> >

Korban Tewas Serangan Udara Israel di Lebanon Capai 270 Orang, Hizbullah Lanjutkan Perlawanan

Kompas dunia | 24 September 2024, 00:05 WIB
Asap mengepul akibat serangan udara Israel terhadap desa-desa di distrik Nabatiyeh, terlihat dari kota selatan Marjayoun, Lebanon, Senin, 23 September 2024. (Sumber: AP Photo)

Belum ada tanda-tanda eksodus langsung dari desa-desa di Lebanon selatan, dan peringatan itu menyiratkan bahwa beberapa warga mungkin tinggal di dekat bangunan yang menjadi target tanpa mengetahui risiko yang mereka hadapi.

Meningkatnya serangan dan balasan telah menimbulkan kekhawatiran akan perang besar-besaran, terutama saat Israel masih berjuang melawan Hamas di Gaza dan berupaya mengembalikan sejumlah sandera yang diambil dalam serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

Hizbullah telah bersumpah untuk terus melancarkan serangan sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina dan Hamas, kelompok militan yang juga didukung Iran. Israel menyatakan komitmennya untuk mengembalikan ketenangan di perbatasan utara.

Jurnalis Associated Press di Lebanon selatan melaporkan serangan udara hebat yang menargetkan banyak area pada Senin pagi, termasuk beberapa yang jauh dari perbatasan.

Kantor Berita Nasional Lebanon melaporkan bahwa serangan menghantam area hutan di Provinsi Byblos, sekitar 130 kilometer dari perbatasan Israel-Lebanon. Tidak ada korban yang dilaporkan di sana. Israel juga mengebom target di wilayah Baalbek dan Hermel di timur laut Lebanon, di mana seorang penggembala tewas dan dua anggota keluarganya terluka, menurut kantor berita tersebut. Sebanyak 30 orang terluka dalam serangan itu.

Baca Juga: Linimasa Sejarah Konflik Hizbullah dengan Israel dan Dampaknya bagi Palestina

Sistem pertahanan udara Iron Dome Israel melepaskan tembakan untuk mencegat roket yang diluncurkan dari Lebanon, di Israel utara, Minggu, 22 September 2024. (Sumber: AP Photo)

Kementerian Kesehatan Lebanon meminta rumah sakit di Lebanon selatan dan Lembah Bekaa untuk menunda operasi yang tidak mendesak. Kementerian menyatakan permintaan ini bertujuan untuk menjaga kesiapan rumah sakit dalam menangani korban yang terluka akibat "agresi Israel yang semakin meluas di Lebanon."

Seorang pejabat militer Israel mengatakan Israel fokus pada operasi udara dan tidak punya rencana segera operasi darat. Pejabat tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan serangan ditujukan untuk mengurangi kemampuan Hizbullah melancarkan serangan lebih lanjut ke Israel.

Media Lebanon melaporkan bahwa warga menerima pesan teks yang mendesak mereka untuk menjauh dari bangunan yang menyimpan senjata Hizbullah. "Jika Anda berada di gedung yang menyimpan senjata untuk Hizbullah, segera tinggalkan desa tersebut hingga pemberitahuan lebih lanjut," bunyi pesan tersebut dalam bahasa Arab, menurut media Lebanon.

Menteri Informasi Lebanon, Ziad Makary, menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kantornya di Beirut telah menerima pesan suara yang menyuruh warga untuk meninggalkan gedung. "Ini adalah bagian dari perang psikologis yang dijalankan oleh musuh," kata Makary, dan meminta warga "untuk tidak memberikan perhatian lebih pada masalah ini daripada yang seharusnya."

Belum jelas berapa banyak orang yang akan terdampak oleh perintah Israel. Komunitas di kedua sisi perbatasan sebagian besar sudah kosong karena baku tembak hampir setiap hari.

Israel menuduh Hizbullah mengubah seluruh komunitas di selatan Lebanon menjadi basis militan, dengan peluncur roket tersembunyi dan infrastruktur militer lainnya. Hal ini membuat militer Israel mungkin melakukan kampanye pemboman yang sangat berat, bahkan jika pasukan darat tidak bergerak masuk.

Pekan lalu, ribuan perangkat komunikasi yang digunakan terutama oleh anggota Hizbullah meledak di berbagai wilayah Lebanon, menewaskan 39 orang dan melukai hampir 3.000 lainnya. Lebanon menyalahkan Israel atas serangan tersebut, namun Israel tidak mengonfirmasi atau membantah tanggung jawab.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU