Hamas Deklarasikan Akan Perang Terbuka untuk Membebaskan Yerusalem Usai Pembunuhan Ismail Haniyeh
Kompas dunia | 31 Juli 2024, 12:51 WIB"Haniyeh bergabung dengan Hamas sejak awal pendiriannya pada tahun 1987. Dia berasal dari keluarga pengungsi yang dipindahkan dari wilayah yang sekarang menjadi Israel. Dia bergabung dengan gerakan perlawanan dan ikut serta dalam Intifada pertama dan kedua. Dia adalah salah satu tokoh paling terkenal di Hamas," kata Barari.
"Setelah tahun 2003, ia mendapatkan banyak popularitas di kalangan anggota Hamas, berkat sikap, posisi, dan penampilannya di media. Dia masuk ke lembaga legislatif pada tahun 2006 dan menjadi perdana menteri pada tahun 2007. Dia tetap menjadi tokoh terkemuka hingga pembunuhannya."
Pada 6 Mei 2017, Hamas, gerakan politik Palestina yang menguasai Jalur Gaza, memilih Ismail Abdulsalam Ahmed Haniyeh sebagai kepala biro politiknya, menggantikan Khaled Meshaal.
Lahir di kamp pengungsi Shati di Gaza dari orang tua yang melarikan diri dari kota Asqalan setelah Negara Israel didirikan pada tahun 1948, Haniyeh belajar di Institut al-Azhar di Gaza dan kemudian di Universitas Islam Gaza, ia lulus dengan gelar sastra Arab.
Saat di universitas pada tahun 1983, ia bergabung dengan Blok Mahasiswa Islam, cikal bakal Hamas.
Ia naik pangkat dalam Hamas sebagai asisten pribadi dan ajudan pendiri Hamas, Sheikh Ahmed Yassin.
Haniyeh beberapa kali dipenjara oleh otoritas Israel dan hidup bolak-balik di dalam dan di luar Jalur Gaza setelah menghadapi deportasi dan upaya pembunuhan.
Awal tahun ini, serangan Israel menewaskan tiga putranya di Gaza utara.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Al Jazeera