Ancaman Polio di Gaza Meningkat, Organisasi Kemanusiaan Desak Gencatan Senjata
Kompas dunia | 18 Agustus 2024, 03:05 WIBGAZA, KOMPAS.TV – Ancaman polio di Jalur Gaza semakin mengkhawatirkan, dengan satu kasus telah dikonfirmasi dan beberapa kasus lainnya masih dalam tahap penyelidikan.
Sejumlah organisasi kemanusiaan pun mendesak adanya gencatan senjata segera untuk memungkinkan pelaksanaan vaksinasi massal guna mencegah wabah yang lebih luas.
Polio, yang telah berhasil diberantas di Gaza 25 tahun lalu, kembali menjadi momok setelah vaksinasi di wilayah tersebut menurun drastis sejak perang dimulai 10 bulan lalu.
Menurut laporan dari organisasi kemanusiaan, kondisi sanitasi yang buruk di kamp-kamp pengungsian, di mana ratusan ribu warga Palestina mengungsi, menjadi lahan subur bagi penyebaran virus ini.
Satu kasus polio telah dikonfirmasi pada seorang bayi berusia 10 bulan di Gaza, sementara tiga anak lainnya dicurigai terinfeksi.
"Kami mengantisipasi dan mempersiapkan diri menghadapi skenario terburuk wabah polio dalam beberapa minggu atau bulan mendatang," kata Francis Hughes, Direktur Respons Gaza di CARE International, dikutip dari The Associated Press, Sabtu (17/8/2024).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF, dalam pernyataan bersama Jumat (16/8/2024), menegaskan bahwa jeda minimal tujuh hari dalam pertempuran diperlukan untuk melaksanakan kampanye vaksinasi massal.
Untuk mencegah wabah yang lebih luas, organisasi kemanusiaan bersiap untuk memvaksinasi lebih dari 600.000 anak di Gaza dalam beberapa minggu mendatang.
Namun, rencana ambisius ini diperkirakan sulit terealisasi tanpa adanya jeda dalam pertempuran antara Israel dan Hamas.
"Ini sangat memprihatinkan. Tidak mungkin melakukan vaksinasi di zona perang yang sedang berlangsung dan alternatifnya akan sangat tidak masuk akal bagi anak-anak di Gaza dan seluruh wilayah," kata juru bicara UNICEF Ammar Ammar.
WHO dan UNICEF menargetkan program vaksinasi massal ini akan dimulai pada akhir Agustus dan berlanjut hingga September.
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Associated Press