> >

Kesaksian Tentara Israel yang Bertugas di Gaza: Saya Bosan, Jadi Saya Menembak

Kompas dunia | 10 Juli 2024, 17:43 WIB
Tentara Israel berjalan di bagian selatan Jalur Gaza, Rabu (3/7/2024). Militer Israel mengundang reporter dalam tur ke Rafah, di mana Israel telah beroperasi sejak 6 Mei 2024. (Sumber: AP Photo/Ohad Zwigenberg)

A, tentara yang bertugas di Direktorat Operasional Angkatan Darat Israel mengungkapkan, menembak “rumah sakit, klinik, sekolah, institusi keagamaan, (dan) bangunan-bangunan organisasi internasional” membutuhkan persetujuan dari atasan. Tapi praktiknya, kata dia, sering tidak demikian.

Baca Juga: Israel Menyerbu Kota Gaza, Hamas Peringatkan Negosiasi Gencatan Senjata Bisa Batal

“Saya bisa menghitung dengan (jari-jari) satu tangan kasus-kasus di mana kami dilarang untuk menembak. Bahkan dalam kasus seperti sekolah, (persetujuan untuk menembak) rasanya seperti formalitas saja,” kata A.

Para tentara Israel juga disebut melepaskan tembakan besar-besaran di wilayah-wilayah Gaza yang sudah kosong untuk “menunjukkan kehadiran.”

S mengatakan rekan-rekannya “banyak menembak, bahkan tanpa alasan – siapa pun yang mau menembak, apa pun alasannya, akan menembak.”

Dalam beberapa kasus, kata dia, itu dimaksudkan untuk “mengusir orang-orang (dari persembunyian mereka) atau untuk menunjukkan kehadiran.”

Baca Juga: Houthi Yaman Serang Kapal Kontainer Berbendera AS dan Israel

Sementara M, tentara cadangan yang sempat bertugas di Jalur Gaza, mengatakan perintah untuk melakukan itu datang dari komandan kompi atau batalion di lapangan.

“Saat tidak ada pasukan IDF (pasukan militer Israel lainnya di area itu)... tembakan-tembakannya sangat tidak dibatasi, seperti gila. Dan tidak hanya dengan senjata kecil: senapan mesin, tank, dan mortir,” papar M.

Bahkan, kata M, itu bisa dilakukan tanpa perintah dari atasan.

“Tentara reguler, opsir junior, komandan batalion – prajurit junior yang ingin menembak, mereka dapat izin.”

Baca Juga: Internal Israel Tuduh Netanyahu Sabotase Perundingan Gencatan Senjata demi Tetap Berkuasa

Dari enam tentara yang diwawancarai +972 Magazine, hanya satu yang bersedia namanya diungkapkan, Yuval Green. Green bertugas di Brigade Penerjun Payung ke-55 pada November dan Desember 2023.

“Tidak ada batasan amunisi,” katanya.

“Orang-orang menembak hanya untuk menghilangkan kebosanan.”

C, tentara Israel yang juga sempat ditempatkan di Gaza, mengatakan ketiadaan batasan dalam menembak juga menyebabkan tingginya risiko terjadinya 'friendly fire' atau menembak teman sendiri.

“Dalam banyak kesempatan, pasukan IDF menembak ke arah kami. Kami tidak membalas, kami mengecek lewat radio, dan tidak ada yang terluka,” kata C.

Menurut +972 Magazine, sedikitnya 324 tentara Israel tewas di Gaza sejak serangan darat dimulai. Sedikitnya 28 orang dari mereka tewas karena ditembak teman sendiri.

 

Penulis : Edy A. Putra Editor : Gading-Persada

Sumber : +972 Magazine


TERBARU