> >

Ukraina Kembali Desak Barat agar Izinkan Serangan Jarak Jauh ke Wilayah Rusia

Kompas dunia | 15 September 2024, 07:28 WIB
Kepala Staf Kepresidenan Ukraina Andriy Yermak. Ukraina kembali mendesak Barat agar mengizinkan serangan lebih jauh ke wilayah Rusia. (Sumber: Twitter/Andriy Yermak)

KIEV, KOMPAS.TV – Ukraina kembali mendesak Barat agar mengizinkan serangan lebih jauh ke wilayah Rusia, setelah pertemuan antara pemimpin Amerika Serikat (AS) dan Inggris tidak menghasilkan perubahan kebijakan terkait penggunaan senjata jarak jauh.

"Teror Rusia dimulai dari gudang senjata, lapangan udara, dan pangkalan militer di dalam Federasi Rusia," kata penasihat presiden Ukraina, Andriy Yermak, Sabtu (14/9/2024).

"Izin untuk menyerang jauh ke dalam Rusia akan mempercepat penyelesaian konflik."

Seruan itu muncul ketika Kiev melaporkan bahwa Rusia melancarkan lebih banyak serangan drone dan artileri ke Ukraina pada Jumat (13/9/2024).

Pejabat Ukraina berulang kali meminta sekutunya untuk menyetujui penggunaan senjata jarak jauh pemberian Barat untuk menyerang target yang berada jauh di dalam wilayah Rusia. 

Hingga kini, AS hanya mengizinkan Ukraina menggunakan senjata yang dipasoknya di area terbatas di perbatasan Rusia dengan Ukraina.

Pembicaraan mengenai izin serangan jarak jauh diyakini menjadi salah satu agenda dalam pertemuan Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer di Washington pada Jumat. Namun belum ada keputusan yang diumumkan.

Baca Juga: Putin Peringatkan Barat: jika Kiev Serang Rusia dengan Rudal Jarak Jauh, Artinya Perang Terbuka

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy terus mendesak AS dan sekutu lainnya agar mengizinkan pasukannya menggunakan senjata pemberian Barat untuk menargetkan pangkalan udara dan lokasi peluncuran yang lebih jauh, mengingat Rusia telah meningkatkan serangan terhadap jaringan listrik dan utilitas Ukraina menjelang musim dingin.

Zelenskyy tidak langsung mengomentari hasil pertemuan Biden dan Starmer, tetapi menyebutkan lebih dari 70 drone Rusia diluncurkan ke Ukraina pada Jumat. 

Angkatan Udara Ukraina kemudian melaporkan, 76 drone Rusia terlihat, di mana 72 di antaranya berhasil ditembak jatuh.

"Kita perlu memperkuat pertahanan udara dan kemampuan jarak jauh untuk melindungi rakyat kita," tulis Zelenskyy di media sosial.

"Kami sedang bekerja sama dengan semua mitra Ukraina mengenai hal ini."

Serangan malam lainnya dilaporkan menewaskan satu orang akibat tembakan artileri Rusia yang menargetkan infrastruktur energi di wilayah Sumy, Ukraina. 

Menurut Kementerian Energi Ukraina, seorang pengemudi berusia 54 tahun tewas dan tujuh orang lainnya dirawat di rumah sakit.

Sebuah bom udara, KAB, juga jatuh di kompleks garasi di kota Kharkiv, di bagian timur Ukraina, kata Gubernur Regional Ihor Terekhov. Tidak ada laporan mengenai korban jiwa.

Baca Juga: Inggris Tak Beri Sinyal Keputusan Soal Penggunaan Rudal Jarak Jauh oleh Ukraina

PM Inggris Keir Starmer, kanan, dan Menteri Luar Negeri David Lammy di kediaman duta besar Inggris di Washington, Jumat 13 September 2024, sebelum pertemuan mereka dengan Presiden AS Joe Biden. (Sumber: AP Photo)

Moskow Peringatkan Negara-Negara Barat

Pejabat di Moskow terus membuat pernyataan publik yang memperingatkan bahwa serangan jarak jauh akan memicu eskalasi lebih lanjut antara Rusia dan Barat. 

Peringatan ini sejalan dengan narasi yang dipromosikan Kremlin sejak awal perang. Mereka menuduh negara-negara NATO berpartisipasi secara de facto dalam konflik Rusia-Ukraina dan mengancam akan melakukan tindakan lebih lanjut.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan kepada kantor berita negara, Tass, pada Sabtu bahwa pemerintah AS dan Inggris mendorong konflik yang dimulai dengan invasi skala penuh Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, menuju "eskalasi yang sulit dikendalikan."

Pada Jumat, Biden merespons dengan santai komentar serupa dari Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (12/9/2024) bahwa mengizinkan serangan jarak jauh "akan berarti negara-negara NATO, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa berperang dengan Rusia."

Ketika ditanya pendapatnya tentang ancaman Putin, Biden menjawab, "Saya tidak terlalu memikirkan Vladimir Putin."

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU