> >

Hamas Mulai Kehilangan Kepercayaan pada AS sebagai Mediator Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza

Kompas dunia | 15 Agustus 2024, 08:56 WIB
Juru runding Hamas, Osama Hamdan. Seorang pejabat tinggi Hamas menyatakan bahwa kelompok militan Palestina ini mulai kehilangan kepercayaan pada kemampuan Amerika Serikat sebagai mediator dalam pembicaraan gencatan senjata di Gaza. (Sumber: AP Photo)

Hamdan mengatakan Direktur Intelijen AS (CIA) William Burns menyampaikan melalui para mediator pada saat itu bahwa Israel akan menyetujui kesepakatan tersebut. Namun, katanya, "Amerika tidak dapat meyakinkan Israel. Saya pikir mereka tidak menekan Israel."

Ketika ditanya tentang kekhawatiran Hamas terhadap peran AS, juru bicara Departemen Luar Negeri Vedant Patel mengatakan, "Yah, Amerika Serikat tidak menganggap Hamas sebagai perantara yang jujur."

Ketika ditanya apakah Hamas akan menghadiri pembicaraan tersebut, Patel mengatakan perwakilan Qatar telah meyakinkan mereka bahwa Hamas akan hadir, "Kami sepenuhnya berharap pembicaraan ini akan berjalan sebagaimana mestinya. Pandangan kami adalah bahwa semua negosiator harus kembali ke meja perundingan," kata Patel.

Negosiasi ini menjadi semakin mendesak karena perang telah mengancam memicu konflik regional.

Iran dan kelompok militan Lebanon, Hezbollah, mempertimbangkan serangan balasan terhadap Israel setelah pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran dan komandan puncak Hezbollah, Fouad Shukur, di Beirut. Israel mengklaim serangan terhadap Shukur, tetapi belum mengkonfirmasi atau menyangkal keterlibatannya dalam ledakan yang menewaskan Haniyeh.

Setelah gencatan senjata singkat pada bulan November yang menyebabkan pembebasan lebih dari 100 sandera Israel, beberapa putaran pembicaraan gencatan senjata telah gagal. Sekitar 110 orang yang ditangkap masih berada di Gaza, dengan sekitar sepertiganya diyakini sudah meninggal.

Hamdan menuduh Israel meningkatkan serangannya terhadap para pemimpin Hamas setelah kelompok tersebut menyetujui secara prinsip proposal terbaru yang diajukan oleh para mediator.

Israel mengatakan operasi 13 Juli di Gaza menewaskan Mohammed Deif, pemimpin bayangan sayap militer Hamas. Lebih dari 90 orang lainnya juga tewas, menurut pejabat kesehatan setempat. Hamdan bersikeras bahwa Deif masih hidup.

Dua minggu kemudian, Haniyeh tewas, dengan Hamas dan Iran menyalahkan Israel. Hamas kemudian menunjuk Yahya Sinwar, kepala Gaza yang dianggap bertanggung jawab atas serangan 7 Oktober, untuk menggantikan Haniyeh — yang dianggap sebagai figur yang lebih moderat.

Baca Juga: Hamas Belum Putuskan Keikutsertaan dalam Perundingan 14 Agustus

Usulan gencatan senjata yang diumumkan Presiden Joe Biden menempatkan PM Israel, Benjamin Netanyahu, di persimpangan jalan, antara menjadi penjahat perang atau terpidana korupsi. (Sumber: AP Photo)

Hamdan mengakui ada "beberapa kesulitan" dan keterlambatan dalam berkomunikasi dengan Sinwar, yang diyakini bersembunyi jauh di dalam jaringan terowongan di Jalur Gaza. Namun, Hamdan bersikeras bahwa ini tidak menjadi penghalang utama dalam negosiasi.

Titik masalah yang paling sulit dalam pembicaraan adalah apakah dan bagaimana gencatan senjata sementara akan menjadi permanen.

Israel berhati-hati terhadap proposal yang menyatakan bahwa gencatan senjata awal akan diperpanjang selama negosiasi berlanjut mengenai kesepakatan permanen. Israel khawatir Hamas akan terus mengulur waktu dengan negosiasi yang tidak membuahkan hasil.

Hamas khawatir Israel akan melanjutkan perang begitu sandera yang paling rentan dikembalikan, sebuah skenario yang tercermin dalam beberapa pernyataan terbaru Netanyahu.

Semua versi proposal gencatan senjata yang dibagikan oleh Hamdan menyatakan bahwa pasukan Israel akan sepenuhnya mundur dari Gaza pada fase kedua dari kesepakatan tersebut.

Namun, baru-baru ini, pejabat yang mengetahui negosiasi mengatakan kepada AP bahwa Israel telah mengajukan tuntutan baru untuk mempertahankan kehadiran di jalur tanah di perbatasan Gaza-Mesir yang dikenal sebagai koridor Philadelphi, serta di sepanjang jalan raya yang membentang melintasi Jalur Gaza, memisahkan Gaza selatan dan utara. Hamas telah bersikeras agar pasukan Israel mundur sepenuhnya.

Hamdan mengatakan kelompoknya belum menerima secara tertulis syarat-syarat baru tersebut.

Hamdan mengakui bahwa rakyat Palestina telah menderita luar biasa dalam perang dan sangat menginginkan gencatan senjata, tetapi dia menegaskan bahwa kelompoknya tidak bisa begitu saja menyerah pada tuntutan mereka.

"Gencatan senjata adalah satu hal," katanya, "dan menyerah adalah hal yang berbeda."

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Associated Press


TERBARU