> >

Kongo Laporkan 1.000 Lebih Kasus Mpox Baru dalam Seminggu, Afrika Desak Penyediaan Vaksin Segera

Kompas dunia | 22 Agustus 2024, 05:40 WIB
Seorang gadis muda yang menderita mpox sedang menunggu perawatan di sebuah klinik di Munigi di bagian timur Kongo, Senin, 19 Agustus 2024. (Sumber: AP Photo)

Badan bantuan Amerika Serikat juga mendonasikan 50.000 dosis vaksin serupa ke Kongo. Jepang juga telah menyumbangkan sejumlah dosis ke Kongo.

Namun, Afrika berkemungkinan membutuhkan jauh lebih banyak. Menteri Kesehatan Kongo menyatakan negaranya saja memerlukan 3 juta dosis vaksin untuk mengakhiri wabah tersebut, yang telah menyebar ke setidaknya empat negara Afrika lainnya.

Pada 2022, wabah mpox global di lebih dari 70 negara berhasil dikendalikan dalam beberapa bulan dengan vaksin dan perawatan yang tersedia di negara-negara kaya. Namun, hampir tidak ada dosis yang sampai ke Afrika.

Baca Juga: WHO Nyatakan Darurat Kesehatan Global Baru: Apa Itu Mpox, di Mana Terjadi, dan Cara Mencegah

Partikel virus cacar monyet atau mpox terdiri dari genom DNA (asam deoksiribonukleat) yang dikelilingi oleh selubung protein dan selubung lipid. (Sumber: Maurizio de Angelis/WHO)

Penyakit ini telah menyebar tanpa banyak diketahui di Nigeria dan tempat-tempat lain sebelum menjadi perhatian internasional. Sejak itu, virus terus menyebar di Kongo, dengan upaya penanggulangan yang masih minim.

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengkritik respons global terhadap wabah pada 2022.

Ia menyebutnya sebagai sesuatu yang tidak adil karena perawatan dan vaksin hanya tersedia di negara-negara Barat yang kaya, sementara Afrika hanya mendapat sedikit dukungan.

Dalam pernyataannya, ia mendesak komunitas internasional untuk menjamin "akses yang adil" terhadap diagnosis dan vaksin mpox kali ini.

Komentar Ramaphosa tersebut mengingatkan kembali kemarahan Afrika saat tidak mendapatkan akses vaksin selama pandemi Covid-19.

Baca Juga: WHO Kembali Nyatakan Wabah Mpox sebagai Darurat Kesehatan Global

Saat itu, benua Afrika menerima dosis vaksin jauh lebih lambat daripada negara-negara kaya dan harus membayar lebih mahal dalam beberapa kasus.

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa pekan lalu merekomendasikan agar para pelancong yang mengunjungi wilayah yang terdampak mpox, memeriksakan diri untuk memastikan apakah mereka memenuhi syarat untuk divaksinasi.

Hal itu dinilai dapat meningkatkan permintaan terhadap suntikan vaksin mpox.

Kaseya mengatakan mpox kini "tumbuh dan menyebar" sedangkan negara-negara menunggu dosis vaksin.

Meski Kongo menjadi perhatian utama, ia juga mencatat jumlah kasus di Burundi, negara tetangga, telah meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 572 kasus dalam seminggu.

Kaseya meminta "solidaritas" komunitas internasional dalam menghadapi mpox dan khususnya mendesak agar tidak ada larangan perjalanan seperti Covid-19 yang diberlakukan pada negara-negara Afrika yang akan mengisolasi mereka karena penyakit ini tidak semudah itu menular.

"Jangan hukum Afrika," katanya.

"Kami butuh dukungan yang tepat. Vaksin ini mahal."

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU