> >

PBB Ungkap Hepatitis dan Penyakit Kulit Mewabah di Gaza akibat Kondisi Hidup Sangat Buruk

Kompas dunia | 31 Juli 2024, 05:25 WIB
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) melaporkan adanya wabah hepatitis dan berbagai penyakit kulit di seluruh Jalur Gaza di tengah serangan Israel yang terus-menerus. (Sumber: Anadolu)

ANKARA, KOMPAS.TV - Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) melaporkan adanya wabah hepatitis dan berbagai penyakit kulit di seluruh Jalur Gaza di tengah serangan Israel yang terus-menerus.

Dalam pernyataan pada Selasa (30/7/2024), UNRWA mengatakan hampir 40.000 kasus hepatitis tercatat di Gaza sejak dimulainya serbuan Israel pada 7 Oktober 2023.

"Sebanyak 800 hingga 1.000 kasus hepatitis baru dilaporkan setiap minggu dari pusat kesehatan dan tempat penampungan UNRWA di seluruh Gaza," tambahnya.

"Kondisi sanitasi yang memprihatinkan mempermudah penyebaran penyakit termasuk Hepatitis A," kata UNRWA.

Sementara itu, pejabat kesehatan Gaza melaporkan penyakit kulit sedang merajalela di Gaza. 

Penyebabnya adalah kondisi memprihatinkan di kamp-kamp pengungsian yang padat, yang menampung ratusan ribu warga Palestina yang diusir dari rumah mereka. Kondisi itu ditambah dengan panasnya musim panas dan runtuhnya sanitasi yang menyebabkan kolam-kolam limbah terbuka di tengah-tengah 10 bulan pengeboman dan serangan Israel di wilayah tersebut.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), para dokter berjuang melawan lebih dari 103.000 kasus kutu dan kudis serta 65.000 kasus ruam kulit. 

Dari populasi Gaza yang sekitar 2,3 juta orang, lebih dari 1 juta kasus infeksi saluran pernapasan akut telah tercatat sejak perang dimulai, bersama dengan lebih dari setengah juta kasus diare akut dan lebih dari 100.000 kasus penyakit kuning, menurut Program Pembangunan PBB (UNDP).

Baca Juga: Israel Bom Waduk Air Bersih Gaza, PBB: Langgar Hukum Internasional, Harus Dipertanggungjawabkan

kamp tenda darurat tempat warga Palestina yang mengungsi akibat pemboman Israel di Jalur Gaza tinggal, di wilayah Muwasi, Gaza selatan, 1 Januari 2024. Militer Israel memerintahkan evakuasi sebagian wilayah Jalur Gaza, yang telah mereka tetapkan sebagai zona kemanusiaan, pada Senin, 22 Juli. (Sumber: AP Photo)

Kebersihan di tenda-tenda darurat yang reyot, pada dasarnya rangka kayu yang dilapisi dengan selimut atau lembaran plastik, yang berdiri berjejer di area yang luas, menjadi hal yang mustahil, kata warga Palestina.

“Tidak ada sampo, tidak ada sabun,” kata Munira al-Nahhal, yang tinggal di tenda di luar kota Khan Younis di selatan Gaza. “Airnya kotor. Semuanya adalah pasir, serangga, dan sampah.”

Tenda keluarganya penuh sesak dengan cucu-cucunya, banyak dari mereka menderita ruam. Seorang anak kecil berdiri sambil menggaruk bercak merah di perutnya. “Satu anak terkena, dan menyebar ke semua orang,” kata al-Nahhal.

Warga Palestina di kamp mengatakan air bersih hampir tidak mungkin didapat. Beberapa mencuci anak-anak mereka dengan air asin dari Laut Tengah yang dekat. 

Orang-orang harus mengenakan pakaian yang sama setiap hari hingga bisa mencucinya, lalu mengenakannya lagi segera setelah kering. Lalat ada di mana-mana. Anak-anak bermain di pasir yang penuh sampah.

Israel terus melakukan serangan militer yang menghancurkan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober tahun lalu setelah serangan Hamas, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.

Selama serangan tersebut, rumah sakit secara sistematis menjadi target serangan Israel di seluruh wilayah Gaza, di mana setidaknya 39.400 orang tewas dan hampir 91.000 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang putusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasi militernya di kota Rafah di bagian selatan, di mana lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum kota tersebut diserbu pada 6 Mei.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Anadolu/ Associated Press


TERBARU