> >

Presiden Rusia Vladimir Putin Lebih Dukung Kamala Harris Ketimbang Donald Trump

Kompas dunia | 5 September 2024, 22:31 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin hari Jumat, 14/6/2024, di Kemenlu Rusia di Moskow untuk pertama kalinya menguraikan syarat Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina dan memulai pembicaraan damai. (Sumber: Anadolu)

KOMPAS.TV - Presiden Rusia Vladimir Putin secara mengejutkan dia lebih mendukung Wakil Presiden Kamala Harris ketimbang mantan Presiden Donald Trump dalam Pilpres Amerika Serikat (AS).

Pernyataan Putin itu muncul beberapa jam setelah pemerintahan Biden menuduh Rusia melakukan kampanye intervensi pemilu yang luas dan canggih.

"Saya mengatakan bahwa 'favorit' kami, jika boleh saya katakan demikian, adalah Presiden petahana, Tuan Biden. Dia telah dikeluarkan dari pencalonan, tetapi dia merekomendasikan agar semua pendukungnya mendukung Ibu Harris. Jadi kami akan melakukan hal yang sama, kami akan mendukungnya," kata Putin dengan tersenyum kecut dalam sebuah forum ekonomi di Vladivostok, Kamis (5/9/2024), dikutip dari CBS News.

"Dia tertawa dengan ekspresi yang sangat menular, yang berarti bahwa semuanya baik-baik saja dengannya," lanjut Putin.

"Dan jika semuanya baik-baik saja dengan dia — maka Trump telah memperkenalkan begitu banyak pembatasan dan sanksi terhadap Rusia yang belum pernah diperkenalkan presiden sebelumnya — dan jika semuanya baik-baik saja dengan Ibu Harris, maka mungkin dia akan menahan diri dari tindakan semacam itu," ucap Putin dengan nada sarkastik.

Pihak Moskow sebelumnya telah mengejek tuduhan Amerika Serikat mengenai campur tangan politik pemerintah Rusia.

Pemerintahan Biden pada hari Rabu (4/9/2024) menuduh Rusia mencoba untuk mengganggu Pilpres AS di bulan November.

Mereka menyebut Rusia membuat situs berita palsu yang dirancang untuk menyebarkan propaganda Rusia secara diam-diam di kalangan warga Amerika.

Baca Juga: Vladimir Putin: Tak Terwujudnya Solusi Dua Negara Buat Konflik Israel-Palestina Tak Kunjung Selesai

Dalam sebuah pertemuan Gugus Tugas Ancaman Pemilu, yang melibatkan Direktur FBI Chris Wray dan pejabat tinggi lainnya di Departemen Kehakiman, Jaksa Agung Merrick Garland mengatakan bahwa Rusia menyebarkan propaganda melalui Russia Today, yang dikenal sebagai RT, sebuah media yang didanai oleh negara.

RT disebut telah melaksanakan skema untuk mendanai perusahaan yang berbasis di Tennessee.

Tujuannya guna menciptakan dan menyebarkan konten yang sejalan dengan tujuan Rusia untuk mendorong perpecahan dalam masyarakat Amerika Serikat dan merongrong dukungan terhadap Ukraina.

Garland mengatakan, Departemen Kehakiman telah menyita 32 domain internet yang digunakan oleh aktor pro-Rusia.

"Pemerintah Rusia juga melakukan "kampanye tersembunyi guna mengganggu dan mempengaruhi hasil pemilu di negara kami," katanya.

"Ini sangat serius, dan kami akan menanganinya dengan sewajarnya," tegas Garland.

Menurut dokumen yang diserahkan oleh Departemen Kehakiman, salah satu kampanye Rusia, yang disebut "Proyek Good Old USA," bertujuan untuk mengurangi tingkat kepercayaan Presiden Biden di kalangan warga Amerika sebelum ia mengundurkan diri dari pencalonan.

Dokumen terkait kampanye Rusia lainnya, yang disebut "Proyek Influencer Media Sosial AS," menggambarkan Partai Republik yang mendorong agenda yang relatif pro-Rusia.

Pada bulan Juli, pejabat AS dari Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI), FBI, dan Departemen Keamanan Dalam Negeri mengindikasikan bahwa Rusia berusaha untuk mendukung pencalonan Trump dalam siklus pemilu ini.

Seperti yang terjadi pada tahun 2016 dan 2020, meskipun mereka tidak secara langsung menyebut kampanyenya.

"Kami tidak mengamati perubahan preferensi Rusia untuk pemilihan presiden dibandingkan dengan pemilu sebelumnya, mengingat peran yang dimainkan AS terkait Ukraina dan kebijakan yang lebih luas terhadap Rusia," kata seorang pejabat ODNI dalam pembaruan keamanan pemilu pada 9 Juli. 

Baca Juga: Zelenskyy Ternyata Ingin Duduki Wilayah Rusia tanpa Batas Waktu, kecuali jika Putin Lakukan Hal Ini

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Deni-Muliya

Sumber : CBS News


TERBARU