Hubungan Militer Rusia-Korea Utara Makin Kuat, Sinyal Bahaya bagi AS dan Sekutunya
Kompas dunia | 19 Juli 2024, 14:11 WIBPYONGYANG, KOMPAS.TV - Hubungan militer Rusia-Korea Utara semakin kuat setelah pemimpin Korea Utara Kim Jong-un bertemu dengan Wakil Menteri Pertahanan Rusia.
Pertemuan Kim Jong-un dengan delegasi Rusia yang dipimpin Wakil Menteri Pertahanan Rusia Aleksey Krivoruchko dilakukan di Pyongyang, Kamis (18/7/2024).
Pada pertemuan itu, Kim Jong-un mendiskusikan pentingnya dan perlunya kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia.
Baca Juga: Ibu Kota Israel Tel Aviv Diserang Drone, Ledakan Besar Terjadi dan 1 Orang Tewas
Pertemuan tersebut diungkapkan oleh Kantor Berita Korea Utara, KCNA, Jumat (19/7/2024).
Krivoruchko menjadi pejabat tinggi militer Rusia pertama yang mengunjungi Korea Utara, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin bulan lalu.
“Pembicaraannya berbagi pengakuan akan pentingnya dan perlunya kerja sama antara kedua negara untuk membela kepentingan keamanan bersama,” bunyi pernyataan KCNA dikutip dari Korea JoongAng Daily.
Menurut KCNA, Kim Jong-un juga mengungkapkan dukungan dan solidaritasnya untuk perang Rusia di Ukraina.
Pemimpin Korea Utara itu juga menegaskan pentingnya militer kedua negara untuk bersatu lebih kuat demi membangun hubungan bilateral.
Kunjungan Krivoruchko tersebut diyakini sebagai kelanjutan dari pertemuan Kim Jong-un dan Putin.
Ketika itu, setelah pembicaraan Kim Jong-un dan Putin menandatangani kesepakatan kerja sama baru yang menyerukan kedua negara menawarkan bantuan militer tanpa hambatan, jika salah satu dari mereka diserang.
Pertemuan Kim Jong-un dengan Putin, dan kini dengan salah satu pejabatnya menjadi sinyal berbahaya untuk Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di kawasan Asia Timur.
Bagi Korea Selatan dan Jepang, Korea Utara terus memberikan ancaman dengan terus-menerus melakukan uji coba rudal balistik.
Baca Juga: Pembelot Korea Utara Jadi Wakil Menteri Korea Selatan, Posisi Tertinggi Pelarian Rezim Kim Jong-Un
Korea Utara sendiri dituduh memberikan pasokan amunisi dari artileri bagi Rusia untuk digunakan di perang Ukraina.
Pemberian amunisi itu disebut ditukar dengan pemberian dari Moskow untuk teknologi persenjataan canggih.
Namun, kedua negara terus membantah adanya perjanjian persenjataan tersebut.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Korea JongAng Daily