Perang Hizbullah-Israel Berpotensi Pecah, Sekjen PBB: Bisa Timbulkan Malapetaka
Kompas dunia | 25 Juni 2024, 16:20 WIB"Siapa pun yang menginginkan perang melawan kami, akan menyesalinya," kata Nasrallah, dikutip Associated Press.
Hizbullah dan Israel telah mengembangkan kapabilitas militer masing-masing sejak terakhir kali berperang pada 2006.
Pemerintah Lebanon telah membuat rencana gawat darurat menyikapi skenario perang pada Oktober 2023 lalu. Lebanon memperkirakan setidaknya satu juta orang akan terpaksa mengungsi jika terjadi perang.
Hizbullah diperkirakan memiliki sekitar 150.000 hingga 200.000 roket dan rudal untuk menyerang Israel. Senjata Hizbullah disebut lebih destruktif dari Hamas dan bisa menjangkau wilayah yang lebih jauh serta lebih akurat.
Sebaliknya, Lebanon juga rentan terhadap serangan udara Israel jika terjadi perang. Lebanon pun dilaporkan tidak memiliki fasilitas perlindungan yang memadai dari serangan udara.
Di lain sisi, sistem pertahanan udara Hizbullah terbatas untuk menghalau serangan udara. Sedangkan Israel memiliki sistem pertahanan udara canggih, termasuk Iron Dome yang mencatatkan tingkat kesuksesan hingga 90 persen.
Belum diketahui apakah pasukan reguler Lebanon akan terlibat jika Israel memutuskan menyerang.
Pada 2006 silam, militer Lebanon secara umum tidak terjun langsung melawan Israel, sekadar bertempur dalam kapasitas terbatas.
Perang besar antara Israel dan Lebanon juga dikhawatirkan akan menyeret kekuatan-kekuatan regional untuk terlibat. Kelompok milisi yang terafiliasi Iran di Suriah, Irak, dan Yaman berpotensi terlibat.
Di kubu Israel, Amerika Serikat (AS) berpeluang semakin terlibat dalam konflik Timur Tengah jika negara itu memutuskan menyerang Lebanon.
Baca Juga: Penyelidikan Korupsi Israel: Netanyahu Disebut Terlibat Skandal Pembelian Kapal Selam Jerman
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Associated Press