> >

Kerusuhan Besar di Inggris Dipastikan Akibat Berita Hoax, Pakistan Tangkap Tersangka Pelaku

Kompas dunia | 22 Agustus 2024, 07:36 WIB
Kerusuhan selama protes anti-imigrasi di luar Holiday Inn Express di Rotherham, Inggris, Minggu, 4 Agustus 2024. Seorang pria di Pakistan ditangkap dan didakwa dengan terorisme dunia maya pada Rabu, 21/8/2024, setelah diduga menyebarkan informasi berita hoax dan palsu yang memicu kerusuhan besar di Inggris awal bulan ini. (Sumber: AP Photo)

LAHORE, KOMPAS TV – Kerusuhan besar yang terjadi di Inggris beberapa pekan lalu dipastikan hasil berita hoax.

Seorang pria di Pakistan ditangkap dan didakwa dengan tudingan terorisme dunia maya pada Rabu, 21/8/2024, setelah diduga menyebarkan informasi berita hoax dan palsu yang memicu kerusuhan besar di Inggris awal bulan ini.

Pria bernama Farhan Asif, 32 tahun, yang bekerja sebagai pengembang web lepas, ditahan oleh pihak berwenang di Lahore, ibu kota provinsi Punjab, seperti yang disampaikan oleh Wakil Inspektur Jenderal Imran Kishwar. 

Asif dituduh menyebarkan informasi tidak benar melalui YouTube dan Facebook terkait seorang remaja Inggris yang terlibat dalam serangan penikaman yang menewaskan tiga gadis dan melukai 10 orang lainnya pada 29 Juli lalu di sebuah kelas tari di Inggris Barat Laut.

Informasi tersebut secara keliru menyebutkan bahwa pelaku adalah seorang pencari suaka baru yang beragama Muslim.

Baca Juga: Awal Mula Kerusuhan Inggris, Hasutan Anti-imigran dan Anti-Islam Tunggangi Duka Penikaman Anak

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer hari Minggu, 4 Agustus 2024, menyebut para perusuh sebagai premanisme sayap kanan, dan memperingatkan mereka yang ikut dalam kerusuhan akan menyesal. (Sumber: Anadolu )

Menyusul tersebarnya informasi ini, massa yang marah menyerang sebuah masjid dekat lokasi kejadian pada hari berikutnya. Polisi Inggris akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi untuk mengklarifikasi bahwa pelaku sebenarnya lahir di Inggris. 

Media Inggris juga melaporkan bahwa orang tua pelaku yang sebenarnya berasal dari Rwanda dan diduga beragama Kristen.

Channel3 Now, sebuah akun di platform X yang mengaku sebagai saluran berita, menjadi salah satu yang pertama menyebarkan nama palsu tersebut, yaitu Ali Al-Shakati. Akun Facebook dari Channel3 Now menyebutkan bahwa saluran tersebut dikelola oleh orang-orang yang berada di Pakistan dan Amerika Serikat.

Pada 31 Juli, pemimpin redaksi Channel3 Now mengeluarkan permintaan maaf atas "informasi menyesatkan yang diterbitkan dalam artikel terbaru kami. Kami sangat menyesal atas kebingungan atau ketidaknyamanan yang mungkin terjadi." 

Meskipun begitu, informasi palsu tersebut sudah terlanjur tersebar luas, yang kemudian memicu kerusuhan selama lebih dari seminggu di seluruh Inggris, menyebabkan lebih dari 1.000 orang ditangkap. 

Pihak berwenang menyalahkan kelompok sayap kanan yang diduga memanfaatkan informasi palsu ini untuk mendorong aksi kekerasan secara online.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Associated Press


TERBARU