Netanyahu Makin Bikin Gallant Kesal, Pembebasan Sandera Ternyata Bukan Prioritas PM Israel
Kompas dunia | 31 Agustus 2024, 11:30 WIBTEL AVIV, KOMPAS.TV - Perpecahan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dengan Menteri Pertahanan Yoav Gallant tampaknya kian besar.
Netanyahu dilaporkan telah membuat Gallant kesal dengan perioritasnya atas kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
Netanyahu dilaporkan telah berbicara ke Gallant pada Kamis (29/8/2024).
Pada pembicaraan tersebut, Netanyahu mengungkapkan prioritasnya bukanlah menyelamatkan sandera Israel tersisa di Gaza.
Baca Juga: Perempuan Jatuh ke Lubang Besar yang Muncul di Jalanan Kuala Lumpur, Pencariannya Berbahaya
Prioritasnya ternyata adalah mempertahankan pasukan Israel di Koridor Philadelphi.
Dikutip dari The Times of Israel, pendiriannya tersebut ia ungkapkan dalam pertemuan kabinet keamanan pada Kamis malam.
Ketika itu, Netanyahu meminta badan menteri tertinggi melakukan pemungutan suara untuk menyetujui serangkaian peta yang dibuat oleh Paukan Pertahanan Israel (IDF).
Peta itu menunjukkan bagaimana Israel bertujuan mempertahankan pasukannya dikerahkan di wilayah sempit sepanjang sembilan mil, wilayah yang dikenal sebagai Koridor Philadelphi. Selama fase pertama gencatan senjata dan pertukaran sandera yang dinegosiasikan dengan Hamas.
Ini menjadi bukti perpecahan terbaru antara Netanyahu dan pasukan pertahanan Israel.
Gallant dan para kepala keamanan Israel telah berulang kali mendorong Netanyahu untuk lebih berkompromi dalam perundingan, khususnya mengenai Koridor Philadelphi.
Hal itu mereka lakukan karena khawatir sikap keras Netanyahu akan menggagalkan kesepakatan.
Berdasarkan transkrip yang bocor dari pertemuan itu kepada media Israel, Channel 12, Jumat (30/8/2024), para menteri tak mendapat pemberitahuan sebelumnya mereka akan mengadakan pemungutan suara pada peta IDF.
Selain itu, Gallant juga ingin mengetahui mengapa hal itu perlu dilakukan.
“Arti penting dari hal ini adalah Hamas tak akan menyetujuinya, sehingga tak akan ada kesepakatan dan tidak akan ada sandera yang dibebaskan,” kata Gallant pada transkrip itu.
Netanyahu pun langsung membalas perkataan Gallant dengan keras.
“Ini adalah keputusannya,” ujar PM Israel.
Menteri Urusan Strategis Ron Dermer kemudian mendorong agar pemungutan suara dilakukan terhadap peta-peta yang disampaikan IDF, pekan lalu kepada para mediator di Kairo, Mesir.
Namun, Gallant mengklaim bahwa Netanyahu telah memaksakan posisinya terhadap lembaga keamanan, dan bahwa peta-peta yang disajikan IDF bertentangan dengan pendiriannya.
“Saya memaksakan? Saya memaksakan?” jawab” Netanyahu.
“Tentu saja Anda melakukannya. Mereka memiliki rencana sendiri. Anda menjalankan negosiasi sedirian sejak kabinet perang dibubarkan (pada Juni),” ujar Gallant
“Kami mengetahui keputusan itu, hanya setelah mengetahui faktanya. Para negosiator menggambarkan peta seperti yang Anda inginkan, tetapi mereka memiliki posisi berbeda,” ujarnya.
Netanyahu kemudian memukul meja, meminta pemilihan suara segera dilakukan untuk peta Philadephi.
Kepala Staf IDF Herzi Halevi pun mengungkapkan kekhawatiran mengenai strategi Netanyahu.
Baca Juga: Dewan Keamanan PBB Kecam Serangan Militer Israel terhadap Pekerja Kemanusiaan
“IDF akan tahu bagaimana cara masuk dan keluar dari Koridor Philadelphi pada akhir dari enam pekan gencatan senjata,” katanya.
“Ada banyak kendalan dalam pembicaraan, Anda tak perlu menambahkannya lagi,” ucap Halevi.
Direktur Mossad David Barnea, yang memimpin tim negosiasi Israel juga mendukung ucapan Halevi dan Gallant.
“Tak masuk akal melakukan pemungutan suara sekarang. Saat ini, negosiasi tengah fokus pada hal lain, dan bukan Koridor Philadelphi,” tuturnya.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : The Times of Israel