> >

Pengunjuk Rasa di Israel Makin Keras Tuntut Netanyahu Mundur, Banyak yang Ditangkap

Kompas dunia | 23 Juni 2024, 08:45 WIB
Ribuan pengunjuk rasa kembali turun ke jalan di Tel Aviv menuntut Netanyahu mundur, Sabtu (22/6/2024). Keluarga sandera Israel yang ditahan di Gaza menyatakan kesepakatan pertukaran sandera dengan faksi Palestina Hamas di Gaza hanya bisa terwujud bila Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mundur. (Sumber: Anadolu)

YERUSALEM, KOMPAS.TV - Keluarga sandera Israel yang ditahan di Gaza  menyatakan kesepakatan pertukaran sandera dengan faksi Palestina Hamas di Gaza hanya bisa terwujud bila Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mundur.

Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers yang diadakan di dekat markas Kementerian Pertahanan di Tel Aviv, Sabtu (22/6/2024). Pada kesempatan itu mereka mengimbau seluruh warga Israel untuk ikut serta dalam protes yang dijadwalkan Sabtu malam di beberapa lokasi.

“Tidak akan ada kesepakatan pertukaran tanpa pengunduran diri pemerintah Netanyahu,” kata keluarga sandera dalam konferensi pers tersebut.

Keluarga sandera ini mengadakan konferensi pers bersama setiap minggu di dekat Kementerian Pertahanan di kawasan Kirya, Tel Aviv pusat. 

Sebuah kelompok keluarga sandera mengatakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak mampu mencapai kesepakatan untuk membebaskan orang-orang yang mereka cintai dan menyerukan pengunduran dirinya, dalam konferensi pers mingguan di Tel Aviv.

“Selama Netanyahu merasa aman di kursinya, tidak akan ada kesepakatan, tidak akan ada solusi di utara, tidak akan ada solusi untuk negara ini,” kata Einav Zangauker, yang putranya Matan ditahan di Gaza.

Baca Juga: Iran: Hizbullah Bakal Bikin Israel Jadi Pecundang Terbesar saat Perang

Aksi unjuk rasa yang dilakukan warga Israel. Keluarga sandera Israel yang ditahan di Gaza menyatakan kesepakatan pertukaran sandera dengan faksi Palestina Hamas di Gaza hanya bisa terwujud bila Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mundur. (Sumber: Times of Israel)

“Tidak akan ada kesepakatan dan tidak akan ada pemulihan tanpa jatuhnya pemerintahan Netanyahu. Turun ke jalan untuk menyelamatkan para sandera dan negara ini. Dia bisa melindungi dirinya dengan tembok dan penjaga, tetapi itu tidak akan membantu karena kami tidak akan menyerah,” tambahnya.

Danny Elgert, yang saudaranya Itzik ditahan, menuduh Netanyahu tidak melakukan apa-apa selama seminggu terakhir untuk menyelamatkan para sandera. Sang perdana menteri, kata Elgert, malah fokus pada tujuan politik pribadinya, dengan mengutip undang-undang yang bertujuan untuk memperluas pengaruh Kepala Rabbinate sebelum dicabut.

“Alih-alih bekerja dengan AS untuk membuat kesepakatan segera untuk menyelamatkan nyawa, Anda malah memilih bertengkar dengan mereka,” katanya, merujuk pada komentar publik perdana menteri yang memicu ketegangan di Washington minggu ini, di mana ia mengklaim mereka telah menahan senjata.

Ayala Metzger, yang ayah mertuanya Yoram tubuhnya ditahan di Gaza, mengutip laporan awal minggu ini yang menyatakan hanya sekitar 50 sandera yang masih hidup di Gaza.

“Waktu berlalu, kesepakatan terhenti, dan para sandera mati dalam penahanan karena Netanyahu tidak mau ada kesepakatan. Darah para sandera ada di tangan Netanyahu dan pemerintahannya,” kata Metzger. 

Adapun polisi Israel menangkap beberapa demonstran anti-pemerintah Netanyahu dan menangkap tiga orang pada Sabtu (22/6) kemarin, setelah terjadi pemblokiran jalan sementara di Jalan King George, Tel Aviv.

Baca Juga: Arab Saudi Keras: Tak Akan Ada Normalisasi dengan Israel tanpa Adanya Negara Palestina

Polisi Israel menangkap beberapa demonstran anti-pemerintah Netanyahu dan menangkap tiga orang pada Sabtu (22/6/2024), setelah terjadi pemblokiran jalan sementara di Jalan King George, Tel Aviv. (Sumber: Times of Israel)

Para demonstran tersebut sempat memblokir jalan di depan Beit Jabotinsky, markas partai Likud, tak lama setelah berakhirnya aksi unjuk rasa anti-pemerintah mingguan di Jalan Kaplan.

Menurut keterangan polisi, setelah aksi protes legal yang terkoordinasi berakhir, sekelompok kecil demonstran tetap tinggal dan memblokir jalan sambil membakar ban serta membahayakan para pejalan kaki.

Polisi Israel mengklaim para demonstran bersikap kasar terhadap petugas, sehingga petugas menggunakan metode pengendalian massa untuk membubarkan mereka dan melakukan penangkapan.

Baca Juga: TNI AD Siapkan Personel dan Alutsista untuk Dikirim ke Gaza

Rekaman yang diunggah secara online menunjukkan polisi berkuda memasuki kerumunan, mendorong demonstran dengan kuda mereka. Beberapa orang tampak didorong oleh polisi sementara demonstran lain mencoba menghentikan polisi agar tidak melukai mereka yang didorong.

Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Lebih dari 37.500 warga Palestina telah tewas di Gaza, kebanyakan dari mereka wanita dan anak-anak, dan hampir 86.000 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Anadolu / Times of Israel


TERBARU