> >

Israel Menyerbu Kota Gaza, Hamas Peringatkan Negosiasi Gencatan Senjata Bisa Batal

Kompas dunia | 9 Juli 2024, 15:44 WIB
Tentara Israel bergerak di atas tank di dekat perbatasan Israel-Gaza, seperti yang terlihat dari Israel selatan, Senin, 8 Juli 2024. (Sumber: AP Photo/Leo Correa)

GAZA, KOMPAS.TV - Tentara Israel melanjutkan serangan ke jantung Kota Gaza di Jalur Gaza dan memaksa ribuan warga Palestina mengungsi pada Senin (8/7/2024). 

Israel berdalih mengejar militan yang disebutnya telah berkumpul kembali di Kota Gaza.

Mahmoud Bassal, juru bicara tim penyelamat Pertahanan Sipil Gaza, mengatakan Israel mengebom Tufah, Daraj, dan Shijaiyah di Kota Gaza dan membuat ketiga lingkungan tersebut tidak bisa diakses. 

Dalam sebuah pesan suara, dia mengatakan militer Israel menembaki rumah-rumah di daerah Jaffa, Kota Gaza dan tim penyelamat “melihat orang-orang tergeletak di tanah dan tidak bisa membawanya.”

Hamas pun memperingatkan bahwa serangan terbaru ini dapat menggagalkan negosiasi gencatan senjata dan pembebasan sandera yang sudah mencapai titik kritis dalam beberapa hari terakhir.

Dilansir Associated Press, pasukan Israel kembali bertempur melawan militan Hamas di wilayah yang menurut mereka telah dibersihkan beberapa bulan lalu di Gaza utara. 

Militer Israel memerintahkan warga Palestina meninggalkan wilayah tersebut, tetapi tidak ada tempat aman di Jalur Gaza, yang telah diduduki Israel sejak 1967 dan diblokade sejak 2007. 

Sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi berulang kali. Ratusan ribu orang kini berdesakan di kamp-kamp pengungsian yang penuh sesak.

Israel memaksa warga Gaza meninggalkan bagian utara wilayah tersebut pada minggu-minggu pertama serangan dan mencegah sebagian besar orang kembali.

Baca Juga: Ribuan Warga Palestina Mengungsi di Stadion Sepak Bola Gaza, Begini Kondisi Mereka

 

Namun, ratusan ribu warga Palestina masih bertahan, hidup di tempat penampungan atau sisa-sisa rumah yang hancur.

“Kami melarikan diri dalam kegelapan di tengah serangan hebat. Ini adalah pengungsian saya yang kelima,” kata Sayeda Abdel-Baki, seorang ibu tiga anak yang berlindung dengan kerabatnya di Daraj.

Penduduk setempat melaporkan adanya tembakan artileri dan tank, serta serangan udara. Namun karena akses terbatas, Kementerian Kesehatan Gaza belum bisa melaporkan apakah ada korban jiwa.

Israel juga mengeluarkan perintah agar warga Palestina meninggalkan daerah-daerah di lingkungan lain di pusat Kota Gaza. 

Militer Israel mengeklaim memiliki informasi intelijen yang mengatakan kelompok-kelompok perlawanan Palestina seperti Hamas dan Jihad Islam yang lebih kecil, berada di daerah tersebut.

Israel memaksa warga Gaza untuk pergi ke selatan menuju kota Deir al-Balah.

Di Shijaiyah, sebuah lingkungan di Kota Gaza yang telah dihantam serangan Israel selama berminggu-minggu, militer Israel mengatakan menyerbu dan menghancurkan sekolah serta klinik yang disebutnya telah diubah menjadi markas militan.

Serangan Israel telah menghancurkan sebagian besar lanskap perkotaan dan memicu bencana kemanusiaan.

Hambatan Menuju Gencatan Senjata 

Israel dan Hamas tampaknya berada pada titik terdekat dalam beberapa bulan terakhir untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata yang akan menghentikan pertempuran dengan imbalan pembebasan puluhan tawanan yang ditangkap Hamas dalam serangan 7 Oktober.

Namun, hambatan masih ada, bahkan setelah Hamas setuju untuk melunak pada tuntutan utamanya agar Israel berkomitmen untuk mengakhiri perang sebagai bagian dari kesepakatan apa pun. 

Bagian penting dari pergeseran tersebut, menurut para pejabat, adalah tingkat kehancuran yang disebabkan oleh serangan Israel yang terus-menerus.

Hamas masih ingin para mediator menjamin bahwa negosiasi berakhir dengan gencatan senjata permanen, menurut dua pejabat yang mengetahui pembicaraan tersebut. 

Baca Juga: Studi The Lancet: Korban Tewas di Gaza Mungkin Lampaui 186.000 Jiwa, 8 Persen dari Total Populasi

Draf saat ini menyatakan bahwa mediator — Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir — “akan melakukan yang terbaik” untuk memastikan bahwa negosiasi menghasilkan kesepakatan untuk mengakhiri perang.

Israel melalui Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak kesepakatan apa pun yang akan memaksanya mengakhiri perang dengan Hamas yang masih utuh.

Hamas pada Senin mengatakan pihaknya “menawarkan fleksibilitas dan sikap positif” untuk memfasilitasi kesepakatan, sambil menuding Netanyahu “menempatkan lebih banyak hambatan dalam jalannya negosiasi.”

Sementara pemimpin politik tertinggi Hamas, Ismail Haniyeh, memperingatkan para mediator tentang “konsekuensi yang menghancurkan” jika Israel melanjutkan operasinya di Kota Gaza.

Dalam sebuah pernyataan, Haniyeh mengatakan Netanyahu dan militernya akan menanggung “tanggung jawab penuh” atas runtuhnya pembicaraan.

Di Gaza, warga Palestina tidak kunjung melihat akhir dari penderitaan mereka akibat serangan Israel.

Maha Mahfouz melarikan diri dari rumahnya bersama dua anaknya dan banyak tetangganya di lingkungan Zaytoun di Kota Gaza.

Dia mengatakan daerah mereka tidak termasuk dalam perintah evakuasi terbaru tetapi “kami panik karena pengeboman dan tembakan sangat dekat dengan kami.”

Fadel Naeem, direktur Rumah Sakit Al-Ahli, mengatakan pasien meninggalkan fasilitas tersebut meskipun tidak ada perintah evakuasi untuk daerah sekitarnya. Dia mengungkapkan mereka yang dalam kondisi kritis telah dievakuasi ke rumah sakit lain di Gaza utara.

Sedangkan Marwan al-Sultan, direktur Rumah Sakit Indonesia, mengatakan pihaknya menerima 80 pasien dan orang-orang yang terluka dari Al-Ahli.

Baca Juga: Netanyahu Ingin Israel Bisa Kembali Serang Gaza sebagai Permintaan yang Tak Bisa Dinegosiasikan

“Banyak kasus membutuhkan operasi mendesak. Banyak kasus luka tembak langsung di kepala dan membutuhkan perawatan intensif. Bahan bakar dan pasokan medis menipis,” katanya dalam sebuah pesan teks. 

Al-Sultan menambahkan, rumah sakit juga menerima 16 jenazah orang yang terbunuh dalam serangan Israel, setengahnya adalah perempuan dan anak-anak.

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, lebih dari 38.000 orang telah tewas sejak Israel melancarkan serangan ke wilayah yang telah diblokadenya selama 17 tahun terakhir, pada 7 Oktober 2023.

Serangan terbaru Israel ke Gaza terjadi setelah Hamas melancarkan serangan pada 7 Oktober tahun lalu yang menurut Israel menewaskan 1.200 orang.

Menurut otoritas Israel, Hamas menangkap sekitar 250 orang di mana sekitar 120 masih dalam penahanan di Gaza dan sekitar sepertiganya dikatakan telah meninggal.

Hamas menyatakan akan menggunakan tawanan-tawanan tersebut dalam kesepakatan pertukaran tahanan dengan Israel.

Sebelum serangan Hamas, Israel telah menahan ribuan warga Palestina termasuk wanita dan anak-anak, dan banyak dari mereka yang ditahan tanpa dakwaan. 

Baca Juga: Netanyahu Ingin Israel Bisa Kembali Serang Gaza sebagai Permintaan yang Tak Bisa Dinegosiasikan

 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : KOMPAS TV, Associated Press


TERBARU