> >

Bocoran Orang Dalam: Netanyahu Sengaja Halangi Kesepakatan Gencatan Senjata dengan Hamas

Kompas dunia | 21 Agustus 2024, 19:15 WIB
PM Israel Benjamin Netanyahu berbicara dalam konferensi pers pada 13 Juli 2024. Netanyahu disebut sengaja menghalangi negosiasi gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas. (Sumber: AP Photo)

Pembicaraan gencatan senjata Gaza di Qatar selesai pada Jumat (16/8/2024), di mana AS mengajukan "proposal yang mempersempit kesenjangan" antara Israel dan Hamas, yang konsisten dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Biden pada 31 Mei.

Pada Mei lalu, Biden mengatakan Israel mengajukan kesepakatan tiga tahap yang akan mengakhiri permusuhan di Gaza dan mengamankan pembebasan tahanan yang ditahan di wilayah pesisir tersebut.

Rencana itu mencakup gencatan senjata, pertukaran tahanan, dan rekonstruksi Gaza.

Namun, Hamas pada Minggu (18/8/2024) menuduh Netanyahu menetapkan syarat baru dalam proposal gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang diajukan selama pembicaraan di Doha.

“Proposal baru ini memenuhi syarat-syarat Netanyahu dan sejalan dengan keinginannya, terutama penolakannya terhadap gencatan senjata permanen, penarikan total dari Jalur Gaza, serta penekanannya untuk melanjutkan pendudukan di Persimpangan Netzarim, perbatasan Rafah, dan Koridor Philadelphi,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.

"Dia juga menetapkan syarat baru dalam file pertukaran tahanan dan menarik diri dari persyaratan lainnya, yang menghambat penyelesaian kesepakatan," tambahnya.

Baca Juga: Israel Ancam PBB, Dubesnya Ungkap Markas di New York Harus Dihapus dari Muka Bumi

Selama berbulan-bulan, AS, Qatar, dan Mesir jungkir balik berupaya mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk memastikan pertukaran tahanan dan gencatan senjata serta memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.

Namun, upaya mediasi terhenti karena penolakan Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas agar perang dihentikan.

Israel terus melanjutkan serangan brutalnya di Jalur Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober lalu meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.

Konflik ini telah menewaskan sedikitnya 40.170 warga sipil Palestina, kebanyakan wanita dan anak-anak, serta lebih dari 92.740 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Blokade Israel terhadap Gaza yang terus berlangsung, telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah, menyebabkan sebagian besar wilayah yang terkurung sejak 2007 itu dalam keadaan porak-poranda.

Israel menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang memerintahkan penghentian operasi militer di kota Rafah di bagian selatan, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan sebelum daerah tersebut diserbu Israel pada 6 Mei lalu.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Anadolu


TERBARU