> >

Kejutan! Pemimpin Tertinggi Iran Buka Peluang Negosiasi dengan AS Soal Program Nuklir

Kompas dunia | 27 Agustus 2024, 19:21 WIB
Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei menyatakan Teheran harus memberikan tanggapan atas tindakan Israel yang melancarkan serangan udara besar-besaran di Jalur Gaza, yang membalas serangan Hamas di Israel Selatan yang menewaskan lebih dari 1.400 warga sipil Israel, Selasa (17/10/2023). (Sumber: IRNA)

Sejak kesepakatan nuklir itu runtuh, Iran telah mengabaikan semua batasan yang ditetapkan dalam kesepakatan tersebut dan sekarang memperkaya uranium hingga kemurnian 60%, mendekati tingkat kemurnian yang dibutuhkan untuk senjata nuklir yaitu 90%.

Kamera pengawas yang dipasang oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah terganggu, sementara Iran juga melarang beberapa inspeksi dari pengawas paling berpengalaman di badan tersebut. Pejabat Iran juga semakin sering mengancam bahwa mereka bisa mengejar pengembangan senjata nuklir.

Sementara itu, ketegangan antara Iran dan Israel mencapai titik tertinggi selama perang Israel-Hamas di Jalur Gaza. Pada bulan April lalu, Iran melancarkan serangan drone dan rudal yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel setelah perang bayangan antara kedua negara mencapai puncaknya dengan serangan Israel terhadap gedung konsulat Iran di Suriah yang menewaskan dua jenderal Iran dan beberapa orang lainnya.

Baca Juga: Bunker Nuklir Iran Disebut Terlalu Dalam untuk Ditembus Bom Termutakhir AS, Washington Ketar-ketir

Fasilitas nuklir Iran di Natanz, Teheran. (Sumber: Atomic Energy Organization of Iran via AP, File)

Pembunuhan terhadap pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran juga memicu ancaman balasan dari Iran terhadap Israel.

Pezeshkian, seorang mantan anggota parlemen yang memenangkan pemilihan presiden setelah kecelakaan helikopter pada bulan Mei lalu menewaskan Presiden garis keras Ebrahim Raisi, sebagian besar berkampanye dengan janji untuk kembali bernegosiasi dengan Barat.

Pernyataan Khamenei sebagai pemimpin tertinggi Iran bisa memberikan perlindungan politik bagi Pezeshkian untuk melanjutkan rencananya tersebut. Menteri Luar Negeri baru Pezeshkian, Abbas Araghchi, adalah sosok yang terlibat langsung dalam negosiasi kesepakatan tahun 2015.

Pertemuan hari Selasa antara Khamenei dan kabinet Pezeshkian juga dihadiri oleh mantan Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif, yang membantu Iran mencapai kesepakatan tahun 2015 tersebut.

Setelah pertemuan itu, Zarif menyatakan dalam sebuah pesan online bahwa ia akan terus menjabat sebagai wakil presiden dalam pemerintahan Pezeshkian, meskipun sebelumnya ia sempat mengundurkan diri secara terbuka karena komposisi kabinet.

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU