Perang Lawan Israel di Depan Mata, Ini Hitungan Kekuatan Militer dan Politik Hizbullah Menurut Barat
Kompas dunia | 25 Juni 2024, 13:05 WIBBEIRUT, KOMPAS.TV - Setelah lebih dari delapan bulan konflik berskala kecil, Israel dan kelompok militan Lebanon, Hizbullah, mengancam akan memulai perang besar-besaran.
Amerika Serikat (AS) dan komunitas internasional sedang berusaha meredakan ketegangan dan mencari solusi diplomatik. Namun, sampai saat ini belum berhasil dan waktu untuk penyelesaian politik semakin terbatas.
Jika perang pecah, Israel akan menghadapi musuh yang jauh lebih tangguh di Lebanon dibandingkan dengan Hamas di Jalur Gaza.
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah memperingatkan Israel minggu lalu bahwa kelompoknya punya sederet senjata dan kemampuan baru. Mereka secara mengejutkan merilis rekaman drone yang menunjukkan pelabuhan Haifa dan lokasi lain di dalam wilayah Israel.
Berikut adalah penjelasan tentang bagaimana Hizbullah menjadi kekuatan bukan negara atau non-state actor terkuat di kawasan, menurut laporan Associated Press, Selasa (25/6/2024).
Baca Juga: AS dan Israel Ketar-Ketir, Iron Dome Terancam Kewalahan bila Perang Terbuka dengan Hizbullah
Profil Kelompok Hizbullah
Hizbullah didirikan pada tahun 1982 selama perang saudara Lebanon. Tujuan awalnya adalah mengakhiri pendudukan Israel di Lebanon selatan, yang tercapai tahun 2000.
Hizbullah adalah kelompok muslim Syiah yang didukung oleh Iran dan bagian dari Poros Perlawanan. Menurut Barat, Hizbullah adalah kelompok pertama yang didukung Iran untuk menyebarkan Islamisme politiknya.
Pada masa awal, kelompok ini menyerang target AS, sehingga Washington menetapkannya sebagai organisasi teroris.
“Dukungan Iran telah membantu Hizbullah mengokohkan posisinya sebagai aktor politik terkuat di Lebanon serta aktor militer yang paling lengkap di seluruh Timur Tengah,” kata Lina Khatib, Direktur SOAS Middle East Institute, lembaga penelitian Timur Tengah yang berbasis di London.
Tahun 2006, kombatan Hizbullah menyergap patroli Israel dan menyandera dua tentara Israel. Hizbullah dan Israel berperang selama sebulan yang berakhir tanpa pemenang, tetapi pengeboman Israel menghancurkan sebagian besar Lebanon selatan.
Tujuan Israel adalah menghancurkan Hizbullah, tetapi kelompok ini justru semakin kuat dan menjadi kekuatan militer dan politik utama di perbatasan utara Israel.
Lawan di dalam negeri mengkritik Hizbullah karena mempertahankan persenjataannya dan mendominasi pemerintahan. Reputasi Hizbullah juga menurun ketika mereka mengambil alih sebagian Beirut pada Mei 2008 setelah pemerintah Lebanon mengambil tindakan terhadap jaringan telekomunikasi pribadi.
Kemampuan militer Hizbullah meningkat dan mereka berperan penting dalam perang saudara Suriah, membantu Presiden Bashar al-Assad tetap berkuasa saat akan diruntuhkan ISIS dan kelompok dukungan AS. Mereka juga melatih milisi yang didukung Iran di Suriah, Irak, dan kelompok Houthi di Yaman.
Baca Juga: Situasi Memanas, Ribuan Pejuang Proksi Iran Siap Gabung dengan Hizbullah untuk Perang Melawan Israel
Kemampuan Militer Hizbullah
Selama konflik terbaru dengan Israel, Hizbullah secara bertahap memperkenalkan senjata baru ke daftar senjata mereka, terutama setelah Israel memulai invasi darat ke Kota Rafah di Gaza pada awal Mei.
Awalnya mereka meluncurkan rudal anti-tank Cornet dan roket Katyusha, kemudian mulai menggunakan roket dengan hulu ledak berat, dan akhirnya memperkenalkan drone eksplosif dan rudal permukaan-ke-udara untuk pertama kalinya.
Nasrallah mengatakan drone tersebut dibuat secara lokal dan mereka punya banyak.
Kelompok ini merilis dua video dari drone di atas Haifa dan lokasi lain di Israel utara, menunjukkan infrastruktur sipil dan militer kritis untuk menunjukkan kemampuan terbaru mereka dan mencegah serangan Israel.
Dalam pidato televisi minggu lalu, Nasrallah mengatakan kelompoknya akan terus menggunakan taktik ini. “Kami sekarang punya senjata baru. Tapi saya tidak akan mengatakan apa itu,” katanya. “Ketika keputusan dibuat, mereka akan terlihat di garis depan.”
Baca Juga: Keceplosan, Israel Ungkap Infrastruktur Listriknya Tidak Mampu Hadapi Perang Total Lawan Hizbullah
Perbandingan Hizbullah dengan Kelompok Lain Dukungan Iran
Hizbullah adalah kekuatan paramiliter paling signifikan di dunia Arab dengan struktur internal yang kuat dan persenjataan besar. Israel menganggapnya sebagai ancaman langsung, memperkirakan kelompok ini punya 150.000 roket dan rudal, termasuk rudal berpemandu presisi.
Dalam beberapa tahun terakhir, Hizbullah mengirim pasukan ke Suriah untuk membantu sekutu Iran, Presiden Bashar Assad, melawan kelompok oposisi bersenjata. Mereka juga mendukung pertumbuhan milisi yang didukung Iran di Irak, Yaman, dan Suriah.
Lina Khatib dari SOAS Middle East Institute di London menyamakan Hizbullah dengan "big brother" kelompok-kelompok yang didukung Iran yang masih berkembang dan "tidak punya tingkat infrastruktur atau disiplin yang sama."
Hizbullah terikat dengan Iran berdasarkan doktrin. Namun, hubungan mereka dengan Hamas, cabang dari gerakan Ikhwanul Muslimin Sunni, didasarkan pada pragmatisme.
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa pejabat Hamas, termasuk mantan wakil pemimpinnya, Saleh al-Arouri, pindah ke Lebanon di mana mereka mendapat perlindungan dari Hizbullah dan beroperasi di berbagai kamp pengungsi Palestina di Lebanon. Arouri tewas dalam serangan drone Israel di pinggiran selatan Beirut pada Januari lalu.
Baca Juga: Iran: Hizbullah Bakal Bikin Israel Jadi Pecundang Terbesar saat Perang
Profil Hassan Nasrallah
Lahir pada tahun 1960 dalam keluarga Syiah miskin di pinggiran Beirut, Bourj Hammoud, Nasrallah kemudian pindah ke Lebanon selatan. Dia belajar teologi dan bergabung dengan gerakan Amal, organisasi politik dan paramiliter Syiah, sebelum menjadi salah satu pendiri Hizbullah.
Nasrallah menjadi pemimpin Hizbullah pada tahun 1992 setelah pendahulunya tewas dalam serangan Israel.
Diidolakan oleh banyak orang karena memimpin penarikan Israel dari selatan dan memimpin perang 2006, gambarnya muncul di papan reklame dan berbagai barang di toko suvenir di Lebanon, Suriah, dan negara-negara Arab lainnya. Namun, dia juga menghadapi oposisi dari warga Lebanon yang menuduhnya mengikat nasib negara mereka dengan Iran.
Nasrallah juga dikenal pragmatis dan mampu membuat kompromi politik.
Dia hidup dalam persembunyian selama bertahun-tahun, takut akan pembunuhan oleh Israel, dan menyampaikan pidatonya dari lokasi yang dirahasiakan.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press