> >

Teka-teki Seputar Penembakan Trump, Motif dan Bagaimana Pelaku Menyelundupkan Senjata Belum Jelas

Kompas dunia | 20 Juli 2024, 23:40 WIB
Calon presiden (capres) Amerika Serikat dari Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump, terluka usai terkena tembakan dalam acara kampanye di Butler, Pennsylvania, Sabtu, 13 Juli 2024. (Sumber: AP Photo)

Trump mengatakan dia menghindari tembakan di kepala dengan sedikit memiringkan kepalanya dan bersandar ke mikrofon sambil melihat statistik imigrasi ilegal di layar.

Dia menekankan, bila dirinya tidak memiringkan kepalanya ke kanan, dia mungkin sudah tewas. Masih belum jelas apakah dia membuat gerakan ini tepat saat peluru ditembakkan.

Penyelidikan terhadap Crooks mengungkapkan, dia pernah mencoba bergabung dengan tim senapan di sekolah menengahnya tetapi ditolak karena "lemah dalam ketepatan menembak".

Asumsi bahwa Crooks melakukan tembakan yang melukai Trump dari jarak 120 hingga 150 meter dengan senapan infanteri, bukan senapan sniper, menimbulkan pertanyaan lebih lanjut tentang "keterampilan senjatanya".

Ketepatan tembakan Crooks dari atap yang miring dengan visibilitas terbatas karena pohon, menjadi catatan.

Beberapa klaim menyatakan pohon tersebut seharusnya menghalangi pandangannya.

Pertanyaan kunci yang masih menggantung adalah bagaimana Crooks menyelundupkan senapan "AR-15" ke area tersebut.

Sementara penyelidikan tentang kapan dan di mana dia menyembunyikan senjata itu juga masih berlangsung.

Baca Juga: Penembak Trump Ternyata Bawa Detonator Kembang Api Sebelum Ditembak Mati Sniper Secret Service

Foto menunjukkan apa yang tampak seperti proyektil melewati Donald J. Trump selama kampanye di Butler, Pennsylvania, Sabtu, 13 Juli 2024. (Sumber: Doug Mills / New York Times)

Tanggung Jawab Secret Service vs Polisi Setempat

Setelah insiden tersebut, Secret Service mendapat kritik karena "kelalaian keamanan dan respons yang lambat".

Secret Service bertanggung jawab atas area di dekat panggung Trump, sedangkan polisi setempat ditugaskan untuk mengamankan perimeter luar, termasuk gedung di mana Crooks naik ke atap.

Menurut Direktur Secret Service Kimberly Cheatle, pelaku berhasil mencapai atap gedung yang seharusnya diamankan oleh polisi setempat.

Penegak hukum setempat mengeklaim mereka tidak diberi tugas keamanan oleh Secret Service.

Sementara Trump, meskipun terluka dan terjatuh, bersikeras menyapa kerumunan dan mengangkat tinjunya saat tim Secret Service membantunya berdiri.

Selama waktu ini, kepala dan lehernya sebagian terbuka. Fakta bahwa Secret Service tidak sepenuhnya menutupi Trump saat belum sepenuhnya yakin situasi sudah aman, menjadi sorotan.

Departemen Keamanan Dalam Negeri AS saat ini diperkirakan tengah menilai proses pengamanan yang dilakukan Secret Service.

Baca Juga: Pemuda 20 Tahun Pelaku Penembakan Donald Trump, FBI: Tidak Ada yang Aneh pada Investigasi Awal

Aparat kepolisian yang membawa senapan runduk berjaga di area kampanye Donald Trump di Butler, Pennsylvania, Amerika Serikat (AS), Sabtu (13/7/2024). (Sumber: Gene J. Puskar/Associated Press)

Mengapa Crooks?

Crooks digambarkan oleh orang-orang yang mengenalnya sebagai "penyendiri yang tidak berbicara dengan siapa pun" dan "orang normal yang tampaknya tidak suka berbicara dengan orang lain".

Kenalan dekatnya melaporkan tidak ada "tanda-tanda berbahaya".

Crooks dilaporkan sempat diejek karena mengenakan pakaian berburu dan sesekali diintimidasi di sekolah menengah.

Namun dia dianggap cerdas, dan lulus dengan pujian dengan jurusan teknik dari perguruan tinggi dua tahun.

Meskipun terdaftar sebagai anggota Partai Republik, dia dilaporkan pernah menyumbang 15 dolar atau sekitar Rp243.000 (kurs Rp16.187 per dolar) ke Partai Demokrat pada 2021.

Penyelidikan FBI terhadap percobaan pembunuhan melibatkan akses ke ponsel Crooks, pemeriksaan komputer, rumah, dan mobilnya, serta mewawancarai lebih dari 100 orang.

Penyelidik menemukan foto Trump dan Presiden Joe Biden di perangkat elektroniknya, dan pencarian internet tentang "lintasan peluru melawan angin".

Menurut FBI, Crooks bertindak sendirian dalam serangan itu, tetapi meskipun telah dilakukan pemeriksaan dan wawancara yang ekstensif, motif di balik serangannya terhadap Trump, tetap tidak jelas.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Anadolu


TERBARU