> >

Linimasa Sejarah Konflik Hizbullah dengan Israel dan Dampaknya bagi Palestina

Kompas dunia | 23 September 2024, 08:20 WIB
Pejuang Hizbullah pada pemakaman komandan senior Hizbullah Wissam Tawil, Selasa, 9 Januari 2024. (Sumber: AP Photo)

Baca Juga: Profil Ibrahim Aqil, Komandan Militer Hizbullah yang Tewas Dibunuh Israel

Ibrahim Aqil, komandan Hizbullah yang dilaporkan terbunuh oleh serangan udara Israel di Beirut, Jumat (20/9/2024). (Sumber: BBC Internasional)

1993 – Perang Tujuh Hari
Pada Juli 1993, Israel menyerang Lebanon dalam apa yang disebut "Operasi Akuntabilitas", dikenal sebagai Perang Tujuh Hari di Lebanon.

Serangan ini terjadi setelah Hizbullah merespons serangan Israel terhadap sebuah kamp pengungsi dan desa di Lebanon dengan menyerang utara Israel, yang menyebabkan sejumlah korban. Konflik ini mengakibatkan 118 warga sipil Lebanon tewas dan 500 lainnya terluka, serta menghancurkan ribuan bangunan.

1996 – Agresi April dan Qana
Pada 11 April 1996, Israel meluncurkan ofensif selama 17 hari yang dimaksudkan untuk memaksa Hizbullah menjauh dari Sungai Litani.

Apa yang dikenal sebagai Agresi April oleh Lebanon, disebut "Operasi Grapes of Wrath" oleh Israel, menimbulkan banyak korban militer dan sipil di kedua belah pihak dan merusak infrastruktur Lebanon secara parah.

Pada 18 April, Israel menyerang kompleks PBB di dekat desa Qana, di mana sekitar 800 pengungsi mencari perlindungan. Serangan tersebut menewaskan 106 warga sipil, termasuk 37 anak-anak, dan melukai sekitar 116 orang.

Baca Juga: Ultimatum Keras Iran, Khamenei: Negara Islam Harus Bersatu Hancurkan Israel

Petugas tanggap darurat membersihkan puing-puing di lokasi serangan Israel pada hari Jumat di pinggiran selatan Beirut, Sabtu, 21 September 2024. (Sumber: AP Photo)

2006 – Perang Juli
Pada tahun 2006, Hizbullah melakukan operasi ke dalam wilayah Israel, menewaskan tiga tentara Israel dan menangkap dua lainnya. Hizbullah menuntut pembebasan tahanan Lebanon sebagai imbalan.

Tindakan ini memicu Perang Juli, yang berlangsung selama 34 hari. Sekitar 1.200 orang Lebanon tewas dan 4.400 lainnya terluka, mayoritas adalah warga sipil. Sementara Israel melaporkan 158 kematian, sebagian besar adalah tentara.

2009Manifesto yang Diperbarui
Pada 2009, Hizbullah memperbarui manifesto mereka, tetap menentang Israel dan mendukung Iran, serta berkomitmen untuk berintegrasi ke dalam bentuk pemerintahan demokratis yang mewakili persatuan nasional daripada kepentingan sektarian. Ini adalah deklarasi kedua setelah Surat Terbuka 1985 yang memiliki tujuan domestik yang sebaliknya.

2012 – Perang Sipil Suriah
Hizbullah mulai terlibat dalam perang sipil Suriah pada tahun 2012 untuk mendukung rezim Damaskus, langkah yang dikritik oleh banyak pendukung Arab sebelumnya dan juga dikecam oleh salah satu pendiri kelompok, ulama senior Subhi al-Tufayli.

Namun, para pendukung mereka berargumen bahwa keterlibatan ini membantu mencegah kelompok bersenjata, terutama ISIL (ISIS), masuk ke Lebanon, serta memberikan pengalaman bertempur yang luas bagi Hizbullah.

Baca Juga: Pertempuran Diprediksi Akan Meluas, Israel: Kini Tujuan Perang untuk Hentikan Serangan Hizbullah

Panser pasukan penjaga perdamaian Indonesia di Lebanon, UNIFIL, sedang berjaga usai serangan Israel di Kfar Kila. Bahrain menyerukan Dewan Keamanan PBB segera campur tangan, memberikan perhatian yang serius terhadap bentrokan militer di perbatasan Lebanon-Israel (Sumber: Anadolu)

2023 hingga 2024 – Gaza
Pada Oktober 2023, Hizbullah meluncurkan kampanye roket terhadap Israel untuk mendukung Gaza, yang sedang dibombardir oleh Israel setelah serangan mendadak oleh Hamas yang mengakibatkan 1.139 orang tewas dan sekitar 250 orang ditangkap. Israel membalas serangan tersebut.

Di Lebanon, 97.000 orang terpaksa mengungsi, dengan 566 orang tewas, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon. Setidaknya 133 di antaranya adalah warga sipil.

Sekitar 60.000 orang Israel dievakuasi dari wilayah perbatasan utara Israel. Orang-orang di kedua sisi masih belum bisa kembali ke rumah mereka. Israel melakukan serangan dan pembunuhan terhadap beberapa pemimpin senior Hizbullah dan Hamas di Lebanon dan Suriah.

Hizbullah berperan dalam apa yang dianggap sebagai salah satu titik paling berbahaya dalam konflik setelah Israel dituduh menyerang gedung konsulat Iran di Damaskus pada 1 April 2024. Ketika Iran merespons Israel dua minggu kemudian, Hizbullah memberikan dukungan yang jelas untuk Teheran.

Pada 28 Juli, 12 anak dan remaja Suriah tewas di lapangan sepak bola di dataran tinggi Golan yang diduduki Israel, sebuah insiden yang memicu eskalasi. Israel dan Hizbullah sama-sama membantah tanggung jawab atas insiden tersebut, tetapi Israel mengutip tragedi itu sebagai alasan untuk membunuh komandan Hizbullah, Fuad Shukr, di Beirut selatan beberapa hari kemudian.

Pembunuhan Shukr, serta pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, dalam beberapa hari, membuat kawasan dalam keadaan siaga tinggi. Hizbullah meluncurkan serangan roket pada akhir Agustus sebagai langkah pertama dalam tanggapan mereka terhadap pembunuhan Shukr.

September 2024 – Serangan Pager
Serangan terbaru pada 17 September 2024 menandai eskalasi konflik. Ribuan pager milik  Hizbullah di Lebanon meledak. Setidaknya 11 orang, termasuk tiga warga sipil, tewas, dan sekitar 2.750 terluka. Hizbullah mengonfirmasi bahwa mereka menyalahkan Israel dan berjanji untuk membalas.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Al Jazeera


TERBARU