengar di Tel Aviv saat rudal permukaan-ke-permukaan dicegat oleh sistem pertahanan udara Israel.
Kelompok ini belum mengungkapkan apakah mereka telah meluncurkan rudal paling canggihnya, seperti Fateh-110, rudal balistik buatan Iran dengan jangkauan 250-300 km dan hulu ledak 450-500 kg, menurut laporan 2018 oleh Center for Strategic and International Studies di Washington.
Serangan roket Hizbullah tetap berlanjut, karena rantai komando mereka tetap berfungsi meskipun sempat terganggu setelah pager dan radio mereka diledakkan, kata seorang pejabat keamanan senior.
Menurut tiga sumber, kemampuan komunikasi Hizbullah didukung oleh jaringan telepon khusus yang mereka gunakan, yang tetap berfungsi dan sangat penting bagi komunikasi kelompok ini, serta perangkat komunikasi lainnya. Banyak dari pejuangnya masih menggunakan model pager lama yang tidak terpengaruh oleh serangan minggu lalu.
Hizbullah mulai meningkatkan penggunaan pager setelah melarang para pejuangnya menggunakan ponsel di medan perang pada bulan Februari, setelah serangan yang menewaskan beberapa komandan.
Jika rantai komando terputus, para pejuang di garis depan dilatih untuk dapat beroperasi dalam kelompok-kelompok kecil yang mandiri di dekat perbatasan, yang mampu bertahan dan melawan pasukan Israel dalam waktu yang lama, tambah sumber senior tersebut.
Baca Juga: Israel dan Hizbullah Saling Gempur, Apakah Sudah Masuk Definisi Perang? Ini Penjelasannya
Hal ini mengingatkan pada peristiwa tahun 2006, ketika perang terakhir antara Hizbullah dan Israel terjadi, di mana para pejuang kelompok ini mampu bertahan selama berminggu-minggu, sebagian besar di desa-desa dekat perbatasan yang diserang Israel.
Israel mengeklaim telah meningkatkan serangan untuk menghancurkan kemampuan Hizbullah dan memastikan ribuan warga Israel yang mengungsi dapat kembali ke rumah mereka di dekat perbatasan Lebanon.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan pemerintahannya lebih memilih kesepakatan yang dinegosiasikan untuk menarik Hizbullah dari wilayah perbatasan, tetapi mereka siap untuk melanjutkan kampanye pengeboman jika Hizbullah menolak, bahkan mempertimbangkan opsi militer lainnya.
Ketahanan Hizbullah meningkatkan kekhawatiran bahwa perang ini akan berkepanjangan, yang bisa menarik Amerika Serikat, sekutu utama Israel, dan Iran untuk terlibat, terutama jika Israel melancarkan serangan darat ke Lebanon selatan.
Militer Israel menolak memberikan komentar terkait ini.
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, memperingatkan tentang konsekuensi yang tidak dapat dihindari dari perang besar di Timur Tengah. Pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan Washington tidak setuju dengan strategi eskalasi Israel dan sedang berupaya meredakan ketegangan.
Kelompok ini terus memperluas jaringan terowongannya sejak perang 2006, termasuk sistem pemandu presisi, seperti yang dikatakan oleh pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah. Pejabat Hizbullah juga menyatakan mereka baru menggunakan sebagian kecil dari persenjataan tersebut dalam pertempuran selama setahun terakhir.
Baca Juga: Linimasa Sejarah Konflik Hizbullah dengan Israel dan Dampaknya bagi Palestina
Pejabat Israel telah menyatakan infrastruktur militer Hizbullah terkait erat dengan desa-desa dan komunitas di Lebanon selatan, dengan amunisi dan landasan peluncur rudal disimpan di rumah-rumah di seluruh wilayah tersebut. Israel telah menggempur desa-desa tersebut selama berbulan-bulan untuk melemahkan kemampuan Hizbullah.
Namun, detail yang dikonfirmasi tentang jaringan terowongan tersebut masih langka.
Sebuah laporan tahun 2021 oleh Alma, sebuah lembaga pemikir Israel yang mengkhususkan diri dalam Hizbullah, menyatakan bahwa Iran dan Korea Utara telah membantu membangun jaringan terowongan ini setelah perang 2006.
Israel telah mengalami kesulitan besar dalam menyingkirkan komandan Hamas dan unit-unit tempur mandiri dari jaringan terowongan yang membentang di Gaza.
"Itu adalah salah satu tantangan terbesar kami di Gaza, dan itu pasti sesuatu yang bisa kami temui di Lebanon," kata Carmit Valensi, seorang peneliti senior di Institute for National Security Studies di Tel Aviv, sebuah lembaga pemikir.
Andreas Krieg menyatakan, tidak seperti di Gaza, di mana sebagian besar terowongan digali secara manual ke tanah berpasir, terowongan di Lebanon digali jauh ke dalam batu gunung. "Mereka jauh lebih sulit diakses daripada di Gaza dan bahkan lebih sulit untuk dihancurkan."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Straits Times