> >

Wakil Menlu Rusia: Jam Kiamat Menunjukkan 2 Menit Menuju Tengah Malam

Kompas dunia | 5 Agustus 2024, 07:51 WIB
Ilustrasi kiamat. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Ryabkov, hari Minggu, 4 Agustus 2024 menyatakan Jam Kiamat menunjukkan dua menit menuju tengah malam, merujuk pada meningkatnya ketegangan antara Moskow dan Washington. (Sumber: KELLEPICS/Pixabay)

ISTANBUL, KOMPAS TV - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Ryabkov, hari Minggu, 4 Agustus 2024 menyatakan "Jam Kiamat" menunjukkan "dua menit menuju tengah malam," merujuk pada meningkatnya ketegangan antara Moskow dan Washington. Ini menggambarkan betapa seriusnya situasi global saat ini.

"Saya akan mengatakan jam ini sekarang menunjukkan sesuatu seperti dua menit menuju tengah malam, tetapi ini tidak berarti jam ini tidak bisa dibalik dan 'Jam Kiamat' akan mulai berdetak," ujar Ryabkov di stasiun televisi Rusia, Rossiya-1.

"Jam Kiamat" adalah simbol yang diciptakan oleh Bulletin of Atomic Scientists pada tahun 1947 untuk menggambarkan seberapa dekat dunia dengan kehancuran akibat senjata nuklir, perubahan iklim, dan ancaman teknologi lainnya.

Jam ini pertama kali diatur pada pukul 7 menit menuju tengah malam dan terus disesuaikan berdasarkan kondisi global.

Hingga saat ini, jam tersebut telah diubah waktunya sebanyak 25 kali, mencerminkan situasi dunia yang terus berubah.

Pada Januari 2023, Bulletin of the Atomic Scientists memindahkan "Jam Kiamat" menjadi "90 detik menuju tengah malam," yang terdekat dengan bencana global sejak pertama kali dibuat.

Keputusan ini didasarkan pada konflik Rusia-Ukraina yang semakin buruk, risiko senjata nuklir yang meningkat, serta kegagalan dunia untuk mengatasi perubahan iklim dengan efektif.

Baca Juga: Putin Tegaskan Rusia Siap Perang Nuklir untuk Pertahankan Kedaulatan

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Ryabkov, hari Minggu, 4 Agustus 2024 menyatakan Jam Kiamat menunjukkan dua menit menuju tengah malam, merujuk pada meningkatnya ketegangan antara Moskow dan Washington. (Sumber: TASS)

Jam ini awalnya hanya memfokuskan pada ancaman nuklir, tetapi sejak tahun 2007, juga mencakup ancaman perubahan iklim dan teknologi yang mengganggu, seperti kecerdasan buatan dan bioteknologi.

Para ilmuwan yang mengatur jam ini adalah para ahli dalam berbagai bidang, termasuk fisika, lingkungan, dan keamanan internasional, yang menilai berbagai faktor global untuk menentukan seberapa dekat kita dengan kehancuran.

"Kita harus mendekati apa yang terjadi dengan penuh tanggung jawab," kata Ryabkov, menambahkan bahwa militer Rusia perlu "tetap siap siaga" karena skenario bisa "sangat berbeda."

Ia menekankan pentingnya kesiapan Rusia dalam menghadapi berbagai kemungkinan, termasuk penggunaan senjata nuklir jika diperlukan.

Ryabkov juga menyatakan mungkin akan tiba saatnya ketika Rusia perlu mengerahkan rudal nuklir sebagai tanggapan atas tindakan yang diambil oleh Barat.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Presiden Vladimir Putin yang sebelumnya mengingatkan tentang langkah-langkah balasan terhadap rencana AS untuk menempatkan sistem rudal jarak jauh di Jerman pada tahun 2026.

Putin mengatakan Rusia sedang dalam "tahap akhir" mengembangkan sistem serangan domestik yang mampu merespons ancaman dari luar.

Baca Juga: Jam Kiamat Bergerak: Diancam Perang Ukraina dan Senjata Nuklir, Akhir Peradaban Tinggal '90 Detik'

Foto Badan Antariksa Roscosmos pada 20 April 2022, di mana rudal balistik antarbenua Sarmat diluncurkan dari Plesetsk di Rusia barat laut. (Sumber: Rocosmos / AP Photo )

Dia memperingatkan bahwa Rusia akan mengambil "langkah-langkah balasan" jika AS terus dengan rencana tersebut, menegaskan bahwa Rusia tidak akan tinggal diam dan akan melindungi kepentingan nasionalnya dengan segala cara.

Ryabkov menegaskan bahwa Moskow tidak akan membuat konsesi sepihak kepada Barat untuk menyelesaikan konflik di Ukraina. "Rusia tidak akan memberikan tawaran, hadiah, konsesi, atau isyarat apa pun untuk menenangkan Washington," katanya. 

Ia juga memperingatkan bahwa jika Barat mencoba memaksakan sesuatu yang hanya menguntungkan mereka, maka tidak akan ada kesepakatan.

"Jika mereka mencoba memaksakan sesuatu yang menguntungkan mereka secara sepihak kepada kita lagi, maka tidak akan ada kesepakatan. Itu satu-satunya cara," ujarnya. 

Pernyataan ini menunjukkan sikap keras Rusia terhadap tekanan dari Barat dan menggambarkan ketegangan yang terus meningkat di panggung internasional.

Konflik Rusia-Ukraina yang dimulai pada tahun 2014 telah menelan banyak korban jiwa dan menyebabkan krisis kemanusiaan besar-besaran. 

Hingga saat ini, upaya diplomatik untuk menyelesaikan konflik tersebut masih menemui jalan buntu, dengan kedua belah pihak saling tuding dan meningkatkan kemampuan militer mereka.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Anadolu


TERBARU