> >

Militer Haiti Rekrut Tentara Baru untuk Lawan Geng, Anak Muda Berbondong-bondong Melamar

Kompas dunia | 28 Agustus 2024, 18:05 WIB
Anggota baru Angkatan Bersenjata Haiti merayakan kelulusan mereka di Port-au-Prince, Haiti, Kamis, 22 Desember 2022. (Sumber: AP Photo)

Namun, dokumen dari Kementerian Pertahanan menunjukkan setidaknya 3.000 orang telah dipilih pada pertengahan Agustus untuk menjalani tes fisik dan mental.

Tentara Haiti dulunya ditakuti dan dibenci, dengan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan. 

Militer ini dibubarkan pada 1995 setelah kudeta terakhir pada 1991 yang menggulingkan Presiden Jean-Bertrand Aristide.

"Keputusan untuk membubarkan tentara... terbukti menjadi salah satu keputusan paling katastrofis dalam sejarah negara ini," kata Michael Deibert, penulis dua buku tentang Haiti.

Baca Juga: Kekerasan di Haiti Kian Sadis, Pasangan Misionaris AS Ditembak Mati Geng Penjahat

Dua polisi Haiti tampak bertempur di jalanan Haiti, Jumat (1/3/2024). (Sumber: AP Photo)

Akibatnya, geng-geng mulai berkembang pada akhir 1990-an dan awal 2000-an, menggantikan peran keamanan yang seharusnya dijalankan oleh militer.

Militer Haiti dibentuk kembali pada 2017 oleh Presiden Jovenel Moïse, yang dibunuh pada Juli 2021. Sejak saat itu, militer memainkan peran kecil dalam melawan geng-geng, hingga Perdana Menteri Ariel Henry mengumumkan pada Maret 2023 bahwa ia akan mengerahkan semua kekuatan keamanan.

Jenderal Derby Guerrier dilantik sebagai kepala angkatan bersenjata yang baru pada 20 Agustus, beberapa hari setelah rekrutmen besar-besaran prajurit baru berakhir. “Bersiaplah!” perintah Guerrier kepada para prajurit dan perwira dalam pidato singkat namun bersemangat.

Lebih dari 3.200 pembunuhan dilaporkan di seluruh Haiti dari Januari hingga Mei tahun ini. Kekerasan geng membuat lebih dari setengah juta orang kehilangan tempat tinggal.

Perdana Menteri Garry Conille yang baru diangkat memperingatkan bahwa angkatan bersenjata menghadapi "tantangan kolosal". Ia berjanji untuk memodernisasi militer serta berinvestasi dalam teknologi komunikasi dan pengawasan. “Seorang prajurit... yang keluarganya aman dan terurus adalah prajurit yang lebih fokus dan bertekad,” kata Conille.

Militer diharapkan bekerja sama dengan polisi Haiti dan misi yang didukung PBB yang dipimpin oleh Kenya, yang telah mengirim sekitar 400 polisi ke Haiti untuk membantu menekan kekerasan geng. 

Celadon, mekanik yang juga melamar berharap, “Saya ingin melihat negara ini seperti yang saya dengar dulu: Haiti di mana semua orang bisa bergerak bebas, tanpa geng, di mana semua orang bisa bekerja,” katanya.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU