> >

Negosiasi Gencatan Senjata di Gaza Memasuki Tahap Kritis, Qatar & Iran Tingkatkan Tekanan Diplomatik

Kompas dunia | 16 Agustus 2024, 23:05 WIB
Dengan bangunan-bangunan yang hancur di Jalur Gaza di belakangnya, seorang tentara Israel melambaikan tangan dari sebuah tank, dekat perbatasan Israel-Gaza di Israel selatan, Kamis, 1 Agustus 2024. (Sumber: AP Photo )

DOHA, KOMPAS.TV - Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, mengungkapkan bahwa negosiasi mediasi untuk mencapai gencatan senjata di Gaza kini telah mencapai titik kritis.

Pernyataan tersebut disampaikannya dalam pembicaraan telepon dengan Menteri Luar Negeri sementara Iran, Ali Bagheri Kani, pada Jumat (16/8/2024), yang menegaskan pentingnya menekan Israel untuk menghentikan "genosida" terhadap rakyat Palestina.

"Al Thani membahas kejahatan yang dilakukan oleh rezim Zionis di Gaza serta cara-cara untuk menghentikannya," ungkap Kani dalam sebuah pernyataan resmi usai pembicaraan tersebut dikutip dari Anadolu.

Menurutnya, negosiasi di Doha kini difokuskan pada upaya untuk mencapai gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran sandera antara Israel dan Hamas.

Kani menambahkan bahwa Al Thani menyebut hasil dari pembicaraan ini sebagai tahap yang sangat penting dalam proses negosiasi. 

"Saya menekankan perlunya melanjutkan upaya praktis dan langkah diplomatik secara menyeluruh untuk menghentikan genosida Zionis di Gaza," ujarnya.

Negosiasi yang dimulai pada Kamis (15/8/2024) di ibu kota Qatar, Doha, melibatkan sejumlah tokoh penting, termasuk Direktur CIA AS William Burns, Kepala Intelijen Mesir Abbas Kamel, dan Kepala Mossad Israel David Barnea. 

Baca Juga: Mediator Gaza Buka Kembali Perundingan Gencatan Senjata di Qatar, AS Sebut Menjanjikan

Pertemuan ini bertujuan untuk mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas terkait pertukaran sandera serta gencatan senjata yang sudah lama ditunggu-tunggu.

Namun, proses ini tidak berjalan mulus. Hamas menolak untuk berpartisipasi dalam pembicaraan tersebut, dengan alasan bahwa Israel belum mematuhi kesepakatan yang dibuat pada bulan Juli lalu. 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Anadolu


TERBARU