> >

Ribuan Demonstran Tolak Penunjukan Michel Barnier sebagai Perdana Menteri Prancis

Kompas dunia | 7 September 2024, 22:35 WIB
Pemimpin Prancis yang tak tergoyahkan Jean-Luc Melenchon, tengah, yang mengkritik penunjukan perdana menteri baru yang konservatif, Michel Barnier, sebagai perebutan kekuasaan, memberi isyarat saat ia berpartisipasi dalam demonstrasi protes di Paris, Prancis, Sabtu, 7 September 2024. (Sumber: AP Photo/Michel Euler)

PARIS, KOMPAS.TV - Ribuan demonstran turun ke jalan di berbagai kota di Prancis pada Sabtu (7/9/2024), menentang penunjukan Michel Barnier sebagai Perdana Menteri oleh Presiden Emmanuel Macron.

Aksi protes ini dipimpin oleh kubu sayap kiri yang dipelopori Jean-Luc Melenchon, yang menganggap langkah Macron sebagai bentuk pengabaian terhadap kehendak rakyat setelah pemilu legislatif yang berujung pada parlemen yang terpecah.

Penunjukan Barnier, tokoh konservatif yang pernah menjadi kepala negosiator Brexit Uni Eropa, memicu kemarahan terutama dari partai France Unbowed yang dipimpin Melenchon. 

Para demonstran menilai latar belakang Barnier tidak mencerminkan aspirasi publik yang dinilai lebih condong ke kiri dalam pemilu lalu.

Di Paris, pusat demonstrasi berlangsung di Place de la Bastille, tempat yang bersejarah dalam perjuangan demokrasi Prancis. Ribuan warga yang mengenakan atribut partai kiri menyerukan penolakan terhadap Barnier.

Polisi setempat telah bersiap untuk menghadapi kemungkinan bentrokan di tengah suasana yang memanas.

Selain di Paris, dilansir dari The Associated Press, aksi serupa juga digelar di 150 titik lainnya di seluruh negeri, termasuk Montauban dan Auch di wilayah barat daya Prancis. 

Di Montauban, seorang orator dalam aksi tersebut mengutuk penunjukan Barnier sebagai bentuk "pengkhianatan terhadap demokrasi". 

"Rakyat telah diabaikan," ujarnya di hadapan massa yang antusias.

Baca Juga: Prancis Geger, Pria Ini Didakwa Rencanakan Pemerkosaan Istrinya oleh Puluhan Orang Selama 10 Tahun

Di tengah berlangsungnya aksi protes, Michel Barnier menjalankan tugas perdananya sebagai Perdana Menteri dengan mengunjungi tenaga kesehatan di Rumah Sakit Necker, Paris. 

Dalam kesempatan tersebut, Barnier berjanji untuk mendengarkan keluhan publik, terutama terkait sektor layanan publik yang dinilai banyak mengalami tekanan.

Barnier, yang saat ini masih dalam proses menyusun kabinetnya, menghadapi tantangan besar untuk menavigasi politik Prancis yang terpecah belah. 

Hasil pemilu legislatif Juli lalu meninggalkan parlemen yang terfragmentasi, dengan blok sayap kiri, kanan, dan Macron yang sama-sama kuat, namun tanpa mayoritas yang jelas.

Jordan Bardella, pemimpin partai sayap kanan National Rally (RN), juga turut memberikan peringatan kepada Barnier. 

Dalam pidatonya di Chalons-en-Champagne, Bardella menuntut agar Barnier memasukkan agenda partainya, terutama dalam hal keamanan nasional dan imigrasi. 

"Barnier berada di bawah pengawasan kami," katanya.

Barnier, yang kini berusia 73 tahun, menggantikan Gabriel Attal, perdana menteri termuda dalam sejarah Republik Kelima Prancis. 

Attal, yang berusia 34 tahun saat diangkat, terpaksa mengundurkan diri setelah Macron dan partai sentrisnya menderita kekalahan besar dalam pemilu Juli lalu. 

Baca Juga: Serbia Borong 12 Jet Tempur Rafale dari Prancis Senilai Rp45,09 Triliun, Mirip Pesanan Indonesia

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press


TERBARU