> >

Taliban Pakistan Bantah Terlibat Serangan Konvoi Diplomat Asing Termasuk Indonesia

Kompas dunia | 23 September 2024, 13:59 WIB
Warga berkumpul di dekat kendaraan polisi yang rusak yang mengawal konvoi diplomat asing, di lokasi ledakan bom yang fatal di jalan dekat Malam Jabba, kawasan wisata di provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan, Minggu, 22 September 2024. (Sumber: AP Photo)

ISLAMABAD, KOMPAS TV – Kelompok Taliban Pakistan (TTP) pada Senin (23/9/2024) membantah terlibat dalam serangan bom terhadap konvoi polisi yang mengawal para duta besar dan diplomat asing di wilayah barat laut Pakistan yang bergolak.

Otoritas masih menyelidiki siapa pelaku serangan yang menewaskan seorang petugas polisi tersebut.

Para duta besar, diplomat, dan pejabat tinggi tengah melakukan perjalanan hari Minggu menuju Lembah Swat, bekas markas besar Taliban Pakistan, saat serangan terjadi di Malam Jabba, salah satu dari dua resor ski di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa yang berbatasan dengan Afghanistan.

Ledakan terjadi dekat lokasi wisata dan stasiun bukit Malam Jabba, salah satu dari dua resor ski di Pakistan, sekitar 250 km di utara Peshawar.

Para diplomat dalam konvoi tersebut berasal dari Indonesia, Portugal, Kazakhstan, Bosnia dan Herzegovina, Zimbabwe, Rwanda, Turkmenistan, Vietnam, Iran, Rusia, dan Tajikistan. Semua diplomat selamat, dan pasukan keamanan besar telah dikerahkan di lokasi kejadian, kata petugas polisi Javed Khan.

Tidak ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini, namun Mohammad Khurasani, juru bicara Taliban Pakistan yang dikenal sebagai Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), membantah mereka meledakkan alat peledak improvisasi (IED) yang mengenai kendaraan polisi yang mengawal konvoi tersebut.

Serangan itu menyebabkan seorang petugas polisi tewas dan empat lainnya luka-luka, serta mendapat kecaman keras dari Presiden Pakistan Asif Ali Zardari, Perdana Menteri Shehbaz Sharif, dan pejabat lainnya.

Meskipun demikian, para duta besar dilaporkan tidak terluka. Namun, analis menyebut kejadian ini menunjukkan adanya kebocoran keamanan.

"Jelas ada pelanggaran keamanan karena rute konvoi hanya diketahui oleh polisi, dan unit penjinak bom dilaporkan telah membersihkan rute tersebut," kata Abdullah Khan, seorang analis pertahanan dan direktur Islamabad-based Pakistan Institute for Conflict and Security Studies.

Khan menambahkan serangan ini menandakan perubahan pendekatan para pemberontak, yang sebelumnya menargetkan pasukan keamanan. “Sepertinya ada orang dalam yang membocorkan informasi tentang rencana perjalanan para duta besar asing kepada militan,” ujarnya.

Baca Juga: Diplomat Indonesia Lolos dari Maut Saat Konvoi Menuju Kawasan Wisata Diserang Bom di Pakistan

Kendaraan melaju melewati kendaraan polisi yang rusak, di latar depan, yang sedang mengawal konvoi diplomat asing, di lokasi ledakan bom yang fatal di jalan dekat Malam Jabba, kawasan wisata di provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan, Minggu, 22 September 2024. (Sumber: AP Photo)

Analis pertahanan Pakistan lainnya, Syed Muhammad Ali, menekankan perlunya koordinasi yang lebih baik antara otoritas federal dan polisi terkait kunjungan berprofil tinggi di barat laut, yang belakangan ini mengalami peningkatan kekerasan.

Dalam sebuah pernyataan, TTP menyatakan mereka tidak terlibat dalam serangan tersebut. TTP merupakan kelompok yang terpisah namun sekutu erat Taliban Afghanistan, yang menguasai Afghanistan pada Agustus 2021 setelah pasukan AS dan NATO menarik diri setelah 20 tahun berperang.

Banyak pemimpin dan pejuang TTP berlindung di Afghanistan dan bahkan hidup terbuka sejak Taliban Afghanistan berkuasa, yang turut memperkuat Taliban Pakistan.

Situasi ini memicu ketegangan antara Pakistan dan pemerintah Taliban di Afghanistan, yang mengklaim tidak mengizinkan tanahnya digunakan untuk serangan terhadap negara mana pun.

Otoritas Pakistan masih menyelidiki apakah memang terjadi kebocoran informasi keamanan, mengingat detail rencana perjalanan konvoi hanya diberikan kepada pihak berwenang. Mereka juga sedang mengumpulkan informasi mengenai siapa yang memasang alat peledak di sepanjang rute.

Serangan pada Minggu ini terjadi beberapa bulan setelah seorang pembom bunuh diri di barat laut Pakistan menabrakkan mobil berisi bahan peledak ke sebuah kendaraan, menewaskan lima warga negara China dan seorang pengemudi Pakistan di Distrik Shangla, Provinsi Khyber Pakhtunkhwa.

Korban tewas dari China adalah pekerja konstruksi dan insinyur yang sedang mengerjakan Proyek Bendungan Dasu, proyek pembangkit listrik tenaga air terbesar di Pakistan. 

Sejak insiden tersebut, Pakistan telah memperketat keamanan bagi warga asing dan pejabat yang melakukan perjalanan di wilayah tersebut.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Associated Press


TERBARU