> >

Mesir Pesimistis Kesepakatan Gencatan Senjata Akan Tercapai usai Sabotase Netanyahu Terbongkar

Kompas dunia | 22 Agustus 2024, 07:10 WIB
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada 6 Mei 2024. (Sumber: AP Photo)

Pejabat Mesir lainnya menambahkan, peluang terjadinya terobosan sangat kecil karena Israel menolak untuk berkomitmen pada penarikan pasukan sepenuhnya dari Gaza dalam fase kedua kesepakatan.

Netanyahu juga bersikeras untuk tetap mengontrol koridor Philadelphi dan koridor Netzarim.

Pejabat itu juga menyebutkan Mesir telah menyampaikan kepada AS dan Israel bahwa mereka tidak akan membuka kembali perbatasan Rafah, jalur penting untuk bantuan kemanusiaan, tanpa penarikan penuh pasukan Israel dari wilayah Palestina dan koridor Philadelphi.

Kedua pejabat Mesir tersebut berbicara secara anonim karena sensitivitas dari negosiasi ini.

Para mediator dijadwalkan bertemu pada Kamis (22/8/2024) dan Jumat (23/8/2024) di Kairo untuk membahas lebih lanjut usulan ini sebelum secara resmi diserahkan kepada Hamas.

Pejabat politik Hamas, Bassem Naim, mengatakan pada Selasa (20/8) bahwa usulan tersebut mengadopsi beberapa tuntutan baru dari Netanyahu, termasuk tetap menempatkan pasukan Israel di Rafah, Philadelphi, dan Netzarim serta melakukan penggeledahan terhadap warga Palestina yang kembali ke Gaza utara.

Israel mengeklaim penggeledahan itu diperlukan untuk menemukan anggota Hamas.

Baca Juga: Hamas Tolak Syarat Israel untuk Gencatan Senjata gegara Netanyahu Ingin Kuasai Koridor Philadelphi

Menlu AS Antony Blinken (kiri) bertemu Presiden Israel Isaac Herzog di Tel Aviv, Israel, Senin, 19 Agustus 2024. (Sumber: AP Photo )

Naim juga menyebut usulan tersebut mencakup perubahan dalam pertukaran tahanan yang ditahan di Gaza dengan warga Palestina yang ditahan di Israel, namun tidak ada jaminan gencatan senjata akan tetap berlangsung selama negosiasi berlangsung dari fase pertama menuju fase kedua.

Dalam rencana sebelumnya, fase kedua akan mencakup gencatan senjata permanen, penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza, dan pembebasan tahanan laki-laki yang tersisa, baik warga sipil maupun tentara.

Blinken, setelah pertemuannya di Mesir dan Qatar, menyatakan kepada wartawan bahwa usulan tersebut "sangat jelas mengenai jadwal dan lokasi penarikan pasukan Israel dari Gaza," meskipun belum ada rincian yang muncul.

Namun, di Israel sendiri, ada skeptisisme dan kelelahan terhadap komitmen Netanyahu dalam mengamankan kesepakatan gencatan senjata.

"Selama negosiator percaya bahwa Netanyahu menggagalkan kesepakatan, tidak akan ada kepercayaan," tulis komentator Nadav Eyal dalam surat kabar Yedioth Ahronoth.

"Dan, tanpa adanya kepercayaan, masyarakat Israel akan tetap terpecah dan hancur."

Perang Israel di Gaza, yang telah berlangsung selama 10 bulan, telah menyebabkan kehancuran luas dan memaksa sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi, bahkan berulang kali.

Berbagai lembaga bantuan khawatir akan terjadinya wabah polio dan penyakit lainnya.

Israel mengeklaim serangan Hamas dan militan lainnya pada 7 Oktober lalu menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil. Sedangkan serangan Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 40.000 warga Palestina.

Lebih dari 100 tahanan dibebaskan Hamas dalam gencatan senjata tahun lalu dan ditukar dengan warga Palestina yang ditahan Israel.

Israel menahan ribuan warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak, bahkan sebelum serangan Hamas pada 7 Oktober. Banyak dari mereka yang ditahan tanpa dakwaan.

Hamas saat ini diduga masih menahan sekitar 110 tahanan, meskipun otoritas Israel memperkirakan sekitar sepertiga dari mereka sudah meninggal.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press, Anadolu


TERBARU