> >

Bayi di Gaza Lumpuh Akibat Polio, Kesalahan Kampanye Vaksinasi Disorot

Kompas dunia | 29 Agustus 2024, 22:50 WIB
Bayi pengungsi Abdel-Rahman Abu El-Jedian, yang menderita polio, tidur di kamp tenda darurat di Deir al-Balah, bagian tengah Jalur Gaza, Selasa, 27 Agustus 2024. (Sumber: AP Photo/Abdel Kareem Hana)

GAZA, KOMPAS.TV — Seorang bayi di Gaza baru-baru ini mengalami kelumpuhan akibat infeksi polio.

Kasus ini menjadi sorotan para ilmuwan yang menilai bahwa infeksi tersebut merupakan hasil dari kegagalan kebijakan kesehatan publik dalam kampanye pemberantasan polio global.

Infeksi polio ini merupakan yang pertama kali terdeteksi di wilayah Gaza dalam lebih dari 25 tahun. 

Virus yang menginfeksi bayi berusia 10 bulan tersebut berasal dari strain virus yang bermutasi dan terdeteksi pada limbah orang yang telah divaksinasi. Virus ini menyebabkan kelumpuhan pada bagian bawah kaki sang bayi.

Bayi tersebut merupakan satu dari ratusan ribu anak di Gaza yang tidak mendapatkan vaksinasi akibat konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas. 

Para ilmuwan menyebut bahwa kasus ini mencerminkan kegagalan upaya pemberantasan polio yang dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan mitra-mitranya. 

Sebuah laporan draft yang disusun oleh para ahli independen bahkan menyebut upaya tersebut sebagai "kegagalan besar" yang menjadi kemunduran serius dalam eradikasi polio.

Strain polio yang menginfeksi bayi di Gaza tersebut diketahui berasal dari virus yang semula digunakan dalam vaksin polio oral. 

Vaksin ini sebelumnya dipuji karena keberhasilannya mencegah jutaan anak di seluruh dunia dari kelumpuhan.

Baca Juga: AS Tolak Rencana Israel Usir Massal Warga Palestina di Tepi Barat seperti di Gaza

Namun, virus tersebut dikeluarkan dari vaksin pada 2016 dengan harapan dapat mencegah wabah yang terkait dengan vaksin.

Sayangnya, keputusan tersebut justru menyebabkan lonjakan kasus polio di beberapa negara.

Menurut ahli virologi dari Universitas Columbia, Vincent Racaniello, keputusan untuk mengganti vaksin adalah kesalahan besar. 

"Keputusan ini didasarkan pada asumsi yang salah, dan akibatnya, kini kita memiliki lebih banyak kasus polio dan anak-anak yang lumpuh," ujarnya dikutip dari The Associated Press.

Laporan yang belum dipublikasikan ini juga menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan meremehkan jumlah virus di lingkungan dan terlalu optimis dalam kemampuan mereka mengendalikan wabah. 

Akibatnya, terjadi wabah polio terkait vaksin di 43 negara, yang telah melumpuhkan lebih dari 3.300 anak.

Meskipun laporan ini belum final dan akan dipublikasikan bulan depan, WHO mengakui bahwa strategi vaksinasi yang diterapkan memang memperburuk risiko terjadinya epidemi polio terkait vaksin. 

WHO menyatakan bahwa rendahnya cakupan vaksinasi menjadi penyebab utama munculnya wabah.

Di Gaza, hanya sekitar 90 persen dari populasi yang telah divaksinasi, sementara target cakupan untuk menghentikan wabah adalah 95 persen.

Untuk mencegah penyebaran polio lebih lanjut di Gaza dan wilayah sekitarnya, WHO bersama mitra-mitranya berencana melakukan dua putaran kampanye vaksinasi dalam beberapa minggu mendatang. 

Baca Juga: Israel Umumkan Pengusiran Warga Palestina dari Tepi Barat Bagian Utara, Mirip dengan Langkah di Gaza

Kampanye ini menargetkan 640.000 anak dengan menggunakan versi terbaru dari vaksin polio oral yang dirancang untuk meminimalkan risiko wabah terkait vaksin.

Namun, Racaniello menilai langkah tersebut sebagai keputusan yang tidak etis.

Menurutnya, vaksin yang digunakan dalam kampanye ini tidak dilisensikan di negara-negara maju karena risiko peningkatan kasus polio di kalangan anak-anak yang belum divaksinasi.

Meski demikian, vaksin polio oral telah terbukti berhasil menurunkan infeksi polio secara global lebih dari 99 persen. 

Vaksin ini juga lebih mudah diproduksi, didistribusikan, dan diberikan kepada anak-anak.

Dengan hanya dua tetes per dosis, vaksin ini dapat diberikan oleh relawan tanpa memerlukan tenaga medis profesional.

Namun, penggunaan vaksin ini juga menimbulkan tantangan baru dalam pemberantasan polio. 

Seiring dengan menurunnya kasus polio yang disebabkan oleh virus liar, kasus polio yang terkait dengan vaksin justru meningkat, dan kini menjadi mayoritas infeksi polio di lebih dari selusin negara.

Termasuk Afghanistan dan Pakistan, di mana transmisi virus liar belum sepenuhnya dihentikan.

"Ini adalah konsekuensi dari pilihan sulit yang kita buat ketika memutuskan menggunakan vaksin polio oral," kata Dr. Paul Offit, Direktur Pusat Edukasi Vaksin di Universitas Philadelphia. 

"Jika kita benar-benar ingin memberantas polio, kita harus berhenti menggunakan vaksin dengan virus yang dilemahkan," ujarnya.

Kasus di Gaza ini menunjukkan betapa sulitnya upaya global untuk memberantas polio.

Kejadian ini juga menekankan pentingnya meninjau kembali strategi vaksinasi yang digunakan untuk melindungi populasi dari risiko virus yang terus berkembang. 

Baca Juga: Tentara Israel Bakar Al-Qur'an di Gaza, Hamas Desak Dunia Bertindak: Kelakuan Fasis Harus Dikecam

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Deni-Muliya

Sumber : Associated Press


TERBARU