> >

AS Tuntut Denuklirisasi di Semenanjung Korea, Minta Korut Kembali ke Meja Diplomasi

Kompas dunia | 8 Agustus 2024, 15:21 WIB
Upacara pengiriman 250 peluncur rudal berkemampuan nuklir ke unit militer garis depan, di Pyongyang, Korea Utara, Minggu, 4 Agustus 2024. (Sumber: AP Photo/ KCNA)

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Matthew Miller, mengungkapkan bahwa terdapat "konsensus hampir bulat" di antara berbagai negara untuk menentang tindakan provokatif Korea Utara. 

Pernyataan ini muncul setelah AS dan Australia secara bersama-sama menegaskan pentingnya denuklirisasi penuh di Semenanjung Korea.

Pernyataan tersebut disampaikan Miller dalam sebuah briefing pers pada Rabu (7/8/2024), sehari setelah pertemuan menteri pertahanan dan luar negeri AS serta Australia di Annapolis, Maryland.

Dalam pertemuan itu, kedua negara sepakat mengeluarkan pernyataan bersama yang mendorong Korea Utara untuk kembali ke meja perundingan dan menghentikan tindakan-tindakan yang dinilai merusak stabilitas kawasan.

"Konsensus hampir bulat menyatakan bahwa tindakan Korea Utara tidak dapat diterima, dan mereka harus kembali ke diplomasi," ujar Miller dikutip dari Yonhap News Agency.

Lebih lanjut, ketika ditanya mengenai pendekatan Washington dalam mempromosikan denuklirisasi di tengah absennya dialog dengan Pyongyang, Miller menekankan pentingnya kerja sama dengan sekutu dan mitra internasional. 

Ia menyatakan bahwa penolakan terhadap nuklirisasi Semenanjung Korea bukan hanya sikap AS, tetapi juga pandangan bersama banyak negara.

"Kami akan menyikapi hal ini dengan terus berkonsultasi dengan sekutu dan mitra kami, serta terus menegaskan bahwa bukan hanya Amerika Serikat yang menolak nuklirisasi Semenanjung Korea, bukan hanya Amerika Serikat yang menyerukan kembalinya diplomasi," kata dia.

Baca Juga: Korea Utara Ternyata Ingin Lanjutkan Negosiasi Nuklir jika Trump Kembali Jadi Presiden AS

Dalam kesempatan yang sama, Miller juga menyinggung laporan terbaru terkait penanaman ranjau darat oleh Korea Utara di sepanjang perbatasan antar-Korea. 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Yonhap


TERBARU