> >

Harris dan Trump Sama-Sama Tegaskan Sikap Pro-Israel, Pakar: Situasi Gaza Tak Akan Berubah

Kompas dunia | 11 September 2024, 21:42 WIB
Sejumlah orang menonton debat calon presiden antara Donald Trump dan Kamala Harris di Gipsy Las Vegas, Amerika Serikat (AS), Selasa (10/9/2024). (Sumber: John Locher/Associated Press)

PHILADELPHIA, KOMPAS.TV - Dua kandidat presiden Amerika Serikat (AS), Kamala Harris dan Donald Trump sama-sama menegaskan sikap pro-Israel mereka dalam debat capres AS yang digelar Philadelphia, negara bagian Pennsylvania, Selasa (10/9/2024) lalu.

Harris dan Trump sama-sama mengamini "hak pertahanan diri" Israel terkait serangan negara itu ke Jalur Gaza.

Harris menyatakan bahwa dia mendukung gencatan senjata segera di Jalur Gaza untuk membebaskan sandera.

Namun, kandidat Partai Demokrat itu menegaskan tetap akan mempersenjatai Israel jika menjabat.

Harris juga mengaku mendukung solusi dua-negara Israel-Palestina.

"Israel berhak mempertahankan diri, dan bagaimana melakukannya juga penting, karena juga benar bahwa terlalu banyak warga Palestina yang tidak bersalah terbunuh, anak-anak dan ibu. Apa yang kami pahami adalah perang ini harus diakhiri," kata Harris dikutip Al Jazeera.

Baca Juga: Palestina Ajukan Draf Resolusi PBB yang Desak Israel Hengkang dari Gaza dan Tepi Barat dalam 6 Bulan

Menurut data terkini Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, dari 41.084 korban terbunuh Israel di Gaza, lebih ari 16.500 di antaranya adalah anak-anak.

Perang Israel di Gaza pun menjadi perang paling mematikan bagi anak-anak sepanjang abad 21.

Sikap yang disampaikan Harris sesuai dengan pernyataan-pernyataan petinggi Demokrat dan pendahulunya, Joe Biden; yakni mengaku mendukung gencatan senjata tetapi enggan menghentikan arus senjata ke Israel.

"Saya akan selalu memberi Israel kemampuan untuk mempertahankan diri, khususnya terkait Iran dan setiap ancaman yang dihadirkan Iran dan proksi-proksinya terhadap Israel," kata Harris.

Di lain pihak, Donald Trump mengklaim konflik di Timur Tengah tidak akan terjadi jika dia menjabat sebagai presiden.

Kandidat Partai Republikan itu juga menuduh Harris memiliki bias anti-Israel.

"Dia (Harris) membenci Israel. Pada saat bersamaan, dengan caranya sendiri, dia membenci penduduk Arab karena seluruh wilayah itu akan hancur--Arab, rakyat Yahudi, Israel. Israel akan lenyap," kata Trump.

Pakar Israel di organisasi International Crisis Group, Mairav Zonszein menilai, baik Harris ataupun Trump tidak akan bersedia menekan Israel jika menjabat.

Menurutnya, siapa pun yang menang pilpres, AS tidak akan menggunakan daya tawarnya untuk mengubah situasi di Gaza.

"Pada titik ini, Harris dan Trump adalah kandidat pro-Israel yang mengatakan mereka tidak akan menggunakan daya tawar atau tekanan untuk mengubah tindakan Israel," kata Zonsezein.

Tetapi, Zonszein menilai Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan lebih senang jika Trump menang.

Pasalnya, ketika Trump menjadi presiden AS, Netanyahu diberi dukungan dalam banyak aksi kontroversial, khususnya terkait pendudukan ilegal Israel di Palestina.

"Apa yang dipahami semua orang adalah Netanyahu seorang Republikan, bahwa dia menyukai Trump. Dia (Trump saat menjadi presiden AS) memberinya (Netanyahu) banyak hal terkait pendudukan, aneksasi, dan mengakui perampasan lahan secara paksa oleh Israel," kata Zonszein.

Baca Juga: Debat Panas Donald Trump vs Kamala Harris soal Aborsi, Ras, dan Ekonomi

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU