> >

Selidiki Dugaan Pelanggaran HAM oleh Ukraina, PBB Minta Akses Masuk Kursk Rusia

Kompas dunia | 14 Agustus 2024, 03:15 WIB
Tim pemantau HAM PBB mendokumentasikan puluhan kasus pembunuhan tawanan perang yang dilakukan oleh Ukraina maupun Rusia, serta penggunaan penyiksaan, perisai manusia, dan penyalahgunaan lainnya terhadap tawanan perang sejak Rusia menyerang negara tetangganya. (Sumber: UN Multimedia)

JENEWA, KOMPAS.TV - Kantor Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR) meminta akses masuk ke wilayah Kursk, Rusia untuk menyelidiki dugaan pelanggaran hak asasi manusia oleh militer Ukraina. Hal ini disampaikan oleh juru bicara OHCHR, Ravina Shamdasani, kepada Sputnik, Selasa (13/8/2024).

Shamdasani menegaskan, tanpa akses langsung ke Kursk, sangat sulit bagi PBB untuk mengumpulkan informasi yang akurat tentang situasi di sana.

Permintaan ini diajukan setelah OHCHR menerima surat dari pejabat Rusia, Tatyana Moskalkova. 

Dalam suratnya, Moskalkova mendesak PBB untuk mengecam tindakan terorisme yang diduga dilakukan Ukraina di Kursk. Hal ini juga disampaikan oleh juru bicara OHCHR lainnya, Elizabeth Throssell.

Sejauh ini, PBB telah memastikan bahwa setidaknya empat warga sipil Rusia tewas akibat serangan Ukraina di Kursk. 

Korban-korban tersebut telah diidentifikasi, kata Shamdasani. Selain itu, beberapa warga sipil lainnya, termasuk petugas medis dan seorang jurnalis, dilaporkan terluka. Namun, detail dari setiap kejadian belum sepenuhnya jelas.

Pada Minggu, 11 Agustus, Moskalkova mengungkapkan bahwa dirinya telah meminta PBB untuk mengutuk serangan Ukraina di Kursk.

Baca Juga: Komandan Militer Ukraina Klaim Pasukannya Kuasai 1.000 Kilometer Persegi Wilayah Kursk Rusia

Sebuah tank Rusia mengambil posisi di Kursk, wilayah Rusia yang diserang pasukan Ukraina, Minggu (11/8/2024). (Sumber: Kementerian Pertahanan Rusia via AP)

Pekan lalu, pasukan Ukraina melintasi perbatasan Rusia dan melancarkan serangan di wilayah Kursk. 

Presiden Rusia Vladimir Putin menanggapi serangan ini dengan menyebutnya sebagai provokasi besar-besaran dan menuduh Ukraina menyerang sasaran-sasaran sipil secara membabi buta.

Sementara itu, Ukraina pada Selasa mengatakan mereka tidak berminat menguasai wilayah di perbatasan Rusia, termasuk Kursk, meskipun mereka melancarkan serangan di sana pekan lalu yang memicu evakuasi massal di beberapa daerah perbatasan.

"Saya ingin menekankan, tidak seperti Rusia, Ukraina tidak menginginkan sesuatu yang bukan miliknya. Kami tidak tertarik menguasai wilayah Kursk, tapi kami ingin melindungi rakyat kami," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Heorhii Tykhyi, dalam konferensi pers di Kiev.

Tykhyi juga menyebutkan sejak awal musim panas, Rusia telah meluncurkan lebih dari 2.000 serangan dari Kursk ke wilayah Sumy, Ukraina. 

Ia menambahkan, Kiev tidak punya cukup kemampuan untuk melancarkan serangan jarak jauh guna melindungi diri dari serangan tersebut.

"Karena itu, kami perlu membebaskan daerah perbatasan ini dari pasukan Rusia yang menyerang Ukraina atau mendukung teror terhadap warga kami. Kami akan terus melakukannya demi keamanan dan perlindungan Ukraina," lanjut Tykhyi.

Baca Juga: Putin Tutup Pintu Dialog, Tuding Serangan Ukraina ke Kursk Sengaja Sasar Warga Sipil

Panglima Pasukan Ukraina, Jenderal Oleksandr Syrskyi. Ukraina sesumbar menyatakan pasukannya kini menguasai sekitar 1.000 kilometer persegi wilayah di Kursk, Rusia. (Sumber: AP Photo)

Tykhyi menambahkan serangan lintas batas Ukraina juga membantu menghalangi Rusia mengerahkan lebih banyak pasukan ke garis depan di Donetsk. 

Tujuan serangan-serangan ini, katanya, adalah untuk "melindungi nyawa rakyat kami dan menjaga wilayah Ukraina dari serangan Rusia."

Ia juga menegaskan tindakan ini sah dan sesuai dengan hak Ukraina untuk membela diri berdasarkan Piagam PBB.

Pada Selasa lalu, Rusia melaporkan bahwa pasukan Ukraina, termasuk tank dan kendaraan tempur lapis baja, menyerang posisi militer mereka di dekat dua desa perbatasan di Kursk. 

Sejak saat itu, Moskow mengeklaim telah berhasil menangkis serangan tersebut, termasuk serangan udara yang dilancarkan ke Kursk dan sekitarnya.

Pada 7 Agustus, Putin menuduh Ukraina melakukan "provokasi besar-besaran" dan "penembakan sembarangan." 

Menanggapi hal itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan, "Rusia yang memulai perang di tanah kami dan mereka harus merasakan akibatnya."

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Anadolu


TERBARU