> >

Mahmoud Ahmadinejad, Mantan Presiden Iran yang Cuek Pakai Jas Robek

Kompas dunia | 29 Juni 2024, 06:30 WIB
Mantan Presiden garis keras Iran Mahmoud Ahmadinejad memberi isyarat saat mendaftarkan namanya sebagai kandidat untuk pemilihan presiden 28 Juni di Kementerian Dalam Negeri, di Teheran, Iran, Minggu (2/6/2024. (Sumber: AP Photo)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Pemerintah Iran telah melaksanakan pemilihan presiden pada Jumat (28/6/2024) kemarin. Pemilu kali ini dipercepat karena kematian Presiden Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter Mei lalu. Seharusnya, pemilu digelar pada 2025 mendatang.

Pemilu di negeri para mullah ini terbilang menarik dan sering jadi berita internasional. Salah satunya menyangkut figur yang berlaga.

Kali ini salah satu sosok yang dianggap garis keras, Mahmoud Ahmadinejad, untuk ketiga kalinya gagal berlaga karena dicoret oleh Dewan Wali Iran, yang dipimpim Ayatullah Ali Khamanei. Padahal lelaki yang dikenal bersahaja ini, pernah jadi presiden Iran periode 2005-2013.

Dunia pun pernah menyorotinya dan memberi stempel presiden Iran "garis keras" karena berbagai kebijakannya. Namun di balik tudingan kepadanya, lelaki kelahiran 1956 ini, dikenal sebagai sosok sederhana. 

Baca Juga: Situasi Memanas, Ribuan Pejuang Proksi Iran Siap Gabung dengan Hizbullah untuk Perang Melawan Israel

Mengutip Kompas.com, Ahmadinejad lahir dengan nama Mahmoud Saborjhian. Ahmadinejad anak keempat dari tujuh bersaudara dari ayah Ahmad Saborjhian, seorang pandai besi.

Pada tahun 1957, ketika keluarganya pindah dari Aradan ke Teheran, nama keluarganya diubah menjadi Ahmadinejad.

Pendidikan Ahmadinejad dimulai di Teheran dan kemudian melanjutkan studi tinggi di bidang teknik sipil di Universitas Sains dan Teknologi Iran (IUST) pada tahun 1976.

Aktif dalam berbagai organisasi mahasiswa, Ahmadinejad bahkan terlibat dalam aksi demonstrasi selama Revolusi Iran (1978-1979).

Bergabung dengan Korps Garda Revolusi Islam Iran yang dipimpin oleh Ayatollah Ruhollah Khomeini, Ahmadinejad juga ikut serta dalam Perang Irak-Iran (1980-1988).

Setelah menyelesaikan tugasnya di milisi, Ahmadinejad melanjutkan pendidikan tingginya di IUST dan meraih gelar doktor dalam teknik dan perencanaan transportasi pada tahun 1986.

Bergabung dengan staf pengajar IUST pada tahun 1989, Ahmadinejad mulai menekuni dunia akademis sebagai salah satu pengajar di kampus tersebut.

Ahmadinejad pernah menang dalam pemilihan dewan kota Teheran pada Februari 2003, yang kemudian mengangkat Ahmadinejad sebagai wali kota pada bulan Mei.

Sebagai wali kota, Ahmadinejad diakui karena berhasil menangani masalah lalu lintas dan menekan inflasi.

Baca Juga: Jenderal AS Ingatkan Israel, Perang Lawan Hizbullah Bakal Bikin Iran Turun Tangan

Dengan karisma dan keahlian politiknya, Ahmadinejad mendapatkan dukungan yang besar dari masyarakat.

Beberapa kebijakan yang diterapkan selama masa jabatannya sebagai wali kota termasuk menutup restoran cepat saji gaya Barat serta menyensor papan reklame yang memiliki referensi Barat.

Dia juga memperjuangkan pemisahan lift antara laki-laki dan perempuan, serta mengubah fungsi pusat budaya menjadi tempat ibadah selama bulan Ramadhan.

Selain itu, dia menginstruksikan pegawai pria di pemerintahan kota untuk memelihara jenggot dan mengenakan kemeja lengan panjang.

Pamornya makin moncer hingga terpilih sebagai presiden.  Selama menjadi presiden ia menolak untuk tinggal di istana kepresidenan, lebih memilih tetap tinggal di rumahnya sendiri, meskipun akhirnya harus pindah atas saran dari penasihat keamanan.

Bahkan setelah menempati istana kepresidenan, Ahmadinejad memerintahkan penggantian perabotan mewah dengan yang lebih sederhana. Ia juga menolak kursi VIP di pesawat kepresidenan, lebih memilih menggunakan pesawat kargo.

Meski sering mengenakan jas tanpa dasi, namun bukan jas mewah bahkan seringkali jas yang  ada robekannya. Tampaknya dia tidak terlalu memikirkan, cuek saja.

 

Penulis : Iman Firdaus Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas.com, Kompas TV


TERBARU