> >

Atasi Krisis Demografi, China Naikkan Batas Usia Pensiun

Kompas dunia | 13 September 2024, 23:00 WIB
Seorang pria melaju di sepanjang pengendara yang hendak berangkat kerja pada jam sibuk pagi di Beijing, Jumat, 13 September 2024. (Sumber: AP Photo/Andy Wong)

BEIJING, KOMPAS.TV— China akan menaikkan usia pensiun mulai tahun depan, sebagai langkah untuk menghadapi masalah demografi yang semakin memburuk. Kebijakan ini diambil untuk mengatasi penurunan populasi dan meningkatnya jumlah tenaga kerja lansia. 

Usulan tersebut telah disahkan oleh Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional (NPC), lembaga legislatif China, pada Jumat (13/9/2024), setelah diumumkan secara mendadak awal pekan lalu.

Langkah ini menandai reformasi besar pertama sejak usia pensiun di China ditetapkan pada 1950-an. 

Usia pensiun pria akan dinaikkan menjadi 63 tahun, sementara bagi wanita akan disesuaikan menjadi 55 atau 58 tahun, tergantung pada sektor pekerjaan. 

Saat ini, usia pensiun di China untuk pria adalah 60 tahun, dan untuk wanita di sektor blue-collar (pekerja manual atau menggunakan kekuatan fisik) adalah 50 tahun, sementara pekerja wanita di sektor white-collar (pekerja profesional yang minim menggunakan kekuatan fisik) pensiun di usia 55 tahun.

"Kami memiliki semakin banyak orang yang mencapai usia pensiun, dan ini membuat dana pensiun menghadapi tekanan besar. Inilah saatnya untuk bertindak secara serius," kata Xiujian Peng, peneliti senior di Victoria University, Australia, dikutip dari The Associated Press.

Usia pensiun yang sebelumnya ditetapkan ketika harapan hidup di China hanya sekitar 40 tahun kini tidak lagi relevan. Harapan hidup saat ini telah meningkat signifikan, membuat reformasi ini menjadi kebutuhan mendesak.

Menurut NPC, kebijakan ini akan mulai berlaku pada Januari 2024 dan akan diimplementasikan secara bertahap selama 15 tahun berdasarkan tanggal lahir. 

Sebagai contoh, seorang pria yang lahir pada Januari 1971 baru bisa pensiun di usia 61 tahun dan tujuh bulan pada Agustus 2032. Sedangkan pria yang lahir pada Mei 1971 akan pensiun di usia 61 tahun dan delapan bulan pada Januari 2033.

Tantangan demografi sudah lama menjadi perhatian para ahli. Pada akhir 2023, China memiliki hampir 300 juta penduduk di atas usia 60 tahun. 

Baca Juga: Waduh, Jenderal China Bertekad Hancurkan Setiap Campur Tangan Asing di Laut China Selatan

Angka tersebut diperkirakan akan mencapai 400 juta pada 2035, melebihi jumlah penduduk Amerika Serikat saat ini. 

Akademi Ilmu Sosial China sebelumnya memproyeksikan bahwa dana pensiun publik akan kehabisan dana pada 2035 jika tidak ada langkah perbaikan.

Masalah ini tidak hanya dialami China. Amerika Serikat juga menghadapi tekanan serupa, dengan proyeksi bahwa dana jaminan sosialnya tidak akan mampu membayar penuh hak penerima pada 2033. 

"Ini terjadi di mana-mana, tetapi di China, dengan populasi lansia yang besar, tantangannya jauh lebih besar," kata Yanzhong Huang, peneliti senior bidang kesehatan global di Council on Foreign Relations.

Selain meningkatnya jumlah lansia, China juga menghadapi masalah rendahnya angka kelahiran. Banyak pasangan muda enggan memiliki anak karena tingginya biaya hidup. 

Pada 2022, untuk pertama kalinya, China melaporkan penurunan jumlah penduduk sebesar 850.000 orang dibandingkan tahun sebelumnya, dan pada 2023 angka ini semakin memburuk dengan penurunan lebih lanjut sebanyak 2 juta orang.

Tekanan sosial semakin membesar ketika jumlah tenaga kerja yang berkontribusi pada dana pensiun semakin menurun. Dana pensiun di China sebagian besar didanai dari pemotongan gaji para pekerja. 

Rasio ketergantungan, yang menghitung jumlah penduduk berusia di atas 65 tahun dibandingkan dengan jumlah pekerja di bawah usia 65 tahun, mencapai 21,8 persen pada 2022. Artinya, sekitar lima pekerja mendukung satu pensiunan. 

Rasio itu diperkirakan akan terus meningkat, yang berarti lebih sedikit pekerja yang menopang beban semakin banyaknya pensiunan.

Langkah reformasi usia pensiun ini akan menimbulkan tantangan dalam jangka pendek. Para ahli memperkirakan kebijakan ini akan menambah beban pada ekonomi China yang tengah berjuang dengan tingginya angka pengangguran kaum muda dan lemahnya pertumbuhan ekonomi. 

Baca Juga: Beijing: Arab Saudi Jadi Prioritas Diplomasi China di Timur Tengah

 

 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU