Hamas Sebut Pemimpin Brigade Al Qassam Lolos dari Serangan Israel, Perundingan Berlanjut
Kompas dunia | 15 Juli 2024, 01:30 WIBMUWASI, KOMPAS TV - Hamas menyatakan panglima militernya, Pemimpin Brigade Al Qassam Mohammed Deif sehat usai lolos dari serangan Israel, serta pembicaraan gencatan senjata di Gaza masih berlangsung.
Pernyataan ini disampaikan pada Minggu (14/7/2024), sehari setelah militer Israel menargetkan Mohammed Deif dengan serangan udara besar-besaran yang menewaskan setidaknya 90 orang, termasuk banyak anak-anak, menurut pejabat kesehatan setempat.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan hari Sabtu malam "masih belum ada kepastian mutlak" bahwa Deif tewas. Hamas tidak memberikan bukti atas klaim mereka tentang kondisi Deif, yang dituding menjadi tokoh utama dalam serangan 7 Oktober yang memicu perang.
Militer Israel hari Minggu mengumumkan Rafa Salama, seorang komandan Hamas yang dekat dengan Deif, tewas dalam serangan hari Sabtu. Salama memimpin brigade Khan Younis. Namun, tidak ada informasi terbaru tentang Deif, yang lama menjadi buronan utama Israel dan bersembunyi selama bertahun-tahun.
Hamas menolak anggapan pembicaraan gencatan senjata ditangguhkan setelah serangan tersebut. Juru bicara Hamas Jihad Taha pada Minggu (14/7) mengatakan, "Tidak ada keraguan pembantaian ini akan mempengaruhi negosiasi," tetapi menambahkan "upaya para mediator masih berlangsung."
Pembunuhan Deif akan menjadi pembunuhan tokoh tertinggi pemimpin Hamas oleh Israel sejak perang dimulai. Ini akan menjadi kemenangan besar bagi Israel dan pukulan besar bagi Hamas.
Netanyahu mengatakan semua pemimpin Hamas "ditandai untuk dibunuh" dan menegaskan membunuh mereka akan membuat Hamas lebih dekat untuk menerima kesepakatan gencatan senjata.
Pejabat Hamas menegaskan saluran komunikasi antara kepemimpinan di dalam dan di luar Gaza masih berfungsi setelah serangan di wilayah selatan. Saksi mata mengatakan serangan terjadi di daerah yang dianggap aman oleh Israel bagi ratusan ribu warga Palestina yang terlantar.
Pada hari Minggu, beberapa korban yang selamat marah karena serangan yang menargetkan Deif terjadi tanpa peringatan di daerah yang dianggap aman.
Baca Juga: Korban Tewas Serangan Israel di Kamp Tenda Gaza Selatan Melonjak jadi 90 Orang dan Terus Bertambah
"Ke mana kami harus pergi?" tanya Mahmoud Abu Yaseen, yang mengatakan dia mendengar dua serangan dan memeluk anak-anaknya, kemudian bangun di rumah sakit dan menemukan putranya telah meninggal. Keluarga tersebut telah mengungsi lima kali sejak perang dimulai, katanya.
Seorang pejabat PBB menggambarkan kekacauan total di rumah sakit Nasser tempat korban dibawa, banyak yang dirawat di lantai berlumuran darah dengan sedikit persediaan yang tersedia.
"Saya melihat beberapa pemandangan paling mengerikan yang pernah saya lihat dalam sembilan bulan saya di Gaza," kata Scott Anderson dalam sebuah pernyataan.
"Saya melihat balita yang menjalani amputasi ganda, anak-anak yang lumpuh dan tidak bisa menerima perawatan, dan lainnya yang terpisah dari orang tua mereka." Dia mengatakan pembatasan bantuan kemanusiaan ke Gaza mematikan upaya memberikan perawatan medis dan lainnya yang dibutuhkan.
Hari Minggu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant memuji para pilot yang melakukan serangan tersebut dan mengatakan Hamas semakin tergerus setiap hari, tanpa kemampuan untuk mempersenjatai diri, mengatur, atau "merawat yang terluka."
Setidaknya 300 orang terluka dalam serangan tersebut, salah satu yang paling mematikan dalam perang sembilan bulan yang dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan yang menewaskan sekitar 1.200 orang, kebanyakan warga sipil, dan mengambil lebih dari 200 sandera.
Lebih dari 38.600 orang di Gaza telah tewas dalam serangan darat dan pengeboman Israel sejak itu, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Kementerian tersebut tidak membedakan antara pejuang dan warga sipil dalam hitungannya.
Hari Minggu, sebuah serangan Israel di Nuseirat di Gaza tengah menewaskan setidaknya 14 orang di gerbang sekolah yang digunakan sebagai tempat penampungan bagi orang-orang yang mengungsi, menurut seorang jurnalis Associated Press yang mengunjungi dua rumah sakit.
Anak-anak termasuk di antara 15 orang lainnya yang terluka. Militer Israel mengatakan telah menyerang "teroris" yang beroperasi di sekitar sekolah yang dijalankan oleh badan PBB untuk pengungsi Palestina.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press