Apa itu "Project 2025" dan Mungkinkah Menyibak Langkah AS Jika Trump Menang Pemilu?
Kompas dunia | 12 Juli 2024, 13:53 WIBNEW YORK, KOMPAS.TV - Dunia politik Amerika Serikat kembali bergejolak dengan munculnya dokumen kontroversial berjudul "Project 2025".
Proposal setebal hampir 900 halaman ini disusun oleh lembaga pemikir konservatif Heritage Foundation yang menarik perhatian publik karena berisikan sejumlah rekomendasi kebijakan yang radikal untuk pemerintahan AS mendatang, khususnya jika Donald Trump terpilih kembali sebagai presiden.
Dengan melibatkan lebih dari 100 organisasi konservatif, proposal ini mencerminkan visi besar yang ingin dicapai oleh pihak-pihak pendukung Trump jika ia kembali ke Gedung Putih.
Dipelopori oleh mantan pejabat pemerintahan Trump, proposal ini menyodorkan serangkaian kebijakan yang dianggap dapat mengubah wajah pemerintahan AS secara drastis.
Baca Juga: Zelenskyy Minta Sekutu-Sekutu Ukraina Bertindak sebelum Pilpres AS, Khawatir Trump Menang?
Isi Proposal Project 2025
Banyak dari kebijakan yang diusulkan kemungkinan besar akan menghadapi tantangan hukum. Implementasi dari beberapa poin dalam proposal ini mungkin melanggar berbagai undang-undang dan hak-hak yang dilindungi oleh konstitusi AS.
Berikut adalah beberapa poin kebijakan dari proposal ini sebagaimana dikutip dari Kompas.com.
- Proposal ini menyerukan pemecatan massal pegawai negeri untuk memperluas kekuasaan eksekutif.
- Sebagai bagian dari upaya desentralisasi, proposal ini merekomendasikan pembubaran Kementerian Pendidikan.
- Salah satu fokus utama adalah mengurangi beban pajak untuk merangsang pertumbuhan ekonomi.
- Kebijakan moral dan kesehatan yang ketat termasuk larangan pornografi dan penghentian penjualan pil aborsi.
Sikap Trump
Meski Trump berusaha menjauhkan diri dari dokumen ini dengan menyatakan ketidaktahuannya, fakta menunjukkan bahwa "Project 2025" melibatkan banyak mantan penasihatnya.
Paul Dans, direktur proyek ini, pernah menjabat sebagai kepala staf di Kantor Manajemen Personalia era Trump. Sementara itu, Russell Vought, mantan pejabat Trump lainnya, berkontribusi menulis bab penting dalam dokumen tersebut.
"Saya tidak tahu apa-apa tentang Project 2025. Saya tidak tahu siapa yang berada di belakangnya. Saya tidak setuju dengan beberapa hal yang mereka katakan dan beberapa hal yang mereka katakan benar-benar konyol dan sangat buruk," tulis Trump dalam media sosialnya, Truth Social.
Menariknya, Heritage Foundation mengklaim bahwa lebih dari 100 organisasi konservatif berkontribusi dalam penyusunan dokumen ini. Banyak di antaranya diprediksi akan memiliki pengaruh besar di Washington jika Partai Republik berhasil merebut kembali Gedung Putih.
Baca Juga: Trump Merasa Menang dan Langsung Serang Biden: Ia Tak Kompeten dan Akan Hancurkan Negara Kita
Partai Demokrat tidak menyia-nyiakan momentum ini. Mereka berusaha menyoroti proposal-proposal tersebut sebagai gambaran kemungkinan kebijakan Trump jika terpilih kembali.
Presiden Joe Biden bahkan menyatakan bahwa Project 2025 "akan menghancurkan Amerika".
"Project 2025 seharusnya membuat takut setiap orang Amerika. Hal ini akan memberi Trump kekuasaan tak terbatas atas kehidupan kita sehari-hari," tulis Biden dalam cuitannya.
Namun, perlu dicatat bahwa banyak proposal dalam Project 2025 kemungkinan besar akan menghadapi tantangan hukum jika diterapkan. Hal ini menambah kompleksitas perdebatan seputar dokumen kontroversial ini.
Penulis : Danang Suryo Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV