> >

Debat Panas Donald Trump vs Kamala Harris soal Aborsi, Ras, dan Ekonomi

Kompas dunia | 11 September 2024, 11:28 WIB
Calon presiden (capres) Amerika Serikat dari Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump, berjabat tangan dengan capres dari Partai Demokrat, Wakil Presiden Kamala Harris, selama debat capres yang diselenggarakan ABC News di National Constitution Center, Philadelphia, Pennsylvania, Selasa, 10 September 2024 waktu setempat. (Sumber: AP Photo)

Baca Juga: Perancis Jadi Satu-satunya Negara di Dunia yang Menjamin Aborsi Sebagai Hak Perempuan

Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Wakil Presiden Kamala Harris, berpidato selama Konvensi Nasional Demokrat di Chicago, Kamis, 22 Agustus 2024. (Sumber: AP Photo)

Debat Sengit tentang Aborsi

Harris langsung menyerang dengan membela hak aborsi, salah satu isu terkuat Demokrat sejak pengangkatan hakim Mahkamah Agung oleh Trump yang membatalkan hak konstitusional atas aborsi.

Ia memberikan argumen tajam, berbeda dengan pernyataan Biden yang sering kali melantur dalam debat pada Juni lalu.

"Donald Trump dan pemerintah seharusnya tidak mengatur tubuh perempuan," kata Harris.

Ia menggambarkan situasi tragis wanita yang harus menghadapi komplikasi medis, keputusan sulit, dan harus bepergian ke luar negara bagian untuk melakukan aborsi.

Trump, di sisi lain, mempertahankan pembatalan Roe v. Wade dengan mengatakan ia mengembalikan keputusan tersebut ke negara bagian, sesuai keinginan banyak warga AS.

Namun, ia terus mengulang klaim palsu bahwa Demokrat mendukung aborsi bahkan setelah bayi lahir, meskipun sudah dikoreksi oleh moderator Lynsey Davis.

"Saya melakukan pelayanan besar dengan membatalkan itu," kata Trump, merujuk pada pembatalan Roe v. Wade.

"Dan Mahkamah Agung menunjukkan keberanian besar dalam melakukannya. Saya sangat menghargai enam hakim itu."

Survei menunjukkan penolakan signifikan terhadap pembatalan Roe v. Wade, dan pemilih telah menghukum Partai Republik dalam pemilu terakhir karenanya.

Ketika ditanya apakah dia akan memveto undang-undang yang melarang aborsi nasional, Trump menolak menjawab dengan tegas, dan mengatakan undang-undang semacam itu tidak mungkin lolos di Kongres.

Baca Juga: Trump Ngambek Putin Pilih Dukung Kamala Harris di Pilpres AS, Merasa Tersinggung

Calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump, mengepalkan tangan ke udara usai menjadi korban percobaan pembunuhan dalam acara kampanye di Butler, Pennsylvania, Sabtu (13/7/2024). (Sumber: Evan Vucci/Associated Press)

"Saya Sedang Berbicara!"

Trump membalas serangan ketika dia menegur Harris yang memotong pembicaraan—interupsi yang tidak terdengar oleh penonton karena mikrofon Harris dimatikan sesuai aturan debat.

"Tunggu sebentar, saya yang berbicara sekarang," kata Trump, mengulang ucapan yang dulu digunakan Harris saat berdebat dengan Mike Pence pada 2020.

"Terdengar familiar?" tambahnya.

Trump yang Terkendali, namun Sesekali Tidak

Saat berlangsungnya debat, Trump sebagian besar berhasil mengendalikan dirinya, meskipun saat Harris memancingnya, ia mengeluarkan pernyataan yang kontroversial.

Trump menyebarkan rumor palsu bahwa imigran Haiti di Ohio memakan hewan peliharaan—sebuah klaim yang dibantah oleh pejabat setempat.

Saat Harris menyinggung kasus-kasus kriminal dan perdata yang dihadapi Trump, ia menuduh Harris dan Biden sebagai dalangnya.

"Saya mungkin tertembak di kepala karena hal-hal yang mereka katakan tentang saya," ujar Trump, merujuk pada upaya pembunuhan pada Juli lalu oleh seorang pria bersenjata.

Ketika ditanya apakah dia bertanggung jawab atas kerusuhan Capitol, Trump membentak dan menyalahkan Nancy Pelosi dan wali kota Washington.

Ia juga membela para perusuh dengan mengatakan mereka "diperlakukan sangat buruk" dan tetap bersikeras bahwa ia tidak kalah dalam Pemilu 2020.

Harris menanggapi, "Donald Trump dipecat oleh 81 juta orang, mari kita perjelas hal itu."

Baca Juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Lebih Dukung Kamala Harris Ketimbang Donald Trump

Pertarungan Gagasan Ekonomi

Debat dimulai dengan diskusi mengenai ekonomi. Harris menyerang rencana tarif besar-besaran Trump dan defisit perdagangan yang terjadi di masa pemerintahannya.

Trump, seperti biasa, membombardir Harris dengan tuduhan inflasi, meskipun beberapa klaimnya tidak akurat.

Dia menyebut Harris sebagai "Marxis", meskipun wakil presiden itu baru saja mengutip ulasan positif dari Goldman Sachs dan Wharton School.

Trump juga berkeras bahwa rakyat AS masih mengenang masa pemerintahannya dengan baik.

"Saya menciptakan salah satu ekonomi terbesar dalam sejarah negara kita," kata Trump.

Harris menjawab tegas, "Donald Trump tidak punya rencana untuk kalian."

Survei Associated Press-NORC pada Agustus lalu menunjukkan rakyat AS sedikit lebih cenderung mempercayai Trump daripada Harris dalam hal penanganan ekonomi.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV, Associated Press


TERBARU