Lagu yang Puji Kim Jong-un Ternyata Bikin Warga Korea Utara Muak, Mulai Tak Dipedulikan
Kompas dunia | 21 September 2024, 13:15 WIBContohnya, di Kota Hyesan, yang berbatasan dengan China, ada taman di mana para pensiunan menghabiskan waktu mereka, berbicara, bernyanyi, menari, bermain dan latihan.
Tetapi ketika pihak taman mematikan lagu mereka, dan mulai memainkan “Ayah yang Ramah”. Para pensiunan ini memutuskan pulang ke rumahnya.
“Manajer (taman) memaksa mereka menghentikan dansa atau lagu folk, namun untuk berdansa yang memuji sang marsekal,” kata sumber itu, yang merujuk pada jabatan militer Kim Jong-un.
“Para orang tua berhenti menari, dan mulai pulang ke rumah. Lagu itu dimainkan di taman yang sepi, di mana semua orang pergi satu per satu, hingga kemudian menjadi kosong," katanya.
Ia mengatakan, taman yang biasanya digunakan orang tua berkegiatan dari pagi hingga malam, kini nyaris kosong setiap harinya.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Tolak Seruan Hidup Berdampingan dengan Rezim Kim Jong-Un
Masalah lainnya dengan lagu tersebut berasal dari budaya Konfusianisme Korea.
Seringkali orang asing diharapkan memberi rasa hormat tertentu kepada orang yang lebih tua, dengan janji mereka akan menerima rasa hormat yang sama dari orang yang lebih muda ketika mereka mencapai usia senja.
Namun, lansia berusia 70 hingga 80 tahun terpaksa menyebut Kim Jong-un, yang baru berusia 40-an, dan seumuran dengan putra mereka sebagai “Ayah yang Ramah”, menjadi kendala tersendiri.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Radio Free Asia